Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misri Gozan
Abstrak :
Perkembangan sektor industri yang cukup pesat menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Salah satu limbah yang dihasilkan oleh sektor industri adalah limbah fenol. Untuk melindungi kehidupan air dari kerusakan yang parah, maka konsentrasi fenol dalam effluent harus kurang dari 5.8 mg/L. Untuk mengolah limbah fenol dapat dipergunakan proses lumpur teraktifasi dengan jenis biorektor yang dipergunakan dengan merrcycle sebagian hasil olahan dalam perbandingan laju alir recycle terhadap laju alir influent tertentu. parameter lain yang mempengaruhi kinerja reaktor adalah perbandingan antara laju alir recycle terhadap laju alir effluent. Untuk nilai yang tetap jika nilai meningkat maka nilai 5,,8 dan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi tunak pada proses start up akan menjadi lebih lama. Jika nilai semakin besar maka waktu tinggal limbah dalam areaktor akan semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi yang lunat pada proses start up akan semakin cepat pula. Kondisi terbaik pada tulisan ini diperoleh pada saat nilai berturut turut adalah 0.8 dan 0.9 dengan 5.8 sebesar 0.08 hari.
1998
JUTE-XII-4-Des1998-375
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Idawaty Elisabet
Abstrak :
Timbal, mangan, fenol, merupakan zat-zat kimia yang banyak terdapat diperairan karena berasal dari limbah buangan industri, maupun sisa-sisa penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diperairan, terutama timbal dan mangan juga terdapat di linkungan udara.Kandungan yang berlebihan akan zat-zat tersebut diperairan dapat menimbulkan kemsakan dalam sistem biota akuatik, terutama pada ikan, yang akhirnya dapat merugikan manusia pula, karena hidup manusia tidak bisa lepas dari air dan lingkungan sekitar.Dalam penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut zat-zat tersebut terhadap ikan mas yang berusia sekitar 1 bulan dengan berat antara 1 - 2 gr.Timbal dan mangan yang dipergunakan dalam bentuk senyawaan dengan nitrat, dan fenol dalam bentuk fenol mumi. Parameter dalam uji toksisitas akut ini adalah LCso. yaitu konsentrasi toksikan dimana diperoleh 50% hewan uji mati. Pengujian dllakukan selama 96 jam atau 4 hari. Penelitlan ini juga mengamati apakah ada bioakumulasi zat-zat tersebut dalam tubuh ikan. Hasii yang diperoleh dari penelitlan ini adalah harga LCso - 96 jam bagi fenol adalah sebesar 40 ppm, timbal nitrat sebesar 50 ppm, dan 100 ppm bagi mangan nitrat. Tidak terlihat adanya akumulasi pada ikan mas untuk semua senyawa tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Sutanto
Abstrak :
Suatu pencemaran air dapat terjadi karena adanya tambahan zat organik atau anorganik ke dalam badan air dengan cara terlarut, terendap, atau membentuk koloid. Pencemaran tersebut dapat merubah sifat fisika seperti kenaikan temperatur, kekeruhan, warna, bau, dan pH air tersebut. Alizarin red merupakan suatu zat warna yang banyak digunakan untuk pewarnaan tekstil. Dalam industri tekstil, zat ini sering menjadi limbah proses pencelupan. Senyawa ini benwarna merah dan bersifat raoun sehingga mengganggu keseimbangan dan estetika perairan. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengurangi intensitas warna alizarin red dalSatumd ia Dire gmreandagsgi.u..n, Haekrayn S umteatntood, eFM foIPtoAk aUtIa, l2i0s0i4s dengan katalis suspensi Ti02 (UV-TiOa). Proses fotokatalisis yang melibatkan pertikel-partikel semikonduktor Ti02 di bawah iluminasi sinar UV akan menghasilkan radikal hidroksil yang dapat mendegradasi zat warna. Setelah proses fotokatalisis UV-Ti02 kadar warna alizarin mehurun dan konsentrasi H" bertambah sesuai dengan perubahan waktu. Setelah 5 jam, jumlah Ti02 (mg/L) minimum yang digunakan untuk mendegradasi 500 mL 10 ppm larutan alizarin red dengan lampu UV 10 Watt, 30 Watt, 36 Watt, dan matahari berturut-turut: 600 mg, 280 mg, 250 mg, dan 50 mg. Untuk f keempat sumber sinar, yang paling efektif adalah sinar matahari karena hanya membutuhkan 50 mg Ti02 untuk jumlah alizarin yang sama. Kemungkinan senyawa intermediet yang terbentuk adalah asam ftalat dan hidroksi fenol (katekol).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Ramadhanty
Abstrak :
Genus Litsea dikenal memiliki berbagai efek farmakologis termasuk antioksidan. Litsea glutinosa diketahui mengandung senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan. Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak metanol daun dan kulit batang memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan daun dan ekstrak kulit batang Litsea glutinosa. Daun dan kulit batang Litsea glutinosa diekstraksi dengan metode maserasi terus menerus menggunakan n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstrak diuji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pembersihan radikal DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) dan metode FRAP (Ferric Reducing Antioksidan Power), skrining fitokimia, dan penentuan total konten fenolik pada ekstrak paling aktif dari daun dan kulit. Aktivitas antioksidan terkuat dalam metode pembersihan radikal DPPH pada ekstrak kulit batang dan daun ditunjukkan oleh ekstrak etanol dengan nilai IC50 35,78 μg / mL; dan 115,46 μg / mL. Hasil uji FRAP juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang dan ekstrak etanol daun memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai FeEAC 203,98 μmol / g; dan 76,88 μmol / g. Hasil total kandungan fenolik dalam ekstrak etanol kulit batang dan ekstrak etanol daun memiliki kandungan fenolik 151,73 mgGAE / g sampel; dan sampel 58,38 mgGAE / g. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Litsea glutinosa memiliki potensi untuk digunakan sebagai antioksidan alami.
The Litsea genus is known to have a variety of pharmacological effects including antioxidants. Litsea glutinosa is known to contain phenolic compounds which have antioxidant activity. In a previous study it was found that the methanol extract of leaves and bark had antioxidant activity. This study aims to evaluate the antioxidant activity of leaves and Litsea glutinosa bark extract. Litsea glutinosa leaves and bark are extracted by continuous maceration method using n-hexane, ethyl acetate, and 70% ethanol. The extract was tested for antioxidant activity using the DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) radical cleansing method and FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) method, phytochemical screening, and determination of the total phenolic content in the most active extracts from leaves and bark. The strongest antioxidant activity in the DPPH radical cleaning method in bark and leaf bark extracts was demonstrated by ethanol extract with IC50 value of 35.78 μg / mL; and 115.46 μg / mL. The FRAP test results also showed that the ethanol extract of the bark and the ethanol extract of the leaves had the highest antioxidant activity with a FeEAC value of 203.98 μmol / g; and 76.88 μmol / g. The total phenolic content in the bark ethanol extract and leaf ethanol extract had a phenolic content of 151.73 mgGAE / g sample; and samples 58.38 mgGAE / g. These results indicate that the ethanolic extract of Litsea glutinosa bark has the potential to be used as a natural antioxidant.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veny Luvita
Abstrak :
Penelitian tentang degradasi senyawa fenol dengan menggunakan metode oksidasi kimiawi dalam reaktor plasma yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi atas 2 (dua) bagian pekerjaan utama, yaitu rancang bangun suatu reaktor plasma yang disebut Reaktor Hibrida Ozon-Plasma (RHOP) dan, yang kedua adalah uji kinerja terhadap reaktor tersebut untuk limbah senyawa fenolik sintesis dan non-sintetis. Reaktor RHOP belum dapat dipublikasikan karena masih dalam pengajuan paten, sehingga masih diperlukan kajian yang lebih komprehensif. Prinsip kerja RHOP tersebut adalah kombinasi atau hibrida reaksi ozonasi dalam medan plasma cair yang berada di ruang reaksi RHOP. Gas ozon sebagai pereaksi dihasilkan oleh ozonator standar jenis Resun RSO-9805 buatan Hongkong yang diumpankan ke dalam RHOP dengan cara mencampurkannya dengan umpan fasa cair dalam injektor, sedemikian rupa sehingga campuran dua fasa ini dapat bereaksi secara lebih intensif di dalam RHOP. Campuran dua fasa tadi dimaksudkan juga untuk mengintensifkan radikal hidroksil bila fasa cair dalam kondisi basa dan secara kontinyu terpapar dalam plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sirkulasi kontinyu selama 2 jam pada konsentrasi awal p-klorofenol 50 ppm dengan volume 2 liter diperoleh tingkat penyisihan 83,98 %. Dengan kondisi operasi yang sama diperoleh persen degradasi limbah tekstil katun 88,58 %, limbah tekstil batik 34,51 %, limbah bahan peledak Natrium Pikramat 72,64 % dan limbah DDNP 47,74 %. Dengan adanya hasil yang baik pada uji kinerja dari beberapa limbah dengan konsentrasi tinggi tersebut, maka diharapkan ke depannya akan dapat diaplikasikan dalam industri meskipun masih akan banyak mengalami penyempurnaan. ......Research on the degradation of phenolic compounds using the methods of chemical oxidation in the plasma reactor is conducted in this study is divided into two parts of the main job, that is a plasma reactor design called Ozone-Plasma Hybrid Reactor (RHOP) and the second is a performance test of the reactor for the synthetic of phenolic compound and non-synthetic waste. RHOP can not be published because it is still in the filing of the patent, so it still required a more comprehensive study. RHOP principle is a combining ozonation reaction and plasma reaction that happening in the same field at RHOP chamber. Ozone as the reactants gas is produced by a standard ozonator type Resun RSO 9805 made in Hong Kong. RHOP fed into the feed by mixing with the liquid phase in the injector, such that the two phase mixture can react more intensively in the RHOP. Two phase mixture was injected also to intensify when the hydroxyl radicals in the liquid phase under alkaline conditions and is continuously exposed to the plasma. The result showed that the continuous circulation for two hour at p-chlorophenols initial concentrations of 50 mg/L by volume of 2 liters obtained by the elimination of 83.98%. Operating conditions were obtained percent degradation of phenol for waste allowance of 88.58% of cotton textiles, batik textile waste at 34.51%, sodium pikramat waste explosives at 72.64% and waste DDNP at 47.74%. Given the good results on the performance test of some of these wastes with high concentrations, it is expected that the future will be applied in the industry although it will still have a lot of improvements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30563
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Prastiwi
Abstrak :
Arginase (L-arginine ureahydrolase) adalah enzim yang berperan dalam siklus urea. Arginase juga memainkan peran penting dalam produksi nitrat oksida (NO). Gangguan keseimbangan NO merupakan kontributor terjadinya gangguan fungsi endotel pembuluh darah. Senyawa fenol dan flavonoid diketahui mempunyai aktivitas penghambatan arginase. Genus Sterculia kaya dengan senyawa fenol dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa dari tanaman genus Sterculia yang mempunyai aktivitas penghambatan arginase. Penelitian diawali dengan skrining dari 5 tanaman genus Sterculia yaitu: S. macrophylla, S. comosa, S.parkinsonii, S.rubiginosa, S.stipulata. Bagian yang digunakan adalah daun dan kayu. Ekstrak diuji aktivitas inhibitor enzim arginase dan antioksidan dengan metode DPPH dan FRAP. Ekstrak yang aktif adalah ekstrak metanol kayu Sterculia comosa dan ekstrak metanol kayu Sterculia macrophylla. Ekstrak aktif dipisahkan dengan kromatografi kolom vakum menjadi fraksi. Tiap fraksi di uji aktivitas inhibitor enzim arginase dan antioksidan dengan metode FRAP dan DPPH. Fraksi dilanjutkan diisolasi menggunakan kromatografi kolom dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif sampai didapatkan isolat. Hasil isolat diidentifikasi dengan FTIR, 1H-NMR,13C-NMR, HSQC, HMQC, HMBC, LCMSMS. Sterculia comosa (kayu comosa/KC) didapatkan isolat KC4.4.6 asam (-)-2-(E)-kafeoil-D-gliserat, dan KC4.4.5.1 adalah asam trans-isoferulat, yang merupakan turunan sinamat. Sterculia macrophylla (kayu macrophylla/KM) diperoleh senyawa senyawa KM3.9.1 merupakan 3β-5α,6α-epoksi-3-hidroksi-7-megastigmen-9-on. Senyawa KM3.5.M merupakan asam pikolinat, dan Senyawa KM-1 merupakan campuran β-sitosterol dan stigmasterol. Hasil uji aktivitas inhibitor enzim arginase diperoleh nilai IC50 untuk isolat KM3.9.1: 59,31μg/ml, KM3.5.M: 73,98 μg/ml, KC4.4.6: 98,03 μg/ml, KC4.4.5.1: 292,58 μg/ml, dan KM1: 140,56 μg/ml, kontrol positif nor-NOHA: 3,97 μg/ml. Aktivitas antioksidan metode DPPH didapatkan nilai IC50 isolat KM3.9.1:92,60 μg/ml, KM3.5.M: 106,42 μg/ml, KC4.4.6: 48,77 μg/ml, KC4.4.5.1: 88,08 μg/ml dan KM1: 185,09 μg/ml, kontrol positif kuersetin: 5,63 μg/ml. Aktivitas antioksidan dengan metode FRAP KM3.9.1: 10,76 FeEAC (Mol/g), KM3.5.M: 5,79 FeEAC (Mol/g), KC4.4.6: 16,40 FeEAC (Mol/g), KC4.4.5.1: 15,79 FeEAC (Mol/g) KM-1: 11,89 FeEAC (Mol/g), kontrol positif kuersetin: 1201,61 FeEAC (Mol/g). Isolat KM3.9.1 (3β-5α,6α-epoksi-3-hidroksi-7-megastigmen-9- on) merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai inhibitor enzim yang paling baik, sedangkan aktivitas antioksidan yang paling baik adalah isolat KC4.4.6/asam ()-2-(E)-kafeoil-D-gliserat Arginase (L-arginine urea-hydrolase) is an enzyme that plays a role in the urea cycle. Arginase also plays an essential role in the production of Nitric Oxide (NO). NO balance disorder is a contributor to the impaired endothelial function of blood vessels. Phenol and flavonoid compounds are known to have arginase inhibitory activity. The genus Sterculia contains rich of phenol compounds and flavonoids. This study aims to obtain compounds from the genus Sterculia which have arginase inhibitory activity. The study began with the screening of five plants of Sterculia genus: S. macrophylla, S. comosa, S.parkinsonii, S.rubiginosa, S.stipulata. The parts used are leaves and wood. The extract tested for the activity of arginase inhibitory activity and antioxidant by DPPH and FRAP methods. The active extracts were methanol extract of Sterculia comosa wood and methanol extract of Sterculia macrophylla wood. The active extract was separated by vacuum column chromatography into fractions. Each fraction tested for the activity of arginase inhibitory and antioxidant by the FRAP and DPPH methods. The fraction isolated using column chromatography and Preparative Thin Layer Chromatography until isolates obtained. The isolates identified with FTIR, 1H-NMR,13C-NMR, HSQC, HMQC, HMBC, LCMSMS. Sterculia comosa (comosa woods/KC) obtained isolates KC4.4.6/(-)-2-(E)-caffeoyl-D-glyceric acid., KC4.4.5.1 trans-isoferrulic acid, which are cinnamic. Sterculia macrophylla (comosa woods/KC) obtained compound: KM3.9.1 is a compound of 3β-5α,6α-epoxy-3-hydroxy-7- megastigmen-9-one. KM3.5.M is picolinic acid, and KM1 is β-sitosterol and stigmasterol. The results of arginase enzyme inhibitor activity obtained IC50 values for isolates KM3.9.1: 59.31 μg/ml, KM3.5.M: 73.98 μg/ml, KC4.4.6: 98.03 μg/ml, KC4.4.5.1: 292.58 μg/ml, and KM1: 140.56 μl/ml, positive control of nor-NOHA: 3.97 μg/ml. Antioxidant activity DPPH method obtained IC50 isolates KM3.9.1: 92.60 μg/ml, KM3.5.M: 106.42 μg/ml, KC4.4.6: 48.77 μg/ml, KC4.4.5.1: 88,08 μg/ml and KM1: 185.09 μg/ml. Quercetine as positive control: 5.63 μg/ml. Antioxidant activity with FRAP method KM3.9.1: 10.76 FeEAC (Mol/g), KM3.5.M: 5.79 FeEAC (Mol/g), KC4.4.6 of 16.40 FeEAC (Mol/g), KC4.4.5.1: 15.79 FeEAC (Mol/g) KM1: 11.89 FeEAC (Mol/g), quercetine: 1201.61 FeEAC (Mol/g). KM3.91 (3β-5α,6α-epoxy-3-hydroxy-7-megastigmen-9-one) isolates was compound that have the best activity as enzyme inhibitor, while the best antioxidant activity was KC4.4.6/()-2-(E)-caffeoyl-D-glyceric acid.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Sri Ulina
Abstrak :
Benzena merupakan salah satu komponen dalam bahan bakar minyak (BBM), dan diemisikan dalam gas buang kendaraan bermotor. Benzena diklasifikasikan sebagai senyawa Kelompok I penyebab kanker oleh IARC (International Agency for Research on Cancer), karena bersifat karsinogen. Salah satu pihak yang berisiko terpapar benzena dari emisi gas buang kendaraan bermotor adalah supir angkutan umum, terutama di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengukur kadar paparan benzena, serta memperkirakan efek yang ditimbulkannya di dalam tubuh, dengan analisis biomonitoring terhadap senyawa hasil metabolisme benzena (metabolit), yang terdapat pada urin yaitu fenol dan asam trans, trans-mukonat (tt-MA), selain itu diukur juga kadar kreatinin sebagai pembanding, sehingga diperoleh hasil dalam mg fenol/g kreatinin atau mg tt-MA/g kreatinin. Dari data yang ada, diperoleh konsentrasi rerata fenol sampel sebesar 27,7439 ? 14,9239 mg/g kreatinin dan kontrol sebesar 10,5064 ? 4,8431 mg/g kreatinin. Sementara untuk tt-MA sampel sebesar 0,3780 ? 0,2142 mg/g kreatinin dan kontrol sebesar 0,3264 ? 0,1556 mg/g kreatinin. Kata kunci: benzena, biomonitoring, fenol, tt-MA.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutar
Abstrak :
ABSTRAK
Fenol merupakan salah satu di antara senyawa buangan industri yang berbahaya bagi lingkunagan dan manusia. Berbagai cara telah dilakukan untuk menanggulangi masalah pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri. Proses pengolahan air limbah yang ideal adalah dapat menetralkan semua senyawa berbahaya yang berada dalam air limbah tanpa meninggalkan sisa limbah lagi.

Dari hasil penelitian, senyawa fenol dapat didegradasi dengan proses fotokatalitik. Proses fotokatalitik merupakan teknologi yang relatif baru dalam bidang pengolahan air limbah dan pemurnian air limbah dengan memanfaatkan semikonduktor sebagai katalis seperti TiO2. Proses fotokatalisis ini mempunyai keuntungan antara lain hasil reaksi yang dihasilkan bersifat tidak berbahaya dan dapat menggunakan sinar matahad sebagai sumber ultraviolet.

Dalam makalah Skripsi ini akan dibahas mengenai konsep degradasi senyawa fenol secara fotokatalitik dengan katalis TiO2 Serta berbagai parameter-parameter operasi yang berpengaruh terhadap laju degradasi antara lain konsentrasi katalis, konsentrasi fenol, nilai pH, penambahan karbon aktif, pengaliran udara, dan intensitas lampu. Konsentrasi katalis divariasikan dari 2 sampai 10 gram dalam 1 liter larutan. Harga pH dari larutan menjadi parameter yang penting dalam proses degradasi fenol dan didapatkan harga pH yang optimal sekitar 7. Keberadaan karbon aktif akan membantu katalis untuk meningkatkan daya adsorbsinya terhadap molekul organik, dimana jumlah katalis dan karbon aktif yang optimal adalah masing-masing 5 dan 1 gram dalam 1 liter larutan. Keberadaan oksigen yang terdapat dalam udara, sebagai penerima elektron, merupakan salah satu parameter yang dapat menaikkan laju degradasi. Dan dari hasil penelitian proses degradasi tenol dengan pengaliran udara membutuhkan waktu degradasi yang lebih cepat dibandingkan parameter yang lain.
2001
S49170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandiangan, Korlina
Abstrak :
Banyak industri mengeluarkan air limbah yang berbahaya dan memiliki toksisitas tinggi. Senyawa fenol merupakan salah satu senyawa yang non-biodegradable dan beracun (toxic), yang sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar apabila dibuang secara sembarangan. Proses ozonasi telah dikembangkan sebagai salah satu metode untuk mendegradasi senyawa fenol ini. Akan tetapi penyisihan fenol dalam air limbah cukup sulit dilakukan dengan menggunakan ozonasi tersebut, mengingat sifat ozon yang mudah terdekomposisi menjadi oksigen. dengan demikian keberadaan ozon dalam air limbah untuk mengoksidasi fenol tidak bertahan lama. sehingga fenol yang teroksidasi (tersisih) juga sedikit. Oleh sebab itu, untuk membantu kerja ozon dalam mendegradasi fenol digunakan karbon aktif dan zeolit sebagai katalis. Telah diketahui bahwa karbon aktif dan zeolit merupakan suatu bahan yang memiliki permukaan yang reaktif dan mempunyai luas permukaan yang tinggi [4]. Dengan demikian masalah penyisihan fenol dalam limbah diharapkan dapat diatasi dan dengan penambahan katalis tersebut dapat meningkatkan laju penyisihan dan persentase penyisihan fenol. Pada penelitian ini akan diamati pengaruh penurunan kadar fenol terhadap waktu ozonasi baik pada suasana basa maupun asam, menggunakan katalis maupun tanpa katalis. Kemudian akan diamati juga jenis katalis yang paling efektif terhadap penyisihan fenol pada ozonasi limbah fenol. Proses pengolahan limbah fenol pada penelitian ini dilakukan secara batch (secara tumpak). Limbah yang digunakan adalah limbah sintetik yang terbuat dari larutan fenol dengan konsentrasi 10-50 mg/L, pada suasana basa (pH 10-11) dan suasana asam (pH 6-7). Pengujian kinerja proses ozonasi dilakukan untuk mengamati senyawa fenol dengan metode aminoantipirin dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyisihan fenol dalam air limbah dapat dilakukan dengan proses ozonasi menggunakan katalis maupun tanpa katalis, pada suasana asam maupun basa. Ozonasi fenol ini dipengaruhi oleh konsentrasi awal (Co) dan pH limbah fenol. Semakin tinggi Co fenol, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai baku mutu, akan tetapi untuk pencapaian persentase penyisihan tergantung kondisi. Untuk ozonasi tanpa katalis, zonasi berlangsung lebih baik pada suasana (pH 10-11), dibandingkan dengan suasana asam (pH 6-7). Pada rentang pH 10-11, dengan Co fenol 20 mg/L terjadi kenaikan persentase penyisihan, dengan persentase penyisihan fenol maksimum sebesar 99.7420%. Untuk penyisihan fenol maksimum, pada rentang pH 10-11, dengan Co fenol rendah (10, 20 mg/L), penyisihan fenol maksimum beradajauh di bawah baku mutu, yaitu sebesar 0.0512 mg/L, dengan persentase penyisihan tertinggi adalah 99.7420%. Waktu optimum penyisihan fenol tersebut adalah pada waktu 60 menit. Untuk ozonasi fenol menggunakan katalis, laju penyisihan fenol dapat berlangsung lebih cepat. Akan tetapi persentase penyisihan fenol yang diperoleh menggunakan katalis lebih rendah dibandingkan ozonasi tanpa katalis. Ditinjau dari laju penyisihan fenol, katalis karbon aktif lebih baik digunakan dibandingkan dengan katalis zeolit. Pada rentang pH 6-7, dengan Co fenol 50 mg/L, waktu 15 menit persentase penyisihan mengalami peningkatan sebesar 66.4416%. Ditinjau dari persentase penyisihan fenol, katalis zeolit lebih baik digunakan dibandingkan dengan katalis karbon aktif. Akan tetapi jika dibandingkan dengan persentase penyisihan fenol tanpa katalis, persentase penyisihan hingga baku mutu tanpa katalis lebih tinggi dibandingkan menggunakan katalis zeolit. Pada rentang pH 10-11, dengan Co fenol 10 mg/L, selama 120 menit, persentase penyisihan oleh katalis zeolit tertinggi sampai baku mutu sebesar 93.9045%, sedangkan untuk persentase penyisihan fenol tanpa katalis dapat mencapai 98.4406%. Jadi, jika ditinjau dari laju penyisihan dan persentase penyisihan fenol, dapat disimpulkan katalis zeolit lebih efektif digunakan pada ozonasi fenol.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>