Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariska Nur Aeni Pratiwi
Abstrak :
Obesitas merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh akumulasi lemak berlebih di jaringan adiposa. Obesitas memiliki faktor risiko yang berhubungan dengan kelainan metabolik yang mengakibatkan resistensi insulin seperti penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mencit obes yang berisiko DMT2 setelah dipajan oleh Static Magnetic Field (SMF). Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium secara in vivo dengan menggunakan sampel penelitian berupa mencit jantan galur C57BL/6J berumur 12 hingga 18 minggu yang diberi pakan standar dan pakan tinggi lemak (HFD) lalu dipajan SMF 2 mT selama 2, 7, 14, dan 21 hari dengan durasi waktu 1 jam/hari. Penelitian ini menganalisis pengaruh pajanan SMF terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, GLUT4 dan kalsium. Analisis statistik untuk uji glukosa darah dan kadar HbA1c menggunakan Paired sample t test atau Wilcoxon. Analisis statistik untuk selisih glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, gen GLUT4, kadar kalsium menggunakan One way ANOVA atau Kruskal-Wallis. Apabila berbeda bermakna maka dilanjutkan dengan Uji Post Hoc atau Mann-Whitney. Uji korelasi antara ekspresi protein DPP4 dengan Ekspresi Gen Caveolin-1 dan GLUT4 dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson (p>0,05). Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pemberian pajanan SMF pada mencit obes berpengaruh terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4 dan kalsium (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi gen Caveolin-1 dan GLUT4 setelah diberikan pajanan SMF (p>0,05). Pajanan SMF yang terbaik ditunjukkan pada kelompok mencit obes yang dipajan SMF selama 7 hari dapat mempengaruhi glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1 dan GLUT4 menurun serta peningkatan dalam kadar kalsium. ......Obesity is one of the metabolic disorders caused by the accumulation of excess fat in adipose tissue. Obesity has risk factors associated with metabolic disorders resulting in insulin resistance, such as Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM). This study aimed to examine the effect of static magnetic field (SMF) exposure on obesity-prone mice with T2DM susceptibility. The research design involved an in vitro laboratory experimental stuy using  C57BL/6J male mice aged 12 to 18 weeks, fed standard and high-fat diets (HFD), followed by exposure to a 2 mT SMF for duration of 2, 7, 14, and 21 days, with each exposure lasting 1 hour per day. This study  observed the effects of SMF exposure on blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium level. Statistical analysis for blood glucose and HbA1c levels used paired sample t-test or Wilcoxon. Differences in blood sugar, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium levels were analyzed using One-way ANOVA or Kruskal-Wallis. If significant differences are found, Post Hoc or Mann-Whitney tests were conducted. The correlation test between DPP4 protein with Caveolin-1 and GLUT4 genes expression were conducted using Pearson correlation (p>0,05). The research indicated that SMF exposure in obese mice significantly influences blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, and calcium (p<0.05). There were no significant differences observed in the expression of Caveolin-1 and GLUT4 genes after SMF exposure (p>0.05). The most effective SMF exposure duration was observed in the obese mice group exposed to SMF for 7 days, resulting in decreased blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, as well as increased calcium.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Wijaya
Abstrak :
Latar belakang: Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelainan metabolik dengan keadaan hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defek pada kerja insulin dengan komplikasi multisistem. Salah satu organ yang sering mengalami keadaan resistensi insulin adalah organ otot skelet. Resistensi insulin akan menyebabkan gangguan ekspresi dan translokasi GLUT4 pada otot skelet sehingga berdampak pada gangguan proses ambilan dan penggunaan glukosa di jaringan, serta berkontribusi terhadap progresi penyakit DMT2. Metformin merupakan suatu obat lini pertama yang paling sering digunakan oleh pasien dengan DMT2, tetapi penggunaannya dapat menimbulkan beberapa efek samping yang kurang nyaman dan menurunkan tingkat kepatuhan berobat pasien. Alfa-mangostin (AMG), salah satu senyawa dalam perikarp buah manggis dipercaya memiliki efek antidiabetik sehingga dapat dipertimbangkan sebagai kandidat terapi dalam menghadapi keadaan resistensi insulin pada DMT2 Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian AMG pada ekspresi protein transporter GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2. Metode: Studi ini dilakukan pada tikus jantan dari galur Wistaryang dibagi menjadi enam kelompok, yaitu: kontrol, kontrol+AMG 200 mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200 mg/kgBB, DMT2+AMG 100 mg/kgBB, dan DMT2+AMG 200 mg/kgBB. Model DMT2 dibuat melalui induksi tikus dengan diet tinggi lemak-karbohidrat dan injeksistreptozotocin (STZ). Ekspresiprotein GLUT4 pada jaringan otot skelet masing-masing kelompok tikus diukur dengan ELISA kit Cusabio CSB-E13908rdan spektrofotometer. Hasil: Studi ini menunjukkan adanya peningkatan ekspresi protein GLUT4 secara signifikan pada dua kelompok percobaan, yaitu: kelompok tikus DMT2+metformin 200 mg/kgBB (p=0,038) dan kelompok tikus DMT2+AMG 200 mg/kgBB (p=0,045) jika dibandingkan kelompok tikus DMT2. Simpulan: AMG dapat meningkatkan ekspresi protein GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2. Dengan demikian, AMG memiliki potensi untuk dijadikan sebagai kandidat terapi dalam tata laksana penyakit DMT2 di masa depan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat diaplikasikan.
Background: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disorder characterized by chronic hyperglicemic condition caused by defect in insulin action which leads to multisystem damages. One of the organ that is frequently affected by insulin resistance is skeletal muscle. Insulin resistance impairs skeletal muscle's GLUT4 expression and translocation which results in the disturbance of glucose's reuptake and utilization and contributes to the progression of T2DM. Metformin is one of the first line drugs used in treating T2DM although the usage of metformin can cause many side effects that results in inconvenience and low compliance of the T2DM patients. Alpha-mangostin (AMG), a compound found in mangosteen`s pericarp, is believed in its antidiabetic effect. It is considered as therapeutic candidate in treating insulin resistance in T2DM. Objectives: This study aims to evaluate the administration of AMG`s effect on GLUT4 transporter`s expression in T2DM-induced rat`s skeletal muscle tissue. Methods: This study is done on the male Wistar rats divided into 6 groups, which were control group, control+AMG 200 mg/kg group, T2DM group, T2DM+metformin 200 mg/kg group, T2DM+AMG 100 mg/kg group, and T2DM+AMG 200 mg/kg group. T2DM were induced using the high fat/high glucose diet followed by streptozotocin injection. The expression of skeletal muscle`s GLUT4 is measured by ELISA kit Cusabio CSB-E13908r and spectrofotometer. Results: This study demonstrated that AMG significantly increased the expression of GLUT4 transporterin 2 trial groups,T2DM+metformin 200 mg/kg body weight group (p=0,038) and T2DM+AMG 200 mg/kg body weight group(p=0,045) compared to the T2DM group. Conclusion: AMG increased GLUT4 transporter`s expression in T2DM rat`s skeletal muscle. Therefore, AMG arises as the potential therapeutic candidate in treating T2DM. Future studies are essential to get better applicable results.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniasari
Abstrak :
Latar Belakang: Mangiferin (MGR) adalah glikosida xanton yang pertama kali diisolasi dari Mangifera indica. Efek anti hiperglikemik dan anti hiperlipidemik MGR merupakan akibat dari aktivasi peroxisome proliferator activated gamma (PPARγ) dan AMP-activated protein kinase (AMPK). Aktivasi PPARγ menyebabkan peningkatan transkripsi gen glucose transporter 4 (GLUT4) sedangkan aktifasi AMPK menyebabkan stimulasi translokasi GLUT4 ke membran sel serta peningkatan oksidasi asam lemak. Mekanisme tersebut sama dengan tiazolidinedion (TZD), yaitu obat yang digunakan untuk pengobatan resistensi insulin. Metode: Tikus Spraque Dawley jantan diinduksi resistensi insulin selama 6 minggu dengan memberikan larutan fruktosa 60% melalui sonde dan fruktosa 10% sebagai air minum. Setelah induksi resistensi insulin selesai dilakukan terapi dengan MGR 50 mg/kgBB/hari atau MGR 100 mg/kgBB/hari atau pioglitazon (PIO) 3 mg/kgBB/hari diberikan selama 4 minggu dan selama itu induksi fruktosa tetap dilakukan. Pemeriksaan kadar glukosa, trigliserida, insulin, dan perhitungan nilai HOMA-IR dilakukan pada akhir minggu ke-6 sedangkan kadar kolesterol total plasma puasa, kadar protein kinase C alfa otot, serta tingkat ekspresi mRNA GLUT4 otot dan lemak diperiksa pada akhir minggu ke-10. Hasil: Pada tikus dengan resistensi insulin yang mendapatkan MGR 50 mg/kgBB/hari dan MGR 100 mg/kgBB/hari terdapat kecenderungan penurunan kadar trigliserida dan kolesterol total puasa, sedangkan kecenderungan penurunan kadar glukosa dan insulin puasa serta nilai HOMA-IR ditemukan pada kelompok yang mendapatkan MGR 50 mg/kgBB/hari bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan terapi (IND FRK). Pada kelompok yang mendapatkan PIO 3 mg/kgBB/hari terdapat penurunan kadar glukosa, trigliserida, insulin, kolesterol total puasa, dan nilai HOMA-IR yang berbeda bermakna dengan kelompok IND FRK. Peningkatan ekspresi mRNA GLUT4 pada jaringan otot dan lemak terlihat pada kelompok yang mendapatkan MGR dan PIO, dan peningkatan ekspresi tersebut sedikit lebih besar pada kelompok yang mendapatkan PIO. Pada pemeriksaan kadar PKCα tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna di semua kelompok. Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian MGR 50 mg/kgBB memiliki potensi untuk memperbaiki resistensi insulin meskipun perbaikan tersebut masih belum optimal dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan PIO 3 mg/kgBB/hari. ...... Introduction: Mangiferin (MGR) is a glucoside xanthone that is first isolated from Mangifera indica. Anti-hyperglycemic and anti-hiperlipidemic effect of mangiferin related to activation of peroxisome proliferator activated gamma (PPARγ) and AMP-activated protein kinase (AMPK). Mangiferin act as PPARγ agonist and activate glucose transporter 4 (GLUT4) gene transcription while activation of AMPK leads to GLUT4 translocation to cell membrane and fatty acids oxidation. This mechanism are same as tiazolidinedion (TZD), which is one of medicine used for insulin resistance treatment. Methode: Male Spraque-Dawley rats are fed with high fructoce concentration (60% on direct oral and 10% in drinking water) for 6 weeks (IND FRK) to induced insulin resistance. Treatment with MGR 50 mg/kgBW/day or 100 mg/kgBW/day or pioglitazone (PIO) 3 mg/kgBW/day is given for 4 weeks after insulin resistance induction. Fasting plasma glucose, triglyceride, insulin, and HOMA-IR value are measured in the end of sixth and tenth week. Fasting plasma total cholesterol, muscle protein kinase C (PKCα) level, and mRNA GLUT4 expression level in muscle and white adipose tissue are measured in the end of tenth week. Result: In this study we found that MGR 50 mg/kgBW and MGR 100 mg/kgBW had tendention to decreased fasting plasma triglyceride and total cholesterol, while MGR 50 mg/kgBW/day also had tendention to decreaced fasting plasma glucose and insulin, and HOMA-IR value. In PIO treated rats, there were significant decreasement of fasting plasma glucose, triglyceride, insulin, and total cholesterol, and HOMA-IR value compared with untreated rats. Increase expression level of mRNA GLUT4 in muscle and adipose tissue were observed in rats given MGR 50 and 100 mg/kgBW/day and PIO 3 mg/kgBW/day. Expression level of muscle and adipose mRNA GLUT4 in PIO treated rats were higher than in MGR treated rats. In all study groups there were no significant difference of muscle PKCα level. Conclusion: MGR 50 mg/kgBW/day has potention to improve insulin resistance even though this effect less than PIO 3 mg/kgBW/day.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library