Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Saputri Agustina
Abstrak :
Perubahan gaya hidup yang sangat dinamis disertai dengan perkembangan teknologi telekomunikasi mendorong munculnya berbagai layanan baru untuk bisa memenuhi kebutuhan yang terus berkembang dalam berbagai format. Hal ini mendorong peningkatan kebutuhan bandwith, storage sebagai tempat peyimpanan aplikasi layanan dan penyediaan multi-format untuk multi perangkat bagi para operator layanan multimedia termasuk operator telekomunikasi. Oleh sebab itu perlu adanya inovasi dan perubahan teknologi yang digunakan dalam bisnis telekomunikasi yang awalnya menggunakan teknologi IPTV kemudian berevolusi menggunakan teknologi OTT (over the top). OTT adalah teknologi yang memungkinkan layanan/konten yang dihantarkan memberikan kualitas tinggi dan bisa di nikmati melalui berbagai jenis perangkat telekomunikasi dan disampaikan melalui jaringan operator, tetapi secara langsung tanpa melibatkan operator. Beberapa contoh layanan OTT yang banyak kita tahu adalah Google, Yahoo, MySpace, Facebook, YouTube dan iTune.[1] Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dilakukan analisis dan pembuktian bahwa implementasi Teknologi OTT pada jaringan FTTH untuk peningkatan business services sebagai solusi bisnis telekomunikasi pada saat ini, dengan metode kompetitive analysis yaitu membandingkan Teknologi OTT untuk menggantikan teknologi sebelumnya yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan tren pelanggan. Serta membandingkan layanan yang di berikan oleh PT.Moratelindo menggunakan Teknologi OTT dengan para pesaing dalam bisnis yang sama di Indonesia. Dalam pelaksanaan analisis menggunakan CPM (Competitive Profile Matrix) yaitu dengan cara membandingkan key success factor PT.Moratelindo dalam memberikan layanan ke pelanggan dengan satu-satunya pesaing di Indonesia pada saat ini yaitu PT.Telkom serta pesaing dari Negara tetangga Singapura, dan terbukti bahwa PT.Moratelindo memberikan layanan dengan melakukan implementasi Teknologi OTT pada jaringan FTTH menjadi yang terbaik pada saat ini di Indonesia. Dari analisa yang dilakukan menghasilkan perbaikan dari roadmap sebelumnya, bukan hanya dari sisi teknologi saja akan tetapi dari produk yang akan di berikan ke pelanggan. Dari roadmap yang telah di buat menunjukan bahwa dalam minimal dua tahun kedepan teknologi OTT masih bisa di manfaatkan dan di explore lebih luas lagi sehingga PT.Moratelindo optimis dalam menetapkan target pencapaian dalam business service dengan menggunakan teknologi OTT tersebut dalam peningkatan keuntungan dan jumlah pelanggan. ......Lifestyle changes are accompanied by a very dynamic development of telecommunications technology to a wide variety of new services to meet the evolving needs in a variety of formats. This prompted an increased need for bandwidth, storage as a service applications with storage and provision for multi-format, multi-device multimedia services for operators including telecom operators. Therefore, the need for innovation and change in the technology used in the telecommunications business initially using IPTV technology then evolved using technology OTT (over the top). OTT is a technology that allows the service / content delivered providing high quality and can be enjoyed through various types of telecommunications devices and delivered over the network operator, but directly without involving the operator. Some examples of OTT services which we know is a lot of Google, Yahoo, MySpace, Facebook, YouTube and iTunes. [1] Based on the above background, the analysis and proof that the implementation of OTT Technology on FTTH network to increase business telecommunication services as a business solution at this time, the method of analysis that compares competative OTT technology to replace the previous technology is considered to be no longer compatible with the trend customers. And compare the service that is given by PT.Moratelindo using OTT technology with competitors in the same business in Indonesia. In the implementation of the analysis using CPM (Competitive Profile Matrix) is by way of comparing PT.Moratelindo key success factor in delivering services to customers with the only competitor in Indonesia at this time, namely PT Telkom as well as competitors from neighboring countries Singapore, and proved that PT . Moratelindo provide services to implement OTT Technology on FTTH network to be the best at this time in Indonesia. An analysis of the yield improvement roadmap before, not only in terms of technology alone but of the products that will be provided to the customer. Of the roadmap that has been made to show that in at least the next two years is still OTT technology can be utilized and explore more broadly so PT.Moratelindo optimistic in achieving targets set in business service using the OTT technology to increase corporate profits.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayyan Faqih Syahrizal
Abstrak :
Salah satu perkembangan yang memanfaatkan internet dan fiber optik adalah FTTH (Fiber to The Home). FTTH merupakan teknologi jaringan dari kantor pusat menuju ke kawasan pengguna dengan menggunakan kabel fiber optik. Daerah urban menjadi kawasan strategis untuk menggelar jaringan FTTH. Pada tahun 2022, Indonesia memiliki rata-rata kecepatan data 16,52 Mbps. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka dibutuhkan bandwidth yang lebih besar. Maka dari itu, dilakukan penelitian untuk merancang teknologi FTTH berbasis XGS-PON (10 Gigabit Symetrical – Passive Optical Network). Penelitian ini juga akan merancang 2 rangkaian teknologi XGS-PON, yaitu unidirectional dan bidirectional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kinerja yang paling baik untuk teknologi XGS-PON. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan panjang kabel fiber pada rangkaian XGS-PON dengan menggunakan splitter 1:256. 1:128. 1:64. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa daya transmisi serta rasio splitter berpengaruh terhadap nilai BER yang dihasilkan, daya yang didapatkan, dan kelas atenuasi. Selanjutnya, didapatkan hasil bahwa baik rangkaian unidirectional maupun bidirectional memiliki kinerja yang layak pada panjang kabel fiber yang ditentukan pada standar ITU-T G.9807.1. Berdasarkan BER yang didapatkan pada rangkaian unidirectional dan bidirectional, dapat dilihat bahwa teknologi XGS-PON memiliki kinerja yang lebih baik pada rangkaian bidirectional. ......One development that utilizes the internet and fiber optics is FTTH (Fiber to The Home). FTTH is a network technology from the head office to the user area using a fiber optic cable. Urban areas are strategic areas for deploying FTTH networks. In 2022, Indonesia has an average data rate of 16,52 Mbps. With an increasing population, greater bandwidth is needed. Therefore, research was conducted to design XGS-PON (10 Gigabit Symmetrical – Passive Optical Network) based FTTH technology. This research will also design 2 sets of XGS-PON technologies, namely unidirectional and bidirectional. This is done to find out the best performance for XGS-PON technology. The research was carried out by varying the length of the fiber cable in the XGS-PON circuit using a 1:256 splitter. 1:128. 1:64. Based on the research results, it can be seen that the transmission power and splitter ratio affect the resulting BER value, the power obtained, and the attenuation class. Furthermore, the results show that both unidirectional and bidirectional circuits have decent performance at fiber cable lengths specified in the ITU-T G.9807.1 standard. Based on the BER obtained on unidirectional and bidirectional circuits, it can be seen that XGS-PON technology has better performance on bidirectional circuits.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malvin Samuel Martino
Abstrak :

FTTH (Fiber to the Home) menjadi salah satu bidang teknologi yang berkembang pesat untuk pemanfaatan internet dan jaringan aksesnya. Pemanfaatan internet menggunakan FTTH umumnya menyesuaikan lokasi dan kepadatan penduduk. Hal tersebut untuk menentukan metode yang tepat dalam menyediakan layanan internet melalui FTTH. Pada daerah urban, kepadatan penduduk tinggi mengindikasikan pengguna layanan internet yang tinggi. Pengguna layanan internet di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2022 mencapai sebanyak 224 juta pengguna. Permintaan kapasitas akses internet juga meningkat. Kapasitas lebih tinggi sangat penting untuk teknologi yang akan datang. Penelitian ini mempelajari perancangan teknologi FTTH berbasis TWDM-PON, M-Channel 10 Gigabit - Passive Optical Network, untuk memenuhi kebutuhan kapasitas akses internet yang semakin meningkat. Perancangan mempertimbangkan 2 konfigurasi TWDM PON, yaitu konfigurasi data rate simetris dan asimetris, splitting ratio 1:128, disimulasikan pada Optisystem. Menurut ITU, standar TWDM-PON Loss Budget adalah 29 dB untuk kelas N1 ODN dan Q-factor adalah 6 serta minimum jangkauan penggelaran 20 km (DD20). Dari hasil perancangan, TWDM-PON konfigurasi data rate simetris mencapai target penggelaran pada jarak 20 km, memenuhi Loss Budget sebesar 28,96 dB dengan Q-factor downstream dan upstream masing-masing 6,22 dan 6,11. Konfigurasi data rate asimetris tercapai pada jarak 21 km memenuhi Loss Budget sebesar 28,95 dB dengan Q-factor downstream dan upstream masing-masing 6 dan 13. ......FTTH (Fiber to the Home) is a technology field that is growing rapidly for the use of the internet and its access network. Utilization of the internet using FTTH generally adjusts to location and population density. This is to determine the right method of providing internet services via FTTH. In urban areas, high population density indicates high internet service users. Internet service users in Indonesia have increased every year and by 2022 there will be as many as 224 million users. The demand for internet access capacity is also increasing. Higher capacities are critical for future technologies. This research studies a design FTTH technology based on TWDM PON, M-Channel 10 Gigabit - Passive Optical Network. The design considers 2 configurations of TWDM PON, namely symmetric and asymmetric data rate configurations for a 1:128 splitting ratio, simulated using Optisystem. According to the ITU standard, the Loss Budget standard is 29 dB for the N1 ODN class and Q-factor standard is 6 for minimum 20 km distance of TWDM PON (DD20). Based on designed TWDM PON with 1:128 splitting ratio at 20 km for each channel shows that symmetric data rate configuration has satisfied the Loss Budget of 26.96 dB. Q-factor on downstream and upstream are 6.22 and 6.11, respectively. In comparison, asymmetric data rate configuration at 21 km shows that the obtained power is 26.95 dB, and Q-factor on downstream and upstream are 6 and 13, respectively.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Adisatya
Abstrak :
Passive Optical Network atau biasa disingkat PON merupakan salah satu teknologi dalam penerapan fiber optik yang banyak dipakai saat ini. Saat ini terdiri beberapa jenis PON yang tersedia dan ada beberapa yang masih dalam tahap pengembangan, salah satunya yakni XG-PON. XG-PON merupakan salah satu jenis PON hasil pengembangan dari G-PON, yang merupakan teknologi fiber optik yang kita pakai saat ini. Pada penelitian ini membahas mengenai teknologi atau konfigurasi XG-PON untuk FTTH dan perbandingannya dengan G-PON. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak Optisystem untuk menguji konfigurasi dari G-PON dan XG-PON sekaligus mengetahui performa XG-PON melalui nilai Q Factor dan BER dari hasil simulasi XG-PON yang dilakukan. Penelitian ini memperhitungkan konfigurasi XG-PON Downstream dan Upstream dengan menggunakan rasio splitter 1:32 dan 1:64. Dari simulasi yang telah dilakukan, didapat hasil untuk FTTH XG-PON 1:32 Downstream efektif pada jarak 40-41 km, FTTH XG-PON 1:64 Downstream efektif pada jarak 23 – 24 km, FTTH XG-PON 1:32 Upstream pada jarak 38 – 39 km, dan FTTH XG-PON 1:64 Upstream pada jarak 23-24 km. Dari hasil yang di dapat, ditemukan bahwa Q Factor terhadap penambahan jarak untuk XG-PON berbanding terbalik, sedangkan BER berbanding lurus terhadap penambahan jarak. ......Passive Optical Network or commonly abbreviated as PON is one of the technologies in the application of optical fiber that is widely used today. Currently, there are several types of PON available and some are still in the development stage, one of which is XG-PON. XG-PON is a type of PON developed from G-PON, which is the optical fiber technology that we use today. This study discusses the technology or configuration of XG-PON for FTTH and its comparison with G-PON. This study uses Optisystem software to test the configuration of G-PON and XG-PON as well as to determine the performance of XG-PON through the Q Factor and BER values ​​from the XG-PON simulation results. This study takes into account the XG-PON Downstream and Upstream configurations using a 1:32 and 1:64 splitter ratio. From the simulations that have been carried out, the results obtained for FTTH XG-PON 1:32 Downstream effective at a distance of 40-41 km, FTTH XG-PON 1:64 Downstream effective at a distance of 23 – 24 km, FTTH XG-PON 1:32 Upstream at distance of 38 – 39 km, and FTTH XG-PON 1:64 Upstream at a distance of 23-24 km. From the results obtained, it is found that the Q Factor for the addition of distance for XG-PON is inversely proportional, while BER is directly proportional to the addition of distance
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Julian Maulana
Abstrak :
ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang perencanaan desain jaringan FTTH di gedung fakultas di Universitas Indonesia. Fiber to the Home (FTTH) merupakan suatu format transmisi sinyal optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan fiber optik sebagai media penghantaran. Perkembangan teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi fiber optik yang dapat menggantikan penggunaan kabel konvensional. Dan juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan layanan yang dikenal dengan istilah layanan Triple Play Services. Universitas Indonesia yang terletak di kota Depok terdiri dari 10 fakultas dan memiliki 74 gedung. UI memiliki luas mencapai 320 hektar. Kebutuhan layanan service untuk selruh fakultas ialah 3183 port internet. Dari kebutuhan service tersebut dan denah tiap gedung maka dapat dibuat rancangan jaringan Metro FTTH di wilayah kampus. Dari hasil rancangan, didapatkan kebutuhan perangkat FTTH sejumlah 2 GPON OLT, 2 ODC port 288, 2 buah passive splitter dengan ratio 1:16, 27 ODP port 12 dan 24, serta 319 ONU. Perangkat penunjang lainnya dicantumkan pada Bill of Material yang selanjutnya dapat dibuat Bill of Quantity untuk mengetahui jumlah biaya keseluruhan yang dibutuhkan. Dari hasil analisis link power budget menunjukkan bahwa desain telah memenuhi standar dengan kualitas yang baik.
ABSTRACT
This script discusses the design planning FTTH networks in building the faculty at the University of Indonesia. Fiber to the Home (FTTH) is a format of an optical signal transmission center provider (provider) to the user by using optical fiber as a medium of delivery. Technology development is inseparable from the progressive development of fiber optic technology that can replace conventional wiring. And also motivated by the desire to obtain the services known as Triple Play Services. University of Indonesia, located in Depok city consists of 10 faculties and has 74 buildings. UI has an area reached 320 hectares. Service to service the needs of faculty selruh internet port is 3183. Of service needs and plans of each building can be designed so Metro FTTH network in the campus area. From the results, found the need for OLT GPON FTTH number 2, 2 ODC 288 port, 2 passive splitter with a ratio of 1:16, 27 ODP ports 12 and 24, and the ONU 319. Other supporting devices listed on the subsequent Bill of Materials Bill of Quantity can be made to determine the overall cost of the required amount. From the analysis of link power budget shows that the design meets the standards of good quality.
2012
S43360
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi Arfa
Abstrak :
Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) 2014-2019 melalui PP. Nomor 96 Tahun 2014 merupakan cita-cita pemerintah mewujudkan Indonesia yang terkoneksi ke jaringan internet dengan target penetrasi 71% (urban) dan 49% (rural) terhadap rumah tangga untuk fixed broadband pada tahun 2019. Pengembangan broadband di Indonesia masih terfokus pada mobile broadband, padahal kecepatan broadband ditopang oleh fixed broadband. Salah satu solusi teknologi masa depan fixed broadband yaitu Fiber to The Home (FTTH). Namun, tantangan dalam implementasi fixed broadband adalah tingginya biaya komponen pasif sehingga meningkatkan risiko investasi. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap model penyelenggaraan fixed broadband yang dibangun berdasarkan skenario pendanaan broadband menggunakan kajian tekno ekonomi dan analisis risiko. Analisis dilakukan dari sudut pandang Operator Company (OpCo), Network Company (NetCo), dan Pemerintah selaku stakeholder pada daerah penelitian Balikpapan (sub-urban), Denpasar (urban), dan Tangerang Selatan (dense-urban). Kajian kelayakan penyelenggaraan fixed broadband menunjukkan bahwa untuk OpCo dapat menggunakan skenario sewa komponen pasif kepada NetCo dan melakukan investasi pada perangkat aktif saja. Sedangkan, NetCo dapat menggunakan skenario sharing cost antara NetCo, subsidi pemerintah, atau gabungan dari kedua skenario untuk mereduksi biaya investasi. Agar dapat mendatangkan manfaat bagi Pemerintah Daerah, kontribusi subsidi yang dilakukan tidak hanya dibebankan pada Pemerintah Daerah.
Indonesia Broadband Plan (IBP) 2014-2019 through PP. No. 96 Year 2014 is to realize the government's goal that Indonesia are connected to the Internet with network penetration target of 71% (urban) and 49% (rural) compared to households for fixed broadband in 2019. The development of broadband in Indonesia is still focused on mobile broadband. Actually, broadband speeds is supported by fixed broadband. One of fixed broadband future-proof solution technology is Fiber to The Home (FTTH). However, the challenges in the implementation of fixed broadband is the high cost of passive components that increase the risk of investment. In this research, analysis of the implementation models of fixed broadband is built based on broadband funding scheme using techno economic assessment and risk analysis. The analysis is done from point of view: Operator Company (OpCo), Network Company (NetCo), and the Government as stakeholders in the research area; Balikpapan (sub-urban), Denpasar (urban), and Tangerang Selatan (dense-urban). Feasibility studies showed that the implementation of fixed broadband from OpCo?s view can use the lease passive components scenario at NetCo and investing in active devices only. Meanwhile, NetCo can use cost sharing between them, government grant, or a combination of both scenarios to reduce investment costs. In order to bring benefits to the Local Government, the contribution of grant do not only charged on Local Government.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library