Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabillanisya Tiani Nurul Ichwan
Abstrak :
Preeklamsia merupakan salah satu penyebab tertinggi angka kematian ibu di Indonesia. Sampai saat ini masih belum ada profil tertentu yang mampu menunjukan penyebab terjadi preeklamsia secara pasti, maka dari itu banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko. Berbagai penelitian menunjukan beberapa faktor yang berhubungan dengan preeklamsia, salah satunya adalah faktor demografi ibu. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara faktor demografi ibu dengan kejadian preeklamsia di Kabupaten Bogor. Desain penelitian ini adalah case control dengan jumlah sampel 196, yang terdiri dari 98 ibu preeklamsia sebagai sampel kasus dan 98 ibu tanpa preeklamsia sebagai sampel kontrol. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling menggunakan data rekam medis dengan penetapan beberapa kriteria inklusi dan eklusi. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan usia ibu dengan kejadian preeklamsia di Kabupaten Bogor (pvalue 0.001) . Penelitian ini dapat menjadi dasar perawat dalam upaya pencegahan preeklamsia dengan mengidentifikasi faktor risiko, melakukan pendidikan kesehatan terkait preeklamsia dan mengupayakan ibu untuk melakukan antenatal care secara teratur.
Preeclampsia is one of the main causes of maternal mortality in Indonesia. Until now there is s no specific profile which is able to show the exact cause of preeclampsia, a lot of researches have been done to identify risk factors. Various studies show several factors related to preeclampsia, one of which is maternal demographic factors. This study aimed to prove the relationship between maternal demographic factors and the incidence of preeclampsia in Bogor districts. The design of this study was case control with 195 sample, consisting of 98 preeclampsia mothers as a case and 98 mothers without preeclampsia as a control. The sampling technique in this study was consecutive sampling using medical record data with the determination of several inclusion and exclusion criteria. The results showed that there is a correlation between maternal age the incidence of preeclampsia in Bogor Districts (pvalue 0.001). This research can be the basis of nurses in an effort to prevent preeclampsia by identifying risk factors, conducting health education related to preeclampsia and seeking mothers to do antenatal care regularly.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivalaili
Abstrak :
ABSTRAK
Zakat sebagai salah satu komponen utama dalam sistem ekonomi Islam yang dapat berfungsi secara efektif dalam menangani kemiskinan dan turut berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk mengoptimalkan potensi zakat di Indonesia diperlukan keterlibatan dari berbagai pihak yang terkait. Pihak terkait yang dimaksud adalah pemerintah maupun lembaga zakat baik nasional maupun swasta terlebih lagi peran muzakki sebagi pembayar zakat. Kepatuhan dalam berzakat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu lingkungan, Institusi zakat dan juga peraturan maupun Undang- Undang, sementara faktor internal dipengaruhi oleh faktor religiusitas, altruism, faktor demografi dan faktor-faktor lainnya seperti kepedulian social. Tujuan dari penelitian in adalah untuk mengkaji pengaruh religiusitas dan faktor demografi dalam hal ini gender, latar belakang pendidikan dan tingkat pendapatan terhadap kepatuhan dalam berzakat. Kuesioner di distribusikan kepada 300 muzakki sebagai responden di Kota Tangerang. Hasil penelitian didapati bahwa religiusitas signifikan terhadap kepatuhan muzakki dalam berzakat, gender dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan tetapi memiliki hubungan yang positif, sementara tingkat pendapatan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan muzakki dalam berzakat.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2019
330 AJSFI 13:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Widianto
Abstrak :
[ABSTRAK
Tesis ini menganalisa masalah kepatuhan perpajakan yang dihadapi Indonesia dengan menggunakan 2.383 data Wajib Pajak Orang Pribadi selama tahun pajak 2013 di Duren Sawit, Jakarta Timur. Analisa didasarkan kepada lima variabel independen yang terdiri dari dua variabel faktor demografi yaitu usia dan jenis kelamin dari Wajib Pajak serta tiga variabel independen lainnya yaitu sektor usaha Wajib Pajak dan status penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Orang Pribadi tahun pajak 2011 dan tahun pajak 2012. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, tesis ini menggunakan internal data yang diperoleh langsung dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Republik Indonesia. Dengan mengkomparasi tiga metode statistik yaitu Metode Probit, Logit, dan Linear Probablity Method (LPM), analisa pada tesis ini dibagi kedalam dua model yang didasarkan pada status penyampaian SPT tahun pajak sebelumnya. Model pertama dengan memasukan variabel status pajak tahun sebelumnya, menyimpulkan bahwa semua variabel independen secara signifikan mempengaruhi tingkat kepatuhan perpajakan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun berjalan. Sementara, pada model kedua, hanya variabel sektor usaha yang mempengaruhi secara signifikan tingkat kepatuhan perpajakan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun pajak berjalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sektor usaha Wajib Pajak mempunyai peran penting dalam hubungannya dengan tingkat kepatuhan perpajakan Wajib Pajak Orang Pribadi di Duren Sawit, Jakarta Timur. ABSTRACT
This paper tries to analyse individual tax compliance problems faced by Indonesia using data of 2.383 taxpayers in fiscal year period 2013 in a district namely Duren Sawit. Moreover, the analysis is based on five explanatory variables consisting in two demographic factors: age level and gender of taxpayers, and three other explanatory variables: service-sector taxpayers, tax return status in 2011, and tax return status in 2012. Compared to previous studies, this research paper uses internal data obtained directly from Directorate General of Taxes (DGT) of Republic of Indonesia while most of prior studies used survey method. By comparing three statistical methods, which are Probit method, Logit method, and Linear Probability Method, the analysis of this paper is divided into two models based on the inclusion and exclusion of the previous tax return status. The first model finds that all explanatory variables are statistically significant in influencing individual tax compliance. However, in the second model, only service-sector variable demonstrates statistical significance in explaining individual tax compliance. In conclusion, sector of taxpayers has a significant correlation to individual tax compliance problems in Indonesia.;This paper tries to analyse individual tax compliance problems faced by Indonesia using data of 2.383 taxpayers in fiscal year period 2013 in a district namely Duren Sawit. Moreover, the analysis is based on five explanatory variables consisting in two demographic factors: age level and gender of taxpayers, and three other explanatory variables: service-sector taxpayers, tax return status in 2011, and tax return status in 2012. Compared to previous studies, this research paper uses internal data obtained directly from Directorate General of Taxes (DGT) of Republic of Indonesia while most of prior studies used survey method. By comparing three statistical methods, which are Probit method, Logit method, and Linear Probability Method, the analysis of this paper is divided into two models based on the inclusion and exclusion of the previous tax return status. The first model finds that all explanatory variables are statistically significant in influencing individual tax compliance. However, in the second model, only service-sector variable demonstrates statistical significance in explaining individual tax compliance. In conclusion, sector of taxpayers has a significant correlation to individual tax compliance problems in Indonesia.;This paper tries to analyse individual tax compliance problems faced by Indonesia using data of 2.383 taxpayers in fiscal year period 2013 in a district namely Duren Sawit. Moreover, the analysis is based on five explanatory variables consisting in two demographic factors: age level and gender of taxpayers, and three other explanatory variables: service-sector taxpayers, tax return status in 2011, and tax return status in 2012. Compared to previous studies, this research paper uses internal data obtained directly from Directorate General of Taxes (DGT) of Republic of Indonesia while most of prior studies used survey method. By comparing three statistical methods, which are Probit method, Logit method, and Linear Probability Method, the analysis of this paper is divided into two models based on the inclusion and exclusion of the previous tax return status. The first model finds that all explanatory variables are statistically significant in influencing individual tax compliance. However, in the second model, only service-sector variable demonstrates statistical significance in explaining individual tax compliance. In conclusion, sector of taxpayers has a significant correlation to individual tax compliance problems in Indonesia.;This paper tries to analyse individual tax compliance problems faced by Indonesia using data of 2.383 taxpayers in fiscal year period 2013 in a district namely Duren Sawit. Moreover, the analysis is based on five explanatory variables consisting in two demographic factors: age level and gender of taxpayers, and three other explanatory variables: service-sector taxpayers, tax return status in 2011, and tax return status in 2012. Compared to previous studies, this research paper uses internal data obtained directly from Directorate General of Taxes (DGT) of Republic of Indonesia while most of prior studies used survey method. By comparing three statistical methods, which are Probit method, Logit method, and Linear Probability Method, the analysis of this paper is divided into two models based on the inclusion and exclusion of the previous tax return status. The first model finds that all explanatory variables are statistically significant in influencing individual tax compliance. However, in the second model, only service-sector variable demonstrates statistical significance in explaining individual tax compliance. In conclusion, sector of taxpayers has a significant correlation to individual tax compliance problems in Indonesia., This paper tries to analyse individual tax compliance problems faced by Indonesia using data of 2.383 taxpayers in fiscal year period 2013 in a district namely Duren Sawit. Moreover, the analysis is based on five explanatory variables consisting in two demographic factors: age level and gender of taxpayers, and three other explanatory variables: service-sector taxpayers, tax return status in 2011, and tax return status in 2012. Compared to previous studies, this research paper uses internal data obtained directly from Directorate General of Taxes (DGT) of Republic of Indonesia while most of prior studies used survey method. By comparing three statistical methods, which are Probit method, Logit method, and Linear Probability Method, the analysis of this paper is divided into two models based on the inclusion and exclusion of the previous tax return status. The first model finds that all explanatory variables are statistically significant in influencing individual tax compliance. However, in the second model, only service-sector variable demonstrates statistical significance in explaining individual tax compliance. In conclusion, sector of taxpayers has a significant correlation to individual tax compliance problems in Indonesia.]
Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi Bisnis, 2015
T45048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabe Gusmi Aprilla
Abstrak :
Pada tahun 2017 dan 2018, Puskesmas Kecamatan Cakung telah melakukan orientasi asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur kepada 77 orang kader dari 5 kelurahan yaitu Penggilingan, Pulo Gebang, Jatinegara, Ujung Menteng dan Cakung Barat. Dalam kurun waktu 3-6 bulan selesai orientasi, diharapkan kader membentuk kelompok asuhan mandiri. Namun baru terbentuk satu kelompok asuhan mandiri yaitu di Kelurahan Penggilingan, sehingga peneliti tertarik untuk menganalisa hubungan faktor demografi dan motivasi kader asuhan mandiri dengan partisipasinya. Penelitian ini menggunakan data primer dengan mengisi kuisioner dan observasi dokumen. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimen dengan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar kader asuhan mandiri berstatus ibu rumah tangga, menikah, berusia > 46 tahun, berpendidikan menengah, pendapatan < UMP DKI dan lama kerja < 5 tahun. Sebagian besar motivasi rendah 39 orang (60%) dan sisanya motivasi tinggi 26 orang (40%) dan partisipasi rendah 33 orang (50,8%) dan sisanya partisipasi tinggi 32 orang (49,2%). Faktor lama kerja kader asuhan mandiri > 5 tahun dapat meningkatkan 4 kali partisipasi, sedangkan penghargaan meningkatkan 0,1 kali. Kesimpulan: lama kerja > 5 tahun dan penghargaan meningkatkan partisipasi kader asuhan mandiri. Saran: perlu bantuan bibit tanaman obat tradisional, pelatihan berjenjang dan berkala, pembinaan berkala, studi banding, penilaian kelompok asuhan mandiri dan family gathering untuk meningkatkan motivasi kader asuhan mandiri. ......In 2017 and 2018, the Cakung Community Health Center has given self care orientation using the herbal garden and acupressure for 77 cadres from 5 sub-district namely Penggilingan, Pulo Gebang, Jatinegara, Ujung Menteng and West Cakung. Within 3-6 months of orientation, community health worker are expected to form self care groups. However, only one self care group was formed, namely in the Penggilingan sub-district, so the researchers were interested in analyzing the relationship between demographic factors and motivation of self care community health worker and their participation. This study uses primary data by filling out questionnaires and observing documents. The research design used a non-experimental quantitative approach with a cross sectional design. The results showed that most of them were housewives, married, > 46 years old, middle school education, income < minimum wage DKI and length of work < 5 years. Most of the low motivation 39 people (60%) and the remaining high motivation 26 people (40%) and low participation 33 people (50.8%) and the remaining high participation 32 people (49.2%). The length of work factor > 5 years increased participation 4 times, while the reward motivation increased 0.1 times. Conclusions : length of work and rewards for increasing participation. Suggestions : need for seed herbal plant, training, supervision, study tours, competitions the self care group and family gatherings to increase motivation for self care community health worker.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Andriani Pramitasari
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Dini Andriani PramitasariProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Waktu Tunggu Pada Pasien yang Menjalani Radioterapidi Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin PalembangLatar Belakang: Peningkatan jumlah kanker menyebabkan peningkatan akankebutuhan pelayanan kanker. Tatalaksana pada waktu yang tepat akanmemberikan hasil pengobatan yang optimal. Waktu tunggu radioterapi dapatmenggambarkan kualitas pelayanan rumah sakit.Tujuan: Mengetahui waktu tunggu radioterapi pada pasien kanker serviks, kankerpayudara, dan kanker nasofaring serta faktor pasien dan manajemen yang dapatmempengaruhi.Metode: Studi kohort retrospektif dengan mengumpulkan data melalui rekammedik pasien kanker serviks, kanker payudara, dan kanker nasofaring yangdirujuk ke Sub Radioterapi RSMH sejak Januari 2015. Waktu tunggu dihitungsejak ada hasil patologi anatomi hingga mulai radioterapi. Studi dilanjutkandengan analisis kualitatif pada faktor manajerial yaitu sarana prasarana, sumberdaya manusia, rencana perbaikan, regulasi/ kebijakan, dan anggaran terhadapadanya waktu tunggu radioterapi.Hasil: Terdapat 180 pasien kanker yang dimasukan dalam penelitian, denganmasing-masing kanker berjumlah 60 pasien. Median waktu tunggu radioterapikanker serviks adalah 131 hari. Median waktu tunggu radioterapi kanker payudaraadalah 144,5 hari. Median waktu tunggu radioterapi kanker nasofaring adalah 224hari. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel-variabel pasien dan didapatkantidak ada hubungan yang bermakna secara statistik terhadap waktu tunggu p>0,05 . Hasil observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen/ teorididapatkan bahwa keterbatasan sarana prasarana, kurangnya jumlah sumber dayamanusia, ketiadaan regulasi, dan keterbatasan anggaran mempengaruhi adanyawaktu tunggu radioterapi.Kesimpulan: Waktu tunggu radioterapi masih panjang dan belum memilikistandar, baik untuk kanker serviks, kanker payudara, dan kanker nasofaring.Diperlukan koordinasi dari berbagai profesi terkait onkologi untuk mendiskusikandan memutuskan waktu optimal pelayanan kanker, khususnya dalam bentuk timmultidisiplin kanker. Pemenuhan kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaanalat radiasi dan sumber daya manusia dapat menjadi solusi untuk mengurangiwaktu tunggu radioterapi.Kata kunci:Faktor Demografi, Kanker Nasofaring, Kanker Payudara, Kanker Serviks,Radioterapi, Waktu Tunggu
ABSTRACT
Name Dini AndrianiStudy Program Healthcare AdministrationTitle Analysis of Waiting Time in Patients UndergoingRadiotherapy at Dr. Mohammad Hoesin PalembangGeneral HospitalBackground Increasing number of cancers caused an increase in the need forcancer services. Treatment in the appropriate time will give an optimal result.Radiotherapy waiting time can describe the quality of hospital services.Aim to describe radiotherapy waiting time in cervical cancer, breast cancer, andnasopharyngeal cancer and to examine patient factors and managerial factorsassociated with waiting time.Methods restrospective cohort study conducted by collecting data from medicalrecord for cervical cancer, breast cancer, and nasophryngeal cancer which arereferred to Radiotherapy unit since January 2015. Wait time is define as sinceanatomical pathology confirmed of cancer until start of the first radiotherapy. Thisstudy then continued using qualititative analysis in managerial factors, such asinfrastructure, human resources, plan of improvement, regulation, and funding.Result there was 180 cancer patients, with each cancer is 60. The medianRadiotherapy waiting time for cervical cancer, breast cancer, and nasopharyngealcancer is 131 days, 144,5 days, and 224 days consecutively. There is noassociation between patients demographic characteristics age, education, workingstatus, stage of cancer, domicile, and comorbidities with wait time. From indepthinterviews, observation, and literature review, it is known that shortage ofinfrastructure and medical equipment, human resources, no regulation, andlimitation of budgeting influenced the wait time.Conclusion radiotherapy wait time is still too long and have no standard forcervical cancer, breast cancer, and nasopharyngeal cancer. Coordination betweenall oncologists is needed to discuss the optimal time for cancer services. One ofthe solutions to decrease wait time is by fulfillment between needs and demand ofradiotherapy tools and human resources.Key words Breast Cancer, Cervical Cancer, Demographic Factor, Nasopharyngeal Cancer,Radiotherapy, Waiting time
2017
T47236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magfira Adha Hernayanti
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang hubungan antara faktor demografi, faktor individu, dan faktor pekerjaan terhadap kejadian kelelahan (fatigue) pada pekerja kantor di DKI Jakarta pada masa pandemi Covid-19 Maret 2020 – April 2022 di wilayah DKI Jakarta. Kebijakan yang mulai memberlakukan bekerja di kantor, di rumah atau Campuran di kantor dan di rumah berisiko pada terjadinya kelelahan pada pekerja. Data yang dikumpulkan untuk analisis, terkait faktor demografi (usia dan jenis kelamin), faktor individu (kehidupan sosial keluarga, kuantitas tidur, kualitas tidur, gangguan kesehatan, keadaan psikologis, dan perilaku tidak baik), dan faktor pekerjaan (kebijakam, penjadwalan, lingkungan ruang, beban kerja, durasi kerja, dan pekerjaan lain) terhadap kejadian kelelahan pada pekerja kantor diteliti menggunakan kuesioner (google form) kepada 202 responden di DKI Jakarta. Analisis menggunakan Chi-Square 2x2 untuk uji hubungan dua variabel dan uji regresi linear logistik untuk multivariat. Hasil telitian menunjukkan bahwa di DKI Jakarta selama masa pandemi Covid-19 Maret 2020 – April 2022 di wilayah DKI Jakarta, ada 33,7% pekerja mengalami kelelahan. Pekerja yang bekerja di kantor lebih banyak yang mengalami kelelahan yaitu 45,9%, sedangkan yang bekerja di rumah atau campuran 26,6% yang mengalami kelelahan. Uji statistik mendapatkan pekerja dengan gangguan kesehatan berpeluang 3,3 kali lebih berisiko kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang tidak ada gangguan kesehatan (p 0,001; OR 3,300 (1,615-6,742)), yang berperilaku tidak baik lebih berisiko 2,4 kali dibandingkan yang berperilaku baik (p 0,012; OR 2,400 (1,214-4,745)), serta yang punya beban kerja berat berisiko 2,1 kali dibandingkan dengan yang tidak (p 0,038; OR 2,127 (1,041-4,344)). Sehingga, perlu dibangun model kebijakan untuk mengatasi persoalan kelelahan pada pekerja kantor di Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah DKI Jakarta Wilayah DKI Jakarta. ......This research discusses the relationship between demographic, individual factors, and occupational factors on the incidence of fatigue among workers in DKI Jakarta during the period of covid-19 March 2020 – April 2022 in DKI Jakarta. Policies that start enforcing work in the office, at home, or Mixed in the office and at home, can put workers at risk of fatigue. Data collected for analysis related to demographic factors (age and gender), individual factors (family social life, sleep quantity, sleep quality, health problems, psychological conditions, and negative behavior), and work factors (policy, work scheduling, space design, workload, duration of work, and other occupations) on the incidence of fatigue studied using a questionnaire (google form) to 202 worker respondents in DKI Jakarta. Analysis using Chi-Square 2x2 to test the relationship between two variables and linear logistic regression test for multivariate. The research results show that in DKI Jakarta during the Covid-19 pandemic period March 2020 – April 2022 in the DKI Jakarta area, 33.7% of workers experienced fatigue. More workers who work in offices experience fatigue, namely 45.9%, while those who work at home or a mixture of 26.6% experience fatigue. Statistical tests found that workers with health problems had a 3.3 times greater risk of fatigue compared to workers without health problems (p 0.001; OR 3.300 (1.615-6.742)), those who behaved badly were 2.4 times more at risk than those who behaved well (p 0.012; OR 2.400 (1.214-4.745)), and those who have a heavy workload are at risk 2.1 times compared to those who don't (p 0.038; OR 2.127 (1.041-4.344)). So, it is necessary to build a policy model to overcome the problem of fatigue in office workers during the Covid-19 Pandemic Period in the DKI Jakarta Region.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Ryana Swaraghany
Abstrak :
Tuberkulosis multidrug resistant (TB MDR) merupakan penyakit infeksi yang terus mengalami peningkatan jumlah kasus setiap tahunnya. Indonesia menempati peringkat ke-delapan dari 27 negara dengan kasus TB MDR paling banyak di dunia (WHO, 2013). Pengobatan yang lebih kompleks dengan durasi yang lebih lama, menjadikan pasien TB MDR seringkali mengalami kegagalan konversi sputum. Kegagalan konversi sputum ini dipengaruhi oleh banyak faktor (multifaktorial). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor demografi (usia dan jenis kelamin), riwayat merokok serta penyakit komorbid (diabetes melitus dan HIV/AIDS) terhadap kejadian gagal konversi sputum pasien TB MDR di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2014-2016. Penelitian ini tergolong penelitian potong lintang dengan data sekunder yang diperoleh dari 51 rekam medis di Poli TB MDR RSUP Persahabatan. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi pasien TB MDR dengan gagal konversi sputum sebesar 5.6%. Hasil analisis univariat menunjukkan pasien TB MDR dengan gagal konversi sputum didominasi oleh laki-laki (62.7%); usia dewasa (80.4%); memiliki kebiasaan merokok (58.8%); tidak memiliki riwayat diabetes melitus (82.4%); dan tidak memiliki riwayat HIV/AIDS (100%). Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia (p=0.084); jenis kelamin (p=0.421); kebiasaan merokok (p=0.550); riwayat diabetes melitus (p=0.799) dengan kegagalan konversi sputum pasien TB MDR. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa usia, jenis kelamin, riwayat merokok, diabetes melitus, dan HIV/AIDS tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian gagal konversi sputum pasien TB MDR di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2014-2016. ......Multidrug resistant tuberculosis (MDR TB) is an infectious disease that continues to increase in the number of cases every year. Indonesia is on 8th rank among 27 countries with the most cases of MDR TB in the world (WHO, 2013). More complex treatment with longer duration, makes MDR TB patients often have sputum conversion failure. This sputum conversion failure is influenced by many factors (multifactorial). The aim of this study is to determine the relationship between demographic factors (age and gender), smoking habit, comorbid diseases (diabetes mellitus and HIV/AIDS) with sputum conversion failure of MDR TB patients at RSUP Persahabatan Jakarta in 2014-2016. The design of this study is a cross-sectional study with secondary data obtained from 51 medical records in MDR TB Polyclinic at Persahabatan Hospital. The results of this study showed the prevalence of MDR TB patients with sputum conversion failure is 5.6%. The results of univariate analysis showed that MDR TB patients with sputum conversion failure were dominated by men (62.7%); adult age (80.4%); have a smoking habit (58.8%); have no history of diabetes mellitus (82.4%); and have no history of HIV/AIDS (100%). The results of bivariate analysis showed an insignificant relationship between age (p=0.084); gender (p=0.421); smoking habits (p=0.550); history of diabetes mellitus (p=0.799) with sputum conversion failure of MDR TB patients. From these results, it can be concluded that age, gender, smoking habit, diabetes mellitus, and HIV/AIDS do not have significant relationships with sputum conversion failure of MDR TB patients at RSUP Persahabatan Jakarta in 2014-2016.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Mentari D.C.
Abstrak :
Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia sehingga rentan dalam isu kesejahteraan. Dalam hal ini, digunakan angka beban tanggungan yang merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran wilayah beban tanggungan dan hubungannya dengan faktor demografi dan ekonomi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik. Hasil penelitian yang diperoleh wilayah beban tanggungan di Pulau Jawa bervariasi dimana beban tanggungan tinggi cenderung mengelompok di Pulau Jawa bagian barat daya dan wilayah beban tanggungan rendah cenderung mengelompok di Pulau Jawa bagian barat laut. Angka beban tanggungan tinggi didominasi oleh kabupaten, sedangkan untuk beban tanggungan rendah didominasi oleh tingkat kota. Adapun faktor yang memiliki hubungan dengan angka beban tanggungan pada tingkat kota adalah angka produk domestik regional bruto dan angka kematian kasar, sedangkan untuk tingkat kabupaten adalah angka migrasi keluar dan angka migrasi bersih.
Java Island is the island with most populated people in Indonesia, thus make this island susceptible to social welfare issue. In this case, Dependency Ratio is been using as one of indicator to determine the level of welfare. The purpose of this research is to know how the spread of Dependency Ratio Region on Java Island and its correlation with demography and economy. The methods are using spatial and statistic analysis. The result of this research is that the Region of Dependency Ratio on Java Island is variated, where the high Dependency Ratio Region is mostly clustered in southwest of Java Island while the low Dependency Ratio Region is dominated in northwest of Java Island. The result make us know that the high Dependency Ratio is dominated by the regencies while low Dependency Ratio is dominated by the cities. The factors that correlate with the levels of Dependency Ratio in cities are Gross Regional Domestic Product and Crude Death Rate while in regencies are Out Migration and Netto Migration.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S1211
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba Harhara
Abstrak :
Latar Belakang. Peningktan prevalensi kanker kolon proksimal menjadi perhatian di beberapa dekade terakhir. Fenomena yang sering disebut “ Right Shifting ” ini mulai muncul dibanyak negara maju. Telah diketahui pula terdapat perbedaan di tingkat molekular antara kanker kolon proksimal dan kanker kolorektal distal yang membuat para ahli menganggap dua penyakit ini merupakan dua entitas penyakit yang berbeda. perbedaan ini memunculkan perbedaan karakteristik antara keduanya. Maka timbul pertanyaan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker kolorektal pada umumnya mulai dari faktor genetik maupun lingkungan. Tujuan. Mengetahui hubungan usia, jenis kelamin indeks massa tubuh, riwayat keluarga kebiasan merokok, konsumsi alkohol, gejala klinis dan jenis diferensiasi lesi terhadap kejadian kanker kolon proksimal. Metode. Desain potong lintang. Menggunakan data sekunder dari registri Pusat Endoskopi Saluran Cerna dan unit rekam medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang melibatkan 261 subjek kanker kolorektal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan pencatatan data usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, riwayat keluarga, konsumsi rokok, alkohol, jenis diferensiasi lesi dan manifestasi klinis. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan pada faktor – faktor tersebut. Hasil. Didapatkan proporsi kanker kolon proksimal dan kanker kolorektal distal berturut – turut adalah 39% dan 61%. Sebagian besar subjek adalah laki-laki dengan proporsi 55,9% dengan rerata usia 51,9 (SB 13,2). Tidak didapatkan hubungan antara usia tua, jenis kelamin wanita, riwayat keluarga, indeks massa tubuh yang tinggi, konsumsi rokok, alkohol dan lesi diferensiasi buruk dengan kanker kolon proksimal. Terdapat hubungan bermakna antara anemia (OR 1,903; 95% IK 1,15 – 3,15; P = 0,012), penurunan berat badan (OR 2,04; 95% IK 1,23 – 3,38; P = 0,001), nyeri perut (OR 8,55; 95% IK 4,08 – 17,89; P = <0,001), massa abdomen (OR 8,85; 95% IK 4,54 – 12,21 ; P = <0,001), dan gejala kluster proksimal (OR 2,37; 95% IK 1,43 – 3,95; P = <0,001) dengan kanker kolon proksimal. Analisis multivariat didapatkan hubungan antara gejala kelompok kluster proksimal (AUC 0,829; 95% IK; 0,781 – 0,876) dan gejala individual seperti nyeri perut, massa abdomen, hematoskezia, diare, tenesmus (AUC 0,907; 95% IK 0,867 – 0,946) dengan kanker kolon proksimal. Kesimpulan. Beberapa gejala klinis (gejala indivisual maupun gejala kelompok) berhubungan dengan kanker kolon proksimal. Gejala kluster proksimal dan gejala individu seperti nyeri perut dan massa abdominal berhubungan dengan kanker kolon proksimal. ......Background. Increasing the prevalence of proximal colon cancer has been a concern in the past few decades. This phenomenon which is often called "Right Shifting" is starting to emerge in many developed countries. It is also known that there are differences in the molecular level between proximal colon cancer and distal colorectal cancer which makes experts consider these two diseases to be two different disease entities. this difference raises characteristic differences between the two. So the question arises whether there are differences in factors associated with colorectal cancer in general, starting from genetic and environmental factors. Objective. Knowing the association between age, sex, body mass index, family history, smoking habits, alcohol consumption, clinical symptoms, and types of lesion differentiation in proximal colon cancer. Methods. Cross-sectional design. Using secondary data from the Central Gastrointestinal Endoscopy Center and the Cipto Mangunkusumo Hospital medical record unit involving 261 colorectal cancer subjects who met the inclusion and exclusion criteria. Data on age, sex, body mass index, family history, cigarette consumption, alcohol consumption, type of lesion differentiation and clinical manifestations were recorded. Bivariate and multivariate analyzes were carried out on these factors. Results. The proportion of proximal colon cancer and distal colorectal cancer was 39% and 61%, respectively. Most subjects were men with a proportion of 55.9% with an average age of 51.9 (SB 13.2). There was no association between old age, female gender, family history, high body mass index, cigarette consumption, alcohol, and poorly differentiated lesions with proximal colon cancer. There was a significant association between anemia (OR 1.903; 95% CI 1,15 – 3,15; P = 0,012), weight loss (OR 2.04; 95% CI 1.23 – 3.38; P = 0,001), abdominal pain (OR 8.55; 95% CI 4.08 – 17.89; P = <0,001), abdominal mass (OR 8.85; 95% CI 4.54 – 12.21 ; P = <0,001 ), and proximal cluster symptoms (OR 2.37; 95% CI 1.43 – 3.95; P = <0,001) with proximal colon cancer. Multivariate analysis found an association between symptoms of the proximal cluster group (AUC 0.829; 95% IK; 0.781 - 0.876) and individual symptoms such as abdominal pain, abdominal mass, hematochezia, diarrhea, tenesmus (AUC 0.907; 95% IK 0.867 - 0.946) and colon cancer proximal. Conclusions. Some clinical symptoms (individual symptoms and group symptoms) are associated with proximal colon cancer. Proximal cluster symptoms and individual symptoms such as abdominal pain and abdominal mass are associated with proximal colon cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Triyuni Sakdiah
Abstrak :
Penelitian ini untuk melihat gambaran faktor sosiodemografi menurut orang (umur, jenis kelamin), tempat (kelurahan), waktu (bulan, tahun), penyelidikan epidemiologi (PE), fogging fokus (FF) dan hubungan angka bebas jentik (ABJ) dengan kejadian kasus DBD di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung tahun 2005-2008. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan disain korelasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan Kota, Kantor Kecamatan Tanjungkarang Timur dan BPS Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian didapatkan: angka insiden tertinggi pada kelompok umur 5-14 tahun (487 per 100.000 penduduk), jenis kelamin laki-laki (320 per 100.000 penduduk), Kelurahan Rawa Laut (346 per 100.000 penduduk), bulan Januari tahun 2007 (56 per 100.000 penduduk). Hasil kegiatan PE telah mencapai 100 % sementara hasil kegiatan FF dan PJB masih di bawah standar (31,6 % - 58,9 % untuk FF dan 47% - 92% untuk PJB). Hubungan ABJ dengan kejadian kasus DBD tahun 2005-2007 menunjukkan hubungan tidak bermakna sedangkan tahun 2008 didapatkan hubungan bermakna. Semua analisis berpola negatif artinya semakin tinggi ABJ semakin rendah AI. Disarankan untuk lebih memfokuskan penanggulangan dan pencegahan DBD pada kelompok umur 5-14 tahun (usia sekolah) dengan mengaktifkan PSN melalui UKS. Kelurahan Rawa Laut diharapkan selalu melaksanakan PSN bekerjasama dengan lintas sektoral agar pelaksanaan PE dapat ditindaklanjuti dengan FF. Pemilihan lokasi pada PJB dengan randomisasi dan pemeriksaan dilakukan di dalam rumah dan di luar rumah serta TTU. Sosialisasi Promkes dilakukan dengan distribusi leaflet dan lembar balik serta lebih mengaktifkan peran Pokja/Pokjanal. ......This research aims to find out description of socio-demography factors based on people (age, sex), place (Sub-sub district), time (month, year), epidemiology investigation (PE) and fogging focus (FF) correlating to number of mosquito larva level (ABJ) with incident of DBD cases in Sub-District of East Tanjungkarang Timur Bandar Lampung City Year 2005-2008. Type of this research was descriptive with correlation design. Analysis used univariate and bivariate. Secondary data were obtained from Agency of City Health, Sub-District Bureau of East Tanjungkarang and Statistical Bureau Center (BPS) of Bandar Lampung City. Research results showed: number of high incidents at age group of 5-14 year (487 per 100,000 populations), male (320 per 100,000 population), Subsub district of Rawa Laut (346 per 100,000 population), January year 2007 (56 per 100,000 population). Result of PE activities had reached 100% while result of FF and PJB are still under standard (31.6%-58.9% for F and 47%-92% for PJB). Correlation between ABJ and Incident of DBD cases year 2005-2007 showed meaningless relation while in year 2008 it was significant relation. All of analysis got negative pattern which meant higher mosquito larva level (ABJ) lower AI. It is suggest to the government to focus more in handling and preventing of DBD at age group of 5-14 year (school age) by activating PSN through UKS. Sub-sub district of Rawa Laut was expected to cooperate intensively with cross sectional communities, to hold PSN as implementation of PE could be operated together with FF. Choice of PJB location done by randomizing and investigating should be carried out either in or out of house and in public areas (TTU). Socialization of health promotion (Promkes) should be implemented using distribution of leaflets and sheets back papers and also activating roles of working group (Pokja)/Pokjanal.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library