Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ngatawi
Abstrak :
Munculnya gerakan Islam radikal di Indonesia secara manifes pada dekade 90-an menimbulkan keterkejutan banyak pihak di negeri. Keterkejutan ini terjadi karena beberapa alasan: pertama, kekuatan hegemonik Orba, pada saat itu sangat anti dengan gerakan Islam radikal, sehingga sekecil apapun potensi yang mengarah pada terbentuknya gerakan ini akan cepat dihabisi; kedua, munculnya gerakan ini akan mengancam integritas negara Kesatuan Rl yang masyarakatnya majemuk; ketiga, gerakan ini secara sosiologis tidak memiliki akar di Indonesia, karena masyarakat Indonesia pada dasarnya tidak memiliki tradisi radikal dalam beragama. Atas pertimbangan ini, maka banyak kalangan yang merespons munculnya gerakan Islam radikal ini degan berbagai pandangan, ada yang keras menolak, ada yang ketakutan, ada yang khawatir bahkan ada yang bangga. Sebagai fenomena sosial, gerakan ini menarik untuk diteliti, karena kemuncularmya yang mendadak dan terjadi secara massif. Gerakan seperti ini tidak akan bisa muncul tanpa koordinasi yang rapi dan didukung dengan dana yang memadai. Untuk mencari akar sosiologis gerakan ini, penulis melakukan penelitian terhadap gerakan FPI sebagai bagian dari gerakan Islam radikal. Memang masih perlu perdebatan untuk menyebnut gerakan FPI sebagai gerakan Islam? apakah gerakan tersebut memang benar-benar gerakan Islam, dalam arti memperjuangkan suatu ideologi Islam? Atau sebaliknya, hanya gerakan politik yang menggunakan simbol-simbol Islam dan dipimpin oleh seorang tokoh Islam. Penulis tetap menyebut gerakan FPI ini sebagai gerakan Islam, karena menggunkan simbol-simbol, ritus, retorika dan ummat Islam sebagai basis gerakan. Karena banyaknya model dan jenis gerakan Islam dan luasnya spektrum ideologi maupun karakter ummat Islam, memang perlu ada penamaan dan katagorisasi yang spesilik terhadap masing-masing gerakan Islam. Dalam tesis ini penulis menyebut gerakan FPI sebagai gerakan Islam Simbolik, karena gerakan ini menggunakan simbol-simbol keislaman. Dalam penelitian ini penulis menemukan, bahwa gerakan Islam radikal FPI, bukan gerakan ideologis sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak orang. Gerakan ini tidak memiliki basis ideologi yang jelas, organisasi yang solid dan konsolidasi yang mapan. Gerakan lebih merupakan suatu proyek politik dari kekuatan politik tertentu, yang menggunakan simbol Islam untuk menutupi kepentingan politik yang sebenarnya. Dari sini juga terlihat adanya dua realitas yang berbeda. Realitas pertama adalah realitas formal material. Realitas ini tampil dalam wujud gerakan sosial yang kasat mata, statement politik dan aturan-aturan organisasi. Realitas kedua adalah realitas politik. Realitas ini tidak tampil ke publik, sifatnya sangat khusus dan tertutup dan berada di balik permukaan (back stage). Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengakses realitas. Dia tidak tampil di publik namun justru memiliki fungsi yang penting bagi gerakan. Seluruh gerakan ini dikendalaikan oleh realitas politik yang tidak tampak ini. Realitas formal material hanya kamuflase untuk menutupi realitas politik. Para peneliti dan pengamat biasanya hanya menjadikan realitas formal ini sebagai data primer untuk membuat analisa, padahal data ini sebenarnya hanya data maya dalam proses gerakan Islam radikal. Dia bukan realitas yang sebenarnya. Kalau dijadikan sebagai basis dalam membuat analisa maka hasilnya akan bias. Sebagaimana yang terjadi dalam gerakan radikal FPI. Kalau dilihat dari data-data formal material, maka akan didapati suatu kesimpulan bahwa FPI adalah getakan Islam radikal yang ideologis seperti yang terjadi pada lkhwanul Muslim, Hizbuttahrir, al-Qaeda dan sebagainya. Namun apabila diteliti lebih jauh dengan menguak jaringan yang ada dibaliknya, melacak berbagai kelompok politik yang ada di belakangnya, maka akan ditemukan bahwa gerakan radikal Islam FPI tidak lebih dari suatu proyek politik dari kekuatan politik tertentu di negeri yang ingin menggunakan Islam sebagai alat politik untuk mencapai target politik tertentu. Cara ini paling mudah dijalankan karena disamping murah, juga efektif. Hal ini bisa terjadi karena kondisi sosiologis masyarakat Indonesia yang masih bersikap mistis terhadap agama, maksudnya agama benar-benar dipahami sebagai sesuatu yang sakral secara mutlak. Cara pandang seperti ini membuat masyarakat tidak bisa bersikap kritis terhadap agama. Mereka menerima agama tanpa reserve. Akibatnya mereka mudah ditipu oleh kelompok lain melalui penggunaan simbol-simbol agama. Kenyataan ini yang tidak dicermati oleh peneliti-peneliti lain ketika melakukan penelitian terhadap gerakan Islam radikal di Indonesia. Radikalisasi gerakan Islam FPI mempakan cerminan pertarungan politik dan pertukaran sosial antar elit di negeri ini, dengan demikian dia tidak akan memiliki daya tahan yang kuat, karena keberadaannya akan sangat tergantung dari proses pertukaran sosial dari berbagai kepentingan kelompok yang ada. Oleh karena ilu dia juga tidak akan memiliki fungsi yang berarti bagi gerakan sosial, kecuali kalau para pemimpin FPI melakukan reorientasi ideologi dan tidak terjebak dalam kepentingan ekonomi-politik praktis yang sesaat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Bratandari Nazief
Abstrak :
ABSTRACT
The purpose of this paper is to investigate the effect of capital control on capital flows. The method I use is to apply capital control as a determining variable FDI and FPI. Foreign investors who buy 10% or more of local company shares are classified as an FDI investor, while investors who buy less than 10% are classified as FPI investors. FDI investors also get the right to control the company temporarily FPI's goal is more inclined to achieve monetary benefits. The author's regression method use are Fixed-Effects Panel Regression Estimates for the FDI model and Panel Regression Estimates Random-effect for FPI models using datasets from 6 ASEAN countries namely Indonesia, Thailand, Singapore, Malaysia, the Philippines, and Vietnam from 2000 to 2017. Along research, the authors found: (1) Capital control proved to be a significant determinant for FPI but not significant for the FDI model, furthermore the two results also have a relationship strong negative with capital controls; (2) Imposing high control intensity or low has each of the consequences as shown by data analysis - because the low control intensity causes the inflow to become unstable, whereas high-intensity controls have a small chance of getting the amount of inflows tall one; (3) Determinants of FDI and FPI each have different significant variables with different fundamental reasons that are expected to produce insights and suggestions which is useful for policy makers.
ABSTRACT
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelidiki pengaruh kontrol modal terhadap aliran modal. Metode yang saya gunakan adalah menerapkan kontrol modal sebagai variabel penentu FDI dan FPI. Investor asing yang membeli 10% atau lebih saham perusahaan lokal digolongkan sebagai investor FDI, sedangkan investor yang membeli kurang dari 10% diklasifikasikan sebagai investor asing. Investor FPI. Investor FDI juga mendapatkan hak untuk mengendalikan perusahaan sementara tujuan FPI lebih cenderung untuk mencapai manfaat moneter. Metode regresi yang digunakan penulis adalah Estimasi Regresi Panel Fixed-Effects untuk model FDI dan Estimasi Regresi Panel acak-efek untuk model FPI menggunakan dataset dari 6 negara ASEAN yaitu Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam dari 2000 hingga 2017 Sepanjang penelitian, penulis menemukan: (1) Kontrol modal terbukti menjadi penentu yang signifikan untuk FPI tetapi tidak signifikan untuk model FDI, selanjutnya kedua hasil juga memiliki hubungan negatif kuat dengan kontrol modal; (2) Memaksakan intensitas kontrol tinggi atau rendah memiliki masing-masing konsekuensi seperti yang ditunjukkan oleh analisis data - karena intensitas kontrol yang rendah menyebabkan aliran masuk menjadi tidak stabil, sedangkan kontrol intensitas tinggi memiliki peluang kecil untuk mendapatkan jumlah aliran masuk yang tinggi; (3) Faktor-faktor penentu FDI dan FPI masing-masing memiliki variabel signifikan yang berbeda dengan alasan fundamental berbeda yang diharapkan menghasilkan wawasan dan saran yang berguna bagi pembuat kebijakan.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shindyawati
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis penyebab kekerasan politik dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 dan kaitannya dengan politik identitas. Penelitian ini menggunakan konsep Hate Spin Cherian George (2016) sebagai konsep utama penelitian dan didukung dengan teori konflik sosial-agama Clifford Geerzt (1981) dan teori kekerasan Johan Galtung (1997). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan design studi kasus. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa kekerasan bukan terjadi karena adanya mobilisasi dari wirausahawan politik yang terepresentasikan oleh Front Pembela Islam (FPI) dan Teman Ahok dengan menggunakan identitas, melainkan tumbuh dari kesadaran masyarakat sebagai bentuk ketersinggungan massa akan sebuah penghinaan atas dasar agama. ...... This study analyzes the causes of political violence in the DKI Jakarta Gubernatorial Election 2017 and its relation to political of identity. This study employs the concept of Hate Spin of Cherian George (2016) as the main concept which is supported by two theories of social-religious conflict of Clifford Geerzt (1981) and violence theory of Johan Galtung (1997).  Employing qualitative methods with case study design, this research suggests that violence did not occur because of the mobilization of political entrepreneurs represented by Front Pembela Islam (FPI) and Teman Ahok in using identity. The violence grew out to public awareness as a form of offense to the masses would be an insult on the basis of religion.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abid Fathurrahman Arif
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) yang dibubarkan secara resmi oleh Pemerintah Indonesia tertanggal 30 Desember 2020 dengan pendekatan tipologi ideologi keagamaan dan gerakan FPI berdasarkan pengaruhnya di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk dan keterkaitannnya dengan penerapan kebijakan Pemerintah Indonesia. Teori yang digunakan adalah Islamisme/Fundamentalisme/Islam Politik disertai Teori Kebijakan Publik (Public Policy) sebagai pisau bedah analisis penelitian ini. Metode penelitian yang diigunakan adalah kualitatif melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, FPI dibubarkan secara resmi organisasi dan kegiatannya karena dianggap menganggu ketertiban masyarakat dan ideologi yang tidak sesuai dengan dasar negara Republik Indonesia. Kebijakan Pemerintah ini bersifat inkremental/marginal dalam pengambilan keputusannya yang faktor utamanya persinggungan kepentingan politik dengan kelompok Islamis. Di sisi lain, Pemerintah juga menerapkan kebijakan pidana bagi para tokohnya dan menjadikan mitra pertimbangan mengatasi permasalahan nasional. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan kebaruan menyikapi organisasi FPI sebagai salah satu gerakan Islam kontemporer dan mewujudkan peran keadilan dan obyektivitas dalam kebijakan yang diterapkan pemerintah Indonesia terhadap pergerakan Islam lainnya. ......This research discusses the community organization Islamic Defenders Front (FPI) which was officially disbanded by the Indonesian Government on 30 December 2020 with approach typology of religious ideology and the FPI movement based on its influence in the diverse Indonesian society and its relationship with the Indonesia Government’s policy. The theory used is Islamism/Fundamentalism/Political Islam from with Public Policy Theory from were also used as knife for the analysis of this research. The research method used is qualitative through interviews, observation and literature study. Based on the Joint Decree (SKB) of 3 Ministers, FPI's organization and activities were officially disbanded because it was deemed to be disrupting public order and an ideology that was not accordance with the country foundation Republic of Indonesia. This government policy is incremental/marginal in its decision making, the main factor being the intersection of political interests with Islamist group. On the other hand, the Government also implements criminal policies for its figures and makes them consideration partners in overcoming national problems. This research be expected provide new insights for respond about FPI organization as a contemporary Islamic movement and realizing the role of justice and objectivity in the policies implemented by the Indonesian government towards other Islamic movements.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library