Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Retno Iswarin Pujaningsih
Semarang: Fakultas Peternakan UNDIP, 2004
639.378 9 RET p (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Morris, Percy A.
New York: Ronald Press, 1957
597.8 MOR b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Yohannes Tedjasukmana
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sensitivitas berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) terhadap paparan sodium hipoklorit (NaOCI) dengan parameter induksi mikronukleus pada eritrosit. Paparan sodium hipoklorit yaitu 0,06; 0,12; 0,24 dan 0,48 ppm terhadap eritrosit berudu R. catesbeiana dilakukan selama 12 hari. Pengaruh paparan sodium hipoklorit dapat diamati dengan terbentuknya mikronukleus. Untuk mengamati mikronukleus, dibuat sediaan oles darah dari bagian ekor berudu yang kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan terhadap 1000 eritrosit.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa paparan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,06; 0,12; 0,24 dan 0,48 ppm selama 12 hari pada eritrosit berudu R. catesbeiana, menginduksi pembentukan mikronukleus yang berbeda sangat nyata dengan kontrol (α = 0,01). Uji Regresi Linier menunjukkan peningkatan jumlah mikronukleus sesuai dengan peningkatan konsentrasi sodium hipoklorit yang dipaparkan (Y = 12,525 + 67.083X).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Norman Hardi Utama
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang. Pungsi arteri femoralis yang tidak disengaja pada saat
kanulasi vena femoralis memiliki insiden yang cukup tinggi(20-50%).
Penambahan fleksi lutut pada posisi abduksi-eksorotasi(posisi kodok)
meningkatkan luas lintang vena femoralis. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh posisi kodok, posisi abduksi-eksorotasi dan posisi
anatomis terhadap jarak antara arteri dan vena femoralis.
Metode. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan
rancangan potong lintang pada satu kelompok dengan pengukuran
berulang. Jarak arteri-vena, dan lebar sisa vena diukur pada tiga posisi
berbeda, masing-masing sebanyak dua kali. Pertama gambar diambil
pada semua pasien oleh satu operator dan mesin ultrasonografi yang
sama. Setelah itu dilakukan pengukuran pada gambar dengan fitur
kaliper pada mesin ultrasonografi oleh operator yang berbeda.
Hasil. Penambahan jarak arteri-vena femoralis yang terbesar tampak
pada perubahan posisi dari posisi anatomis ke posisi kodok (2.7 mm
(95%CI: 2.2-3.2 mm), diikuti dengan perubahan dari posisi anatomis ke
posisi abduksi-eksorotasi (2.1 mm (95%CI: 1.7-2.5mm).
Simpulan. Jarak antara arteri dan vena femoralis pada posisi kodok
lebih besar dibandingkan kedua posisi lainnya.
ABSTRACT
Background: The incidence of unintentional arterial puncture during
cannulation of femoral vein was high(20-50%). The addition of knee
flexion to abcudtion-exorotation position(frog position) have been shown to increase the cross sectional area of femoral vein. The purpose
of this study is to compare the distance between femoral artery and vein in frog position, abduction-exorotation position and anatomical
position.
Method:. This study is an analytical observational study with cross
sectional design within one grup with repeated measurement. The
distance between artery and vein was measured in three position. The
measurement was taken twice for each position. First picture was taken
by one operator and one ultrasonography for all patient. Then another
operator measured the distances with caliper feature on the ultrasonograph.
Result: The artery-vein distance in frog position(7.26 +0.69 mm) was
greater than in abduction-exorotaion position(6.65 +0.94 mm) and
anatomical position(4.53 +1.99 mm). The difference of the artery-vein
distance between frog and anatomical position was 2.7mm(95%CI: 2.2-
2.3 mm).
Discusion: The frog position provided the greatest distance between
femoral artery and vein
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library