Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oentoeng Soeradi
Abstrak :
ABSTRAK
Ledakan penduduk di dunia menunjukkan perlunya bahan-bahan kontrasepsi baru dan efektif, dengan efek samping yang minimum dan dapat memberikan proteksi yang efektif. Pada saat ini bahan kontrasepsi yang dianggap paling efektif dan luas penggunaannya adalah hormon steroid. Untuk mengantisipasi maksud tersebut di atas, maka beberapa usaha telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria khususnya, dari tanaman sebagai sumber yang potensial.

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi, apakah pemberian ekstrak buah paria dapat mereduksi atau menurunkan tingkat vertilitas mencit jantan strain AJ, sebagai satu model kontrasepsi pada pria.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan suatu penelitian sebagai berikut :

Tiga puluh ekor mencit dewasa, berat antara 18-20 g, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Empat mencit pertama dari tiap kelompok, masing-masing diberi ekstrak buah paria 800, 850, 900, dan 950 mg/kg berat badan secara oral. Sisanya 2 ekor mencit digunakan sebagai kontrol perlakuan yang diberi 1% larutan CMC (Corboxy methyl celullose).

Semua perlakuan diberikan tiap hari sebanyak 0,5 ml selama 40 hari atau satu siklus spermatogenesis. Setelah perlakuan 40 hari selesai, semua mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina (1:1) selama 5 hari. Setelah itu, mencit jantan dipisahkan dan selanjutnya dimatikan, sedangkan yang betina dibiarkan hidup sampai melahirkan. Testes dan vas deferens diambil dari mencit jantan yang dimatikan tadi. Parameter yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berat badan dan berat testes, kontrasi sperma (diambil dari vas deferens), viabilitas sperma, dan jumlah anak yang dilahirkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan dan berat testes tidak dipengaruhi oleh ekstrak buah paria. Tetapi, analisis varians memperlihatkan bahwa terjadi suatu penurunan konsentrasi sperma yang cukup bermakna pada dosis ekstrak 850, 900, 950 mg/kg bb, sedangkan pada dosis 800 mg/kg bb tidak dipengaruhi. Suatu hasil yang penting dalam penelitian ini ialah suatu reduksi jumlah anak yang terjadi pada kelompok perlakuan, di mana 2 dari 5 ulangan mencit betina atau 40% terjadi pada dosis 800, 850, dan 900 mg/kg bb tidak hamil; sedangkan pada 950 mg/kg bb, 3 dari 5 ulangan mencit betina atau 60% tidak mengalami kehamilan. Diduga bahwa penurunan jumlah kelahiran erat kaitannya dengan penurunan konsentrasi sperma atau penurunan kapasitas/kemampuan sperma didalam epididimis.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, diperlukan penelitian lebih lanjut, untuk memperoleh dosis ekstrak buah paria yang lebih efektif, yang dapat menghilangkan kapasitas sperma epididimis, sehingga kemampuan fertilisasi pun hilang. Jika dosis efektif ekstrak buah aaria telah menjadi kenyataan, maka diharapkan tidak terjadi kelahiran baru.
ABSTRACT
Effects Of Momordica Charantia L. Fruit Extract On Tile Fertility Of Adult Male Mice: A Model Of Contraceptive In Man The world population explosion has pointed out the need for new and effective contraceptive agents, having a minimum of side effects and giving a maximum protective effect. To date, the most effective and widely used contraceptives have been steroids; but these are not without side effects. Efforts have already been done by previous investigators to find potential value of plants as sources of male contraceptive agents.

The aim of this research is to evaluate whether treatment with M.charantia L. fruit extract can reduce significantly the fertility of adult male mice as a model of contraceptive in man.

To achieve this goal, a research has been carried out as follows. Thirty adult male mice (AJ strain), 18-20 g body weight were divided randomly into 5 groups of 6 mice each. The first 4 mice of each group were treated respectively with 800 mg, 850 mg, 900 mg, and 950 mg/kg body weight/day/mouse orally of paria fruit extract. The remaining 2 mice served as treated control fed with 1% CMC (carboxy methyl cellulose) and untreated control, respectively.

The treatment was given every day to 0,5 ml for 40 days or one cycle of spermatogenesis. After 40 days of treatment, all male mice were mated to adult fertile female mice (1:1) for 5 days. Afterward the male mice were separated and sacrificed, while all female mice were kept until giving birth. Testes and vas deferens were taken from sacrificed male mice. The analyzed parameters in this study were the body and testicle weight, sperm density (taken from vas deferens), sperm viability, and the number of offspring.

The results presented show that no significant effect of paria fruit extract on body weight and testicle weight. However, analysis of variance showed a significant decrease in the sperm density at 850, 900, and 950 mg/kg bb, while at 800 mg/kg bb the sperm density was not affected by the paria extract. The important finding in the present work is a reduction of offspring belonging to treated groups, in which two of five female mice or 40% at dose levels of 800, 350, 900 mg/kg/ day respectively, were failed to become pregnant, while at 950 mg/kg/ day of paria extract three of five female mice or 60% were found with-out offspring. The reduction in litter size is probably associated with a decrease in the number of sperm density or sperm capacity in the epididymis.

These results indicate that the mechanism of action of the paria fruit extract might be via a direct effect at epididymal/vas deferens sites by acting as spermatoxic agent on mature sperm. Based on the pre-sent results, further studies are needed to find more effective dose of paria fruit extract which can omit sperm capasity (acting at the post-testicular level) and its respons in non-human primates.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tilaar, Astrid Fabiola
Abstrak :
Pemasaran produk pencerahan kulit mengalami peningkatan terutama di daerah Asia Pasifik. Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya menganggap bahwa kulit putih itu cantik, sehingga memotivasi wanita Indonesia untuk memakai produk pencerah kulit. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari bahan baku yang bermanfaat sebagai pencerah kulit yang berasal dari tanaman Indonesia dengan mengetahui potensi ekstrak etanol daging buah salak varietas Bongkok (Salacca edulis Reinw) terhadap aktivitas pencerahan kulit. Salak varietas Bongkok mengandung flavonoid yang diduga memiliki kemampuan dalam proses depigmentasi kulit. Studi in vitro yang dilakukan adalah uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dan uji penghambatan tirosinase. Dari hasil uji in vitro didapatkan bahwa ekstrak etanol daging buah salak memiliki aktivitas antioksidan pada konsentrasi 1%, 3% dan 5%, sedangkan kemampuannya menghambat tirosinase diperoleh pada konsentrasi 3% dan 5%, tidak pada konsentrasi 1%. Pada uji manfaat dengan analisis univariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% dengan uji T-test terbukti ada penurunan yang signifikan pada indeks melanin kulit (p<0,001). Dengan analisis bivariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% mengalami penurunan indeks melanin yang baik dibandingkan dengan basis krim dengan signifikansi 0,001(p<0,05). Dengan hasil yang diperoleh diharapkan ekstrak etanol daging buah salak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk pencerahan kulit sehingga dapat mengurangi ketergantungan industri kosmetik dalam negeri terhadap bahan baku impor.
The whitening skin product market has been growing significantly in Asia Pacific. Indonesia is one of those countries which mainly thinks that having a white color skin is simply beautiful. Therefore, it motivates Indonesian women to buy more whitening product to satisfy their beauty needs. The purpose of this research is to find raw material for whitening product from Indonesian plants that can be useful as skin lightening agents. This study investigate the potential of ethanolic extract from snake fruit in the activity as skin enlightenment. Salacca edulis Reinw (Snake fruit Bongkok varieties) contains flavonoids which have been reported to play a part in skin depigmentation. The study conducted in vitro antioxidant activity assay using DPPH and tyrosinase inhibition assay. The test results showed that in vitro, snake fruit ethanolic extract have antioxidant activity at concentration of 1%, 3% and 5%. The ability to inhibit tyrosinase is observed at a concentration of 3% and 5%. The univariate analysis from the efficacy test, using cream containing 3% extract to T-test proved that there was a significant reduction in skin melanin index (p <0,001). In bivariate analysis, cream containing 3% extract decrease melanin index which compares favorably with the base cream with significance 0,001 (p <0,05). The results obtained strongly suggest that snake fruit ethanol extract can be used as raw material for skin lightening so as to reduce dependence of the domestic cosmetics industry on imported raw materials.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T33129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hertyn Frianka
Abstrak :
ABSTRAK
Buah burahol bermanfaat untuk mengurangi halitosis (bau mulut) yang disebabkan oleh terbentuknya gas volatile sulfur di dalam rongga mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan standardisasi ekstrak etanol buah burahol dan memformulasikan tablet hisap ekstrak etanol buah burahol. Tablet hisap ekstrak burahol ini dibuat dengan menggunakan perbedaan pemanis, yaitu sintetis (aspartame) dan alami (isomaltulosa dan manitol). Metode yang digunakan untuk mencetak tablet hisap adalah dengan metode kempa langsung. Hasil uji kadar abu, kadar abu tidak larut asam, serta kadar air ekstrak buah burahol masing-masing adalah 94,95±0,05; 0,97±0,40 ; dan 33,60±0,54%. Sementara itu, hasil uji kadar total fenol, total flavonoid, sisa logam (Pb dan Cd), dan uji sisa pelarut masing-masing adalah 7,85±0,04 gGAE/100 g sampel; 0,31±0,002%; dan tidak terdapatnya sisa logam berat maupun sisa pelarut pada ekstrak. Dari hasil uji waktu larut yang dilakukan oleh 30 orang panelis, diperoleh waktu larut paling cepat adalah 4,99±0,27 menit dengan menggunakan pemanis manitol. Hasil analisis program SPSS 17.0 dari data hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara keempat formulasi yang mengandung jenis pemanis dan konsentrasi yang berbeda dengan tingkat kesukaan panelis
ABSTRACT
The beneficial of Burahol fruit is to reduce halitosis (bad breath) caused by the formation of volatile sulfur gases in the oral cavity. The aim of these study was to standardize the ethanol extract from burahol fruit and formulated ethanol extract of fruit burahol. The troches containing standardized ethanol extract of Burahol Fruit was made using the difference of sweeteners, namely synthetic (aspartame) and natural sweeteners (isomalt and mannitol). The Method for making ethanol extract of fruit lozenges burahol is using direct compression method Determination result of ash content; the result of acid insoluble acid and the result of water of each is 94,95±0,05; 0,97±0,40; and 33,60±0,54%. Meanwhile, the result of total phenol content, total flavonoids, the rest of the metals ( Pb and Cd ), and the residual solvent testing of each is 7,85±0,04 g sample gGAE/100; 0.31±0.002%, and not presence of residual heavy metals and residual solvent in the extract. The results test of dissolving time by 30 panelists, obtained during the fastest dissolving time is 4,99±0,27 minutes using mannitol sweetener. The results of the analysis of the data SPSS 17.0 showing that there is significant difference between the four types of formulations containing different concentrations of sweeteners and the level of preference panelists.
2014
S54600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutyarso
Abstrak :
Pendahuluan
Pemerintah Republik Indonesia dalam menanggulangi tekanan penduduk telah menempatkan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) sebagai Program Nasional. Menurut laporan BKKBN bahwa pada tahun 1988 di Indonesia terdapat 26.995.469 pasangan usia subur, pasangan yang mampu atau mudah memberikan keturunan.

Dari jumlah itu hanya 17.763.019 pasangan yang pernah menggunakan kontrasepsi dan ternyata di antara mereka sebagian besar adalah kaum wanita, sehingga para istrilah yang sebenarnya lebih aktif berperan sebagai akseptor KB sedang di pihak suami hanya 6% yang bersedia menggunakan kontrasepsi. Meskipun program KB dinilai cukup berhasil, tetapi dari kesinambungan dan kelancaran program tersebut diperlukan partisipasi aktif kaum pria.

Perkembangan kontrasepsi pria jauh tertinggal dibandingkan dengan kontrasepsi wanita. Hal ini disebabkan sulitnya mengendalikan proses spermatogenesis jika. dibandingkan dengan proses ovulasi. Baru pada akhir-akhir ini para peneliti baik dalam maupun luar negeri mulai tertarik kembali pada alat atau bahan kontrasepsi pria. Di Indonesia penelitian sistematik tentang KB pria masih belum banyak dilakukan (1). Berbagai usaha telah dan terus dilakukan oleh para ahli dalam bidang andrologi, untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria yang benar-benar ideal. Adapun yang dimaksud dengan kontrasepsi ideal harus memenuhi persyaratan mudah digunakan, murah, dapat diterima oleh masyarakat, tidak toksik, tidak menimbulkan efek sampingan, efektif dan bersifat reversibel (2). Sampai saat ini bahan atau alat kontrasepsi pria masih sangat terbatas yaitu kondom dan vasektomi. Terdapat petunjuk bahwa cara vasektomi bersifat ireversibel. Sedangkan kelemahan utama dalam penggunaan kondom adalah efek psikis karena berkurangnya daya sensitivitas.

Usaha untuk menemukan alat atau bahan kontrasepsi pria telah dilakukan oleh negara maju, antara lain dengan memanfaatkan bahan alami, tetapi hasilnya belum memuaskan sehingga penerapannya sebagai kontrasepsi pria masih diragukan. Oleh karena itu eksplorasi dan penelitian bahan kontrasepsi yang berasal dari tanaman masih merupakan prioritas. Selain itu bahan obat-obatan termasuk kontrasepsi yang berasal dari tanaman mempunyai keuntungan antara lain toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah harganya dan kurang menimbulkan efek samping (1).

Dari hasil skrining aktivitas spermisida 1.600 ekstrak tanaman yang tumbuh di India, ternyata 30 ekstrak tanaman mempunyai efek spermisida pada tikus dan 16 ekstrak tanaman menyebabkan "immotilitas spermatozoa" manusia (3).

Buah pare yang merupakan bagian dari tanaman pare (Momordica charantia L) dilaporkan mempunyai khasiat kontrasepsi, karena mengandung momordikosida golongan glukosida triterpen atau kukurbitasin (4). Bahan ini bersifat sitotoksik dan dapat menghambat spermatogenesis anjing (5). Disamping itu terdapat indikasi bahwa ekstrak buah pare yang diberikan pada tikus secara oral, dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas spermatozoa (6).

TeIah diketahui ada 12 jenis glukosida triterpen terkandung dalam tanaman pare, masing-masing dikenal dengan nama momordikosida A sampai L. Momordikosida utama yang terdapat dalam buah pare adalah jenis K dan L .(7), dan diduga momordikosida jenis inilah yang bersifat sitotoksilc atau sitostatik (8).

Terdapat bukti bahwa glukosida triterpen bersifat anti pertumbuhan, terutama menghambat perkecambahan biji kapas, menghambat pertumbuhan sel-sel tumor dan menghambat perkembangan fetus tikus (8). Dengan demikian kukurbitasin merupakan zat anti proliferasi dan anti. diferensiasi sel yang sangat poten (4,7,8).

Mengingat. spermatozoa merupakan sel haploid yang berasal dari perkembangan dan diferensiasi sel-sel induk germinal di dalam testis, maka timbul permasalahan yang menarik yaitu apakah ekstrak buah pare yang diberikan pada mencit jantan akan menghambat spermatogenesis dan sekaligus bersifat anti-fertilitas. Jika hal itu benar, apakah efek anti-fertilitas tersebut bersifat .reversibel. Masalah ini menjadi lebih menarik untuk diselidiki karena buah pare disukai banyak orang di Indonesia sebagai lauk dan mudah diperoleh?

1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library