Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liona Rosmayati
1993
S29841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Disman Japhar Sidik
Abstrak :
Nitrogen dan fosfor inerupakan makro nutrien panting bagi khamir, yang sangat diperlukan untuk pertiimbuhan dan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan urea sebagai sumber nitrogen atau KH2P0^ sebagai sumber fosfor terhadap biomassa sel khamir, dan untuk mengetahui konsentrasi urea atau KH2PO4 yang paling baik sehingga diperoleh biomassa sel yahg maksimal dari khamir F.2.2 yang ditumbuhkan pada substrat limbah nanas, dengan masa inkubasi 24 jam (30°C), dan kecepatan pengoookan 90 rpm. Konsentrasi urea atau KH2PO4 yang ditambahkan adalah: 0,000 M, 0,0002 M, 0,004 M, 0,006 M, 0,008 M, dan 0,010 M. Perhitungan biomassa dllakukan dengan mengukur kekeruhan menggunakan Spektrofotometer Spectronic 21 pada panjang gelombang 570 nm. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh konsentrasi urea atau KH2PO4 yang ditambahkan pada limbah nanas terhadap biomassa khamir F.2.2 (a =0,005).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puteri Aprilia Sitadevi
Abstrak :
Pada metode deteksi fosfat konvensional, sampel yang diuji secara ex-situ mempunyai akurasi yang rendah karena fosfat adalah senyawa yang labil dan dipengaruhi kondisi penyimpanan. Metode yang digunakan untuk pengujian fosfat adalah metode Diffusive Gradient in Thin Film DGT . Metode ini lebih dapat diandalkan dalam mengukur keberadaan senyawa fosfat yang tersedia bioavailable di lingkungan akuatik. Prinsip metode ini adalah pengikatan fosfat pada binding gel dalam DGT. Binding gel dalam penelitian ini dimodifikasi menggunakan adsorben dari kitosan, bentonit, dan ion logam Co. Ketiga bahan tersebut dibuat menjadi biokomposit Co-Loaded-Kitosan-Bentonit Co-CSBent agar mempunyai kapasitas pengikatan yang lebih besar. Selain itu, dibuat binding gel bikomposit Kitosan-Bentonit CSBent sebagai perbandingannya. Metode ini menggunakan binding gel dan diffusive gel yang terbuat dari akrilamida, ammonium persulfat, dan cross-linker N,N-metilenbisakrilamida. Pada optimasi kontrol 2 ppm, biokomposit Co-CSBent mempunyai kapasitas penyerapan 0.9416 mg/g yang lebih besar dibandingkan CSBent yaitu 0.8474 mg/g. Pada metode DGT, optimasi kontrol 2 ppm DGT-Co-CSBent dan DGT-CSBent didapatkan CDGT sebesar 1.9127 g/mL dan 1.6643 g/mL. Binding gel Co-CSBent mampu mengikat fosfat lebih banyak dibandingkan CSBent karena adanya ion logam tambahan. Kedua binding gel pada DGT tersebut diuji dengan sejumlah variasi anion yaitu Cl-, SO42-,HCO3-, dan NO3- dengan konsentrasi 0.5 mg/L sampai 2.5 mg/L. Pada konsentrasi maksimal gangguan anion SO42-, CDGT yang didapatkan pada nilai 1.0153 g/mL CSBent dan 1.2736 g/mL Co-CSbent . Sedangkan konsentrasi maksimal gangguan anion Cl-, CDGT yang didapatkan sampai pada nilai 1.2934 g/mL CSBent dan 1.9584 g/mL Co-CSbent . Pada konsentrasi maksimal gangguan anion HCO3-, CDGT yang didapatkan pada nilai 0.7371 g/mL CSBent dan 0.8628 g/mL Co-CSbent . Sedangkan konsentrasi maksimal gangguan anion NO3-, CDGT yang didapatkan sampai pada nilai 0.4590 g/mL CSBent dan 0.5889 g/mL Co-CSbent . Berdasarkan data, anion NO3- dan HCO3- menyebabkan CDGT menurun secara drastis dibandingkan dengan nilai optimasi DGT. Pengikatan fosfat oleh biokomposit Co-CSBent diatur oleh pertukaran ion, daya tarik elektrostatik dan kompleksasi ion logam Lewis. Sementara biokomposit CSBent tidak mempunyai kompleksasi ion logam Co. Binding gel dan biokomposit non-DGT hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD, dan SEM EDS. Pada karakterisasi tersebut didapatkan hasil bahwa biokomposit telah berhasil disintesis. ......In conventional phosphate detection methods, ex situ analysed sample has poor accuracy due to phosfate labile trait as a substance and its dependence on storage conditions. Diffusive Gradient in Thin Film DGT method is used for phosfate analysis. The chosen method is more reliable for measuring phosphate bioavailability in aquatic environment. The principle of this method is to bind the phosphate on the DGT binding gel. The binding in thi study was modified with adsorbent from chitosan, bentonite, and cobalt metal ion. The three components are used to create Co loadedChitosan Bentonite biocomposite Co CSBent in order to enhance its binding capacity. Chitosan Bentonite biocomposite CSBent is used as a comparison. The binding and diffusive gel for this method are made from acrylamide, ammonium persulfate, and N,N methylenebisacrylamide. In 2 ppm optimation control, Co CSBent has a Sorption Capacity of 0,9416 mg g, higher than CSBent with 0,8474 mg g. In DGT method, 2 ppm optimation control of Co CSBent DGT and CSBent DGT, CDGT value of 1.9127 g mL and 1.6643 g mL were obtained respectively. Co CSBent binding gel was able to bind more phosphate than CSBent due to the metal ion addition. Both binding gels in DGT were tested with various anions like Cl , SO42 , HCO3 , dan NO3 with concentration ranging from 0.5 mg L to 2.5 mg L. At maximum SO42 inhibitor anion concentration, CDGT value of 1.0153 g mL CSBent and 1.2736 g mL Co CSBent were obtained. Whereas at maximum Cl anion inhibitor, CDGT value of 1.2934 g mL CSBent and 1.9584 g mL Co CSBent were obtained. At maximum HCO3 inhibitor anion concentration, CDGT value of 0.7371 g mL CSBent and 0.8628 g mL CoCSBent were obtained. And At maximum NO3 inhibitor anion concentration, CDGT value of 0.459 g mL CSBent and 0.5889 g mL Co CSBent were obtained. Based on the obtained data, NO3 and HCO3 anions drastically reduced the CDGT value compared with optimated CDGT value. Phosphate binding by Co CSBent biocomposite is controlled by ion exchange, electrostatic force, and Lewis metal ion complexation whereas CSBent biocomposite does not have Co metal ion complexation. Synthesized binding gel and non DGT biocomposite were characterized using FTIR, XRD, and SEM EDS. Characterization results shown that biocomposites had been synthesized successfully.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Octavia
Abstrak :
ABSTRACT
Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra perikanan di Provinsi Jawa Barat. Sebagai salah satu kawasan tambak terbesar, penting untuk menjaga kualitas perairan tambak di Blanakan, Kabupaten Subang. Produktivitas Primer dapaat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu ekosistem, termasuk perairan tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai produktivitas primer serta kandungan unsur hara dan kelimpahan fitoplankton pad perairan tambak di Blanakan. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun penelitian dan masing-masing terdiri dari 3 titik kedalaman, yaitu 0,5 m, 1 m, dan 1,5 m. Pembagian stasiun didasari pada vegetasi mangrove masing masing tambak, stasiun I memiliki vegetasi Avicennia marina, stasiun II Rhizopora mucronata, dan stasiun III memiliki vegetasi campuran kedua jenis dalam 1 tambak. Nilai produktivitas primer dilakukan menggunakan metode botol gelap-terang. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai produktivitas primer yang berkisar antara 152,083 ndash; 260,417 mgC/m3/hari dengan rata-rata tertinggi diperoleh pada stasiun I dan terendah pada stasiun III. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai produktivitas primer antar stasiun tidak berbeda signifikan. Berdasarkan hasil analisis korelasi pearsondiketahui bahwa produktivitas primer berkorelasi sangat kuat terhadap unsur hara nitrat, fosfat, klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton.
ABSTRACT
Subang regency is one of the largest fisheries area in West Java. As one of the largest fishpond area in West Java, it is important to maintain the quality of fishpond area in Blanakan, Subang. Primary productivity can be used to defined the quality of an ecosystem include fishpond. The aim of this research was to measure the value of primary productivity in Blanakan fishpond, know the correlation among phytoplankton abundance, nitrate, phosphate, and chlorophyl a with primary productivity, and analyze the significance differences of primary productivity among three stations. The samples were collected from three sampling station based on its mangrove vegetation, station I consists of Avicennia marina, station II Rhizopora mucronata, while station III is a mixed mangrove vegetation fishpond consists of Avicennia marina and Rhizopora mucronata. Each of the stations were divided into three points based on different depth which consist of 0,5 meters, 1 meters, and 1,5 meters. The measurement of primary productivity was done by light dark bottle method. Meanwhile, the concentration of nitrate, phosphate and chloropyl a were measured by spectrophotometer method. The result showed that the value of primary productivity ranged from 152,083 to 260,417 mgC m3 day with the highest value obtained at station I and the lowest value at station III. According to statistical test, there is no significance differences of primary productivity value among three stations. Correlation analysis also showed that primary productivity was correlated strongly with niitrate, phosphate, chloropyl a and phytoplankton abundance.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuliana
Abstrak :
Pragelatinisasi pati singkong fosfat (PPSF) adalah hasil modifikasi fisik dan kimia dari pati singkong. Pati singkong dimodifikasi menjadi pragelatinisasi pati singkong (PPS). PPS dapat mengalami retrogradasi yang akan menyebabkan terjadinya sineresis sehingga PPS perlu dimodifikasi secara kimia. Pada penelitian ini, PPS dimodifikasi kimia dengan pereaksi natrium tripolifosfat, dengan konsentrasi 5% (b/b) dan pH 9-10, selanjutnya dikeringkan dengan drum dryer. PPSF yang dihasilkan dikarakterisasi yang meliputi karakterisasi fisika, kimia dan fungsional. Derajat substitusi yang dimiliki PPSF sebesar 0,05% (%P). Gel PPSF yang diletakkan pada suhu ruang masih stabil serta tidak mengalami sineresis sampai hari ke-11. Indeks mengembang PPSF selama 8 jam menunjukkan hasil terbesar pada medium aquadest yaitu 235,85% dan tekecil pada larutan HCl pH 1,2 yaitu 182,50%. Viskositas PPSF dengan konsentrasi 15% sebesar 2645 cps dan kekuatan gel PPSF dengan konsentrasi 30% sebesar 8,70 gF. Karakteristik film PPSF dengan konsentrasi 15% memiliki elongasi 31,67%, tensile strength 3,56x106 N/m2 dan modulus elastis 0,62x106 N/m2. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki, PPSF mungkin dapat dimanfaatkan dalam formulasi tablet sebagai pengikat, matriks dalam sediaan sustained release, bahan penyalut baik salut film maupun salut gula, bahan pembentuk film untuk penutup luka, basis gel, bahan pengental dan bahan pensuspensi. ......Pragelatinized cassava starch phosphate (PCSP) is a result of physical and chemical modification from cassava starch. Cassava starch was modified into Pragelatinized cassava starch (PCS). PCS may experience retrogradation that will cause syneresis therefore PCS was modified chemically. In this research, PCS was modified by reacting it with 5% sodium tripolyphosphate (w/w) at pH 9-10, then dried using drum dryer. PCSP produced was then characterized by means of physical, chemical and functional characterizations. Substitution degree of PCSP was 0,05% (%P). PCSP gel which was placed in room temperature was not syneresis until the 11th day. Swelling index of PCSP during 8 hours showed the highest in aquadest was 235,85% and the lowest in HCl solution pH 1,2 was 182,50%. Viscocity of PPSF with concentration 15% was 2645 cps and gel strength of PPSF with concentration 30% was 8,70 gF. Characterizations of PCSP film with concentration 15% were 31,67% elongation, 3,56x106 N/m2 tensile strength and 0,62x106 N/m2elastic modulus. Based on PCSP characterizations, it may be applied in formulation of pharmaceutical dosage forms, such as tablet binder, matrix in sustained release tablet, tablet coating material either film coating or sugar coating, film forming for wound dressing, gel base, thickening agent and suspending agent.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S42399
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardina Purnama Tirta
Abstrak :
Eutrofikasi merupakan salah satu problem lingkungan perairan yang disebabkan oleh munculnya nutrien yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Pada sebagian besar danau, fosfat merupakan nutrisi pembatas pada proses fotosintesis alga. Meskipun konsentrasi fosfat di badan air dikurangi, eutrofikasi masih dapat terjadi karena adanya mobilisasi fosfat dari pore water sedimen ke badan air. Oleh karena itu, monitoring terhadap cemaran fosfat di perairan perlu mengkaji pelepasan fosfat dalam sedimen dan bagaimana interaksinya pada badan air. Studi pelepasan fospat dari sedimen ke badan air dilakukan menggunakan perangkat DGT dengan ferrihidrit sebagai binding gel dan N- -methylenebisacrylamide sebagai crosslinker. Hasil penelitian menunjukkan DGT dengan dengan komposisi akrilamid 15 % ; N- -methylenebisacrylamide 0,1 % dan ferrihidrit sebagai binding gel dapat digunakan untuk pengukuran fosfat yang lepas dari sedimen ke badan air. Hasil penggelaran DGT selama 7 hari pada kondisi oxic dan anoxic menunjukkan proses lepasnya fosfat dari sedimen ke badan air dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan kondisi oxic lingkungan. Konsentrasi fosfat yang lepas dari pore water sedimen ke badan air pada kondisi anoxic memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan kondisi oxic. Hasil penelitian dari penggelaran DGT selama 7 hari untuk sampel sedimen buatan dan sedimen nyata pada kedalaman 1 sampai 15 cm dari permukaan air menunjukkan sedimen memiliki profil massa fosfat yang berbeda sesuai dengan kedalaman. Konsentrasi fosfat yang lepas cenderung lebih tinggi dengan bertambahnya kedalaman dan waktu inkubasi. CDGT fosfat maksimum yang lepas pada kondisi oxic untuk sampel sedimen buatan hari ke-1 , hari ke-3 dan hari ke-7 masing-masing sebesar 1,00 μg/L pada kedalaman 14 cm, 6,61 μg/L pada kedalaman 14 cm, dan 20,92 μg/L pada kedalaman 11 cm. CDGT fosfat maksimum yang lepas pada kondisi anoxic untuk sampel sedimen buatan hari ke-1 , ke-3, dan ke-7 masing-masing sebesar 9,62 μg/L pada kedalaman 12 cm, 10,31 μg/L pada kedalaman 13 cm, dan 24,19 μg/L pada kedalaman 10 cm. CDGT fosfat maksimum untuk sampel sedimen nyata setelah penggelaran 7 untuk kondisi oxic sebesar 29,23 g/L di kedalaman 14 cm, sedangkan untuk kondisi anoxic sebesar 30,19 g/L di kedalaman 8 cm. ......Eutrophication is one of the environmental problems caused by the excessive nutrients in aquatic ecosystems. In most lakes, phosphate is a limiting nutrient for algae photosynthesis. Even though the concentration of phosphate from external loading into the water body has been reduced, eutrophication could still be occurring due to internal mobilization of phosphate from the sediment pore water into the overlying water. Therefore, released phosphate from sediments and their interaction in the pore water must be included in monitoring of phosphate concentration in aquatic system. Released phosphate from sediment into pore water has been studied by DGT devices with ferrihydrite as binding gel and NN'-methylenebisacrylamide as crosslinker. The results showed that DGT with 15% acrylamide; 0.1 % N-N'-methylenebisacrylamide and ferrihydrite as binding gel was suitable for the measurement of released phosphate from sediment into pore water. The result of deployed DGT in oxic and anoxic condition in seven days incubation showed the released phosphate process from the sediment into pore water affected by incubation time and the existence of oxygen in the environment. Released phosphate from the sediment to the water in anoxic condition has a higher value than oxic conditions. The experimental results of deployed DGT in synthetic and natural sediment core at a depth of 1 to 15 cm from the surface of the water for 7 day showed that the sediment has a phosphate mass profile difference based on depth. The concentration of phosphate tends to be increased with depth. The maximum CDGT of phosphate released for synthetic sediment in oxic condition at 1st, 3rd, and 7th day period of incubation are 1.00 μg/L at 14 cm depth, 6.61 μg/L at 14 cm depth and 20.92 μg/L at 11 cm depth, respectively. The maximum CDGT of phosphate release for synthetic sediment in anoxic condition at 1st, 3rd, and 7th day are 9.62 μg/L at 12 cm depth, 10.31 μg/L at 13 cm depth and 24.19 μg/L at 10 cm depth, respectively. The maximum CDGT of phosphate release from natural sediment in oxic and anoxic condition at 7th day are 29.23 g/L at 14 cm depth and 30.19 g/L at 8 cm depth, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Santikasari
Abstrak :
Fosfor (P) adalah salah satu nutrien utama penyebab eutrofikasi di badan air yang dapat memicu terjadinya blooming alga. Masuknya fosfat ke badan air merupakan akibat dari tingginya aktivitas yang menghasilkan limbah domestik, aktivitas pertanian, pertambangan dan penggundulan hutan. Konsentrasi fosfat total yang terukur adalah konsentrasi keseluruhan dari spesi fosfat baik organik maupun anorganik, sementara itu spesi ortofosfat adalah spesi yang berperan penting dalam terjadinya eutrofikasi. Teknik DGT (diffusive gradient in thin film) merupakan salah satu metode yang telah dikembangkan untuk pengukuran spesi fosfat dalam air. Teknik DGT diteliti kemampuannya untuk pengukuran spesi fosfat dalam air dengan binding agent Lantanum-MOF (Metal Organic Framework). Berdasarkan hasil penelitian, Lantanum-MOF dengan luas permukaan 84,957 m2/g dan volume pori 0,090 cc/g diperoleh dengan metode solvotermal menggunakan pelarut DMF/air. Lanthanum-MOF yang diperoleh kemudian dapat digunakan sebagai binding agent pada binding gel La-MOF dalam sistem DGT untuk penyerapan ortofosfat secara selektif untuk H2PO4-. Koefisien difusi DGT La-MOF adalah 2,2156 × _10-6 cm2/s. Perubahan pH dan adanya ion penganggu NO3-, CO32- dan SO42- mempengaruhi penyerapan ortofosfat oleh DGT-La-MOF. Pada pH 4 hingga 7 penyerapan H2PO4- terjadi optimum dengan CDGT/CAwal >1. Pengaruh kuat ion penganggu terhadap penyerapan ortofosfat pada DGT La-MOF secara berturut-turut NO3-> CO32- > SO42-. Dengan meningkatkan berat La-MOF dalam binding gel hingga 50 mg La-MOF dalam 10 mL larutan gel, diperoleh kapasitas penyerapan ortofosfat 93,386 μg P, 14 kali lebih besar dibanding kapasitas penyerapan DGT ferihidrit. DGT La-MOF juga dapat diaplikasikan untuk sampling ex-situ air lingkungan dengan hasil pengukuran konsentrasi fosfat reaktif yang homogen.
Phosporus (P) is one of the most nutrient contributors of eutrophication in aquatic system which can trigger algae blooms. The entry of phosphate into the aquatic system is generally caused by the high domestic waste, agricultural activities, mining and deforestation. Total phosphate measurement is the overall concentration of phosphate species both organic and inorganic phosphate, while the orthophosphate species play important role in eutrophication. DGT (diffusive gradient in thin film) is the techniques that has been developed to measure phosphate species in water. The DGT technique is investigated its ability to measure phosphate spesies in water by using Lanthanum-MOF (metal organic frameworks) as binding agent. In this study, Lanthanum MOF with surface area 84.957 m2/g and pore volume 0.090 cc/g was developed by solvothermal method using DMF/water as a solvent. Lanthanum-MOF then used as binding agent of binding gel La-MOF in DGT system for orthophosphate removal, selectively for H2PO4- adsorption. The diffusion coefficient of DGT La-MOF was 2.2156 × _10-6 cm2/s respectively. Change in pH and interfering anions such as NO3-, CO32- dan SO42- affected the orthophosphate uptake on DGT La-MOF. At pH 4 to 7, the optimum uptake of H2PO4- was achieved. The effect of ionic strength for orthophosphate uptake were in the sequence NO3-> CO32- > SO42- . By increasing La-MOF mass in the binding gel, the orthophosphate uptake on DGT La-MOF was up to 93.386 μg P, which 14 times higher than orthophosphate uptake by DGT ferrihydrite. DGT La-MOF was also proofed has good homogeneity for ex situ sampling technique of reactive phosphate.
Universitas Indonesia, 2020
T54590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Shafira
Abstrak :
Keberlimpahan fosfat di badan air menjadi masalah yang serius karena akan menyebabkan eutrofikasi. Keberadaan fosfat harus diperhatikan agar tidak menyebabkan eutrofikasi yang berakibat pada ekosistem perairan. Teknik diffusive gradient in thin films (DGT) menjadi salah satu metode yang cukup menjanjikan dalam penyerapan fosfat karena dapat digunakan secara in situ. Perangkat DGT terdiri atas filter membran, diffusive gel, dan binding gel. Keberadaan binding agent dalambinding gel membuat analit spesifik akan terikat ke dalam binding gel. Pada penelitian ini, digunakan La2O3 sebagai binding agent dalam penyerapan senyawa fosfat. La2O3 disintesis dengan metode sol-gel kemudian dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, FESEM-EDX, dan BET. Sintesis binding gel La2O3 terbukti berhasil dengan adanya kesamaan serapan antara diffusive gel dan binding gel serta serapan khas La-O pada 642 cm-1 dan 423 cm-1. Lalu, DGT La2O3memilki kemampuan yang lebih baik dibanding DGT Ferrihidrit terhadap penyerapan fosfat dengan pengaruh waktu kontak optimum 72 jam yaitu 1,91 x 105 ng untuk DGT La2O3 dan 1,08 x 105 ng untuk DGT Ferrihidrit, pengaruh konsentrasi fosfat optimum 10 ppm yaitu 2,29 x 105 ng untuk DGT La2O3 dan 9,73 x 104 ng untuk DGT Ferrihidrit, pengaruh pH optimum pH 3 yaitu 1,93 x 105 ng untuk DGT La2O3 dan untuk DGT-Ferrihydrite sebesar 3,84 x 104 ng, dan aplikasinya pada air danau untuk DGT-La2O3 adalah 9,93 x 103 ng dan 3,18 x 103 ng untuk DGT-Ferrihydrite. ......The abundance of phosphate in water bodies is a serious problem because it will cause eutrophication. The presence of phosphate must be considered so as not to cause eutrophication which has an impact on aquatic ecosystems. Diffusive gradient in thin film (DGT) technique is an adequate method for phosphate absorption because it can be used in situ. The DGT device consists of a membrane filter, a diffusive gel, and a binding gel. The presence of a binding agent in the binding gel makes the specific analyte determine the binding gel. In this study, La2O3 will be used as a binding agent in the absorption of phosphate compounds. La2O3 will be synthesized by the sol-gel method and then characterized by FTIR, XRD, FESEM-EDX, and BET. The synthesis of binding gel La2O3 proved successful with the similarity of absorption between the diffusive gel and binding gel and the typical absorption of La-O at 642 cm-1 and 423 cm-1. Then, DGT La2O3 has a better ability than DGT Ferrihydrite on phosphate absorption with the effect of an optimum contact time of 72 hours, namely 1.91 x 105 ng for DGT La2O3and 1.08 x 105 ng for DGT Ferrihydrite, the effect of the optimum phosphate concentration of 10 ppm is 2.29 x 105 ng for DGT La2O3 and 9.73 x 104 ng for DGT Ferrihydrite, the effect of the optimum pH for pH 3 is 1.93 x 105 ng for DGT La2O3 and for DGT-Ferrihydrite of 3.84 x 104 ng, and its application to lake water for DGT La2O3 was 9.93 x 103 ng and 3.18 x 103 ng for DGT-Ferrihydrite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Diaz
Abstrak :
Anodisasi merupakan salah satu metode pelapisan permukaan yang lazim dipakai khususnya dalam industry otomotif. Lapisan pasif permukaan alumina yang terbentuk tidak hanya tahan terhadap korosi, namun juga mempunyai karakteristik yang unik lainnya. Seperti pada nilai kekerasan dan kemungkinan terbentuknya pori pada permukaan. Nilai lebih dari properties - properties unik yang dimiliki aluminum ini menyebabkan banyaknya penelitian di bidang aluminum. Pori yang terbentuk di permukaan aluminum dipengaruhi oleh beberapa variabel kerja, antara lain tegangan kerja, temperatur larutan, jenis larutan dan waktu anodisasi. Dengan melakukan perampingan pada proses preparasi serta penyederhanaan sampel uji diharapkan ditemukan suatu batas bawah dalam upaya sintesa pembentukan nano yang tentunya jika berhasil akan memperluas area pengenalan nanoteknologi di masyarakat. Parameter uji dengan variabel tetap pada konsentrasi larutan fosfat dan waktu anodisasi serta variasi pada tegangan dan temperatur dilakukan untuk mengetahui perilaku benda uji dan karakter permukaan Al tersebut. Penggunaan tegangan sebesar 70V pada temperatur 22° ......Aluminum exhibits several oppurtunities in the matter of material Science owing to its unique properties regarding its conversion ability. Tiny pores found in some testing parameter give a promising prospect in nanotechnology due to its easiness in fabrication. Voltage and temperature are two main factors in development of pores in anodization process. Simple method here is applying lower threshold requirement in order to find lowest requirement to perform some nano technology. Phosphoric acid solution is known to achieve optimal results in range between 22 - 70°C and 40 - 100 V. By applying lees preparation and low level of specimen in variations of voltage and temperature, some order anay of pores are well indicated and in some 50 - 100 nm of size.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25891
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>