Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penggunaan agar-agar pada produk pangan cukup luas, namun demikian masih terdapat kelemahan sifat fungsionalnya. Peningkatan sifat fungsional agar-agar dilakukan dengan penambahan berbagai jenis gum karena gum memiliki efek sinergisme dengan fikokoloid. Pada penelitian ini dibuat formulasi agar-agar dengan berbagai jenis gum yaitu gum arabik, guar gum, locust bean gum (LBG), dan konjak. Variasi rasio formula agar-agar dengan berbagai jenis gum masing-masing adalah 1:3, 1:1, dan 3:1. Sebagai pembanding digunakan agar-agar kontrol tanpa penambahan gum. Sifat fungsional yang diamati meliputi kekuatan gel, elastisitas, sineresis, viskositas, titik leleh, dan titik gel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penambahan LBG dan konjak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kekuatan gel agar-agar. LBG dan konjak memiliki efek sinergis dalam meningkatkan kekuatan gel. Kekuatan gel agar-agar meningkat dari 493 g/cm2 menjadi 2011 g/cm2 pada penambahan konjak rasio 1:1 dan menjadi 864 g/cm2 pada penambahan LBG ratio 1:1. Elastisitas gel agar-agar meningkat dari 45 mm menjadi 47,90 mm pada penambahan guar gum rasio 3:1. Penambahan guar gum, LBG, dan konjak berpengaruh nyata terhadap peningkatan viskositas agar-agar. Guar gum, LBG, dan konjak memiliki efek sinergis dalam meningkatkan viskositas. Viskositas agar-agar meningkat dari 101 cPs menjadi 1880 cPs pada penambahan guar gum rasio 1:3, menjadi 1610 cPs dengan LBG rasio 1:3 dan menjadi 5380 cPs dengan konjak rasio 1:3. Titik leleh menu run dari 56°C menjadi 48°C pada penambahan gum arabik rasio 1:3."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dadi Hidayat Maskar
"Every body consumes street-foods, even babies as early as 6 months of age. The older the children, the more varied the street foods being consumed. Street foods therefore have contributed to a significant proportion of energy, protein and iron intake of school age children. Looking at high percentages of street foods contribution to their nutrient intake, street foods play an important role in school children's growth and school achievement. On the other hand the safety (microbiological & chemical aspect) of street foods is still questionable. This study aimed to investigate the predicted consumption of illegal food additives from street food among school children from two different types of government primary schools.
This research report is arranged and divided in three sequential parts. Part 1 contains comprehensive review on the background and rationale of the study, problem statements, literature review, conceptual framework, objectives of the study and the hypothesis.
Part 2 consists of manuscript for publication entitled "School children from model school had lower intake of illegal food additive from street foods compare to school children from regular school" that presents the main findings of the study. The manuscript is written in accordance with the "Instruction for Author's" of "Food and Nutrition Bulletin".
Part 3 is the compilation of the detailed questionnaire, methodology, other important results that are not included in the manuscript, ethical consideration and list of references.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Saymona Fauzi
"ABSTRAK
Berdasarkan pengujian parameter boraks dan formalin yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM tahun 2011 terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS , terdapat 94 2,93 yang mengandung boraks dan 43 1,34 mengandung formalin. Kantin yang berada di lingkungan kampus memiliki potensi besar untuk melakukan praktik kecurangan penggunaan bahan tambahan pangan. Menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengujian secara kualitatif di laboratorium. Pemeriksaan kandungan bahan kimia pada makanan, peneliti melakukan pemeriksaan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji laboratorium boraks dan formalin pada makanan sebanyak 77 sampel di dapatkan hasil 3 sampel makanan positif mengandung bahan kimia boraks dan 69 sampel makanan yang positif mengandung bahan kimia formalin. responden dengan tingkat pengetahuan kurang le; 55 dengan makanan yang positif mengandung bahan kimia formalin adalah sebanyak 60 93,8 dan negatif formalin hanya sebanyak 4 6,3 . Sedangkan pada tingkat pengetahuan baik >55 di dapatkan hasil positif makanan yang mengandung formalin sebanyak 9 69,2 dan negatif formalin adalah 4 30,8 . Dilihat berdasarkan p-value = 0,024, OR =6,667 dan CI 95 = 1,411-31,502 yang menunjukkan tingkat pengetahuan kurang tersebut memiliki hubungan yang sognifikan terhadap adanya kandungan bahan kimia formalin di dalam makanan yang dijual oleh responden.
ABSTRACT
Food and Drug Supervisory Agency BPOM performed a series of experiments on borax and formaldehyde on School Food Snack PJAS in 2011. There were 94 2.93 of foods containing borax and 43 1.34 of foods containing formaldehyde. The canteen has a great potential of fraudulent practices in using food additives. Using cross sectional research design and qualitative testing in identifying chemical substances in foods, researchers conducted a laboratorium research at the Chemistry Laboratory in Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia. The results obtained from laboratory examinations found that among 77 samples, there were 3 food samples contain borax chemicals and 69 food samples contain formaldehyde chemicals. Respondents with low level of knowledge le 55 are likely to be related with formaldehyde chemicals 60 93.8 while only 4 6.3 respondents are negatively correlated with formaldehyde. In addition, among the respondents with high level of knowledge 55 , 9 69,2 of them is found to have food with formaldehyde and only 4 respondents are negative 30,8 . Based on p value 0,024, OR 6,667 and 95 CI 1,411 31,502, this research indicates that the level of knowledge has a cognitive relationship to the presence of formaline chemicals in sale of foods."
2017
S69690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Humairoh Balqis
"Penggunaan bahan tambahan pangan pada makanan merupakan hal yang lazin dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pangan. Ketentuan mengenai bahan tambahan pangan oleh Pemerintah kini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Namun sayangnya, masih ditemukan pelaku usaha yang melanggar ketentuan penggunaan bahan tambahan pangan tersebut. Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, namun sayangnya banyak konsumen yang tidak mengetahui hak-haknya tersebut. Sehingga, penggunaan zat yang yang dinyatakan dilarang dan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan pada makanan dapat dikatakan sebagai sebuah perbuatan melanggar hukum yang dapat dikenakan sanksi.

The use of food additives in foods is a common habit do by the food entrepreneurs. Provisions regarding addictives by the Government now is set in a regulation of the Minister of health no. 033 in 2012 About Food Additives. But unfortunately, still found entrepreneurs that violates the terms of use of the food additives. In terms of Act No. 8 of 1999 on the protection of consumers, it is a violation of the rights of consumers, but unfortunately there are still consumers who do not know the rights they have. Thus, the use of substances that are declared prohibited and dangerous as food additives in foods can be declared as an illegal act that must be subject to the lebal sanctions.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library