Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Ayuningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Polusi udara akibat penggunaan pengharum ruangan kimia merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan. Dewasa ini, maraknya pemanfaatan minyak atsiri sebagai pengganti pengharum ruangan mendorong produsen untuk menghasilkan matriks yang mampu menahan laju pelepasan aroma. Penelitian ini mengusulkan pembuatan matriks Luffa acutangula dengan modifikasi permukaan sebagai pembawa aroma green tea oil (Camellia sinensis). Luffa yang bersifat biodegradable dan hidrofilik secara alami dimodifikasi dengan zeolit A (ZA), grafit (G) dan graphene oxide (GO) masing-masing menjadi matriks LZA, LG dan LGO melalui coating dengan metode dip and dry. ZA disintesis dengan metode hidrotermal. Grafit diberi perlakuan asam-basa. GO disintesis dengan metode Hummers. Sodium alginat digunakan sebagai bahan pengikat matriks. Hasil karakterisasi BET menunjukkan luas permukaan LZA, LG dan LGO masingmasing sebesar 323,601; 151,429 dan 538,021 m2/g. Hasil karakterisasi FTIR membuktikan interaksi matriks LZA, LG, dan LGO dengan green tea oil (GTO). Efisiensi adsorpsi matriks dianalisis dengan variasi massa porous material (ZA, G, dan GO). Perbandingan massa L:SA:PM sebesar 4:1:3, efisiensi adsorpsi yang terjadi adalah LZA3 6,067 g GTO/g LZA3, LG3 6,771 g GTO/g LG3 dan LGO3 10,916 g GTO/g LGO3. Karakteristik adsorpsi isoterm matriks LGO dianalisa menggunakan model Langmuir, Freundlich dan Temkin. Adsorpsi isoterm matriks LGO oleh matriks LGO terdeskripsikan paling baik oleh model adsorpsi isotherm Langmuir. Kinetika adsorpsi GTO oleh matriks LGO terdeskripsikan paling baik oleh model pseudo-second order. Analisa extended release menunjukkann LGO mampu pelepasan GTO ke udara hingga lebih dari 6 minggu dengan laju pelepasan rata-rata 5,07 g/minggu.
ABSTRACT
Pollution due to chemical air freshener is one of the massive threats to the health. Nowadays, the growing public interest of essential oils utilization as air freshener alternative pushes fragrance indistry to produce matrix that can create long lasting product by controlling the release rate. In this work, the fabrication of surface modified luffa acutangula as green tea oil (Camellia sinensis) matrix carrier is proposed. Luffa sponge which is biodegradable and hydrophilic in nature, is made hydrophobic by coating with zeolite A (ZA), graphite (G) and graphene oxide (GO) each become LZA, LG and LGO matrix using dip and dry method. Initially, ZA was synthesized using hydrothermal method. Graphite was treated with acid-base treatment. GO was stnthesized using Hummers' method. Sodium alginate was used as matrix binder agent. The results obtained by BET indicate surface area of LZA, LG and LGO are 323.601; 151.429 and 538.021 m2/g, respectively. FTIR characterization indicate interaction between LZA, LG, and LGO matrix with green tea oil (GTO). Adsorption efficiency of the matrix was studied with mass variation of the porous material (ZA, G, dan GO). Mass ratio L:SA:PM of 4:1:3, resulted as the highest efficiency with LZA3 6.067 g GTO/g LZA3, LG3 6.771 g GTO/g LG3 and LGO3 10.916 g GTO/g LGO3. Adsorption isotherm model of Langmuir, Freundlich and Temkin of LGO was studied. The adsorption process of LGO matrix was well fitted to Langmuir equilibrium. The adsorption kinetic of LGO matrix was well fitted to Pseudo-seond order. The extended release study showed that LGO matrix was able to hold GTO release up to more that 8 weeks with the average release rate of 5.07 g/week.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Kestibawani
Abstrak :
Metode pengeringan beku digunakan untuk menyiapkan matriks kitosan-xanthan gum bermuatan ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe untuk pemberian oral. Metode ini dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama persiapan dan dapat memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Kurkumin pada kunyit, α-mangostin pada kulit manggis, dan 6-gingerol pada jahe termasuk kedalam senyawa fenolik, maka dari itu memiliki aktivitas antioksidan yang bermanfaat bagi Kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi suplemen dengan pelepasan lambat sampai ke daerah usus halus, dimana penyerapan senyawa bioaktif dapat terjadi secara maksimal. Teknik enkapsulasi digunakan untuk melindungi ekstrak senyawa bioaktif dilepaskan didaerah yang ditargetkan. Teknik enkapsulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pembentukan kompleks polielektrolit. Kitosan dipilih sebagai drug carrier karena memiliki sifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik dan mukoadesif, namun mudah larut pada kondisi asam. Xanthan gum (XG) digunakan sebagai polimer aditif karena dapat melindungi kitosan dalam suasana asam. Seluruh formulasi memiliki yield diatas 90% dan pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 1% (ekstrak jahe), dan 8% (ekstrak kulit manggis). Penambahan XG dapat membuat pelepasan senyawa bioaktif menjadi lebih lambat. Formulasi dengan 0,1XG merupakan yang paling baik untuk dijadikan suplemen antioksidan, karena dapat menahan pelepasan pada medium SGF dan paling banyak melepas senyawa bioaktif di SIF. ......Freeze drying method is used to prepare the chitosan-xanthan gum (XG) matrices containing turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts for oral administration. This method can minimize loss of bioactive compounds (BC) during preparation and provide high yield and loading. Curcumin in turmeric, α-mangostin in mangosteen peel, and 6-gingerol in ginger are phenolic compounds that have antioxidant activity which is beneficial to human health. The purpose of this study is to obtain extended release supplement formulations for small intestine, where absorption of BC can occur optimally. Encapsulation techniques can protect the BC to be released in targeted area, encapsulation technique used in this study is the formation of polyelectrolyte complex. Chitosan chosen as a drug carrier, because its biodegradable, biocompatible, non-toxic and mucoadesive properties, but dissolved under acidic conditions. XG is used as an additive polymer because it can protect chitosan at acidic condition. All formulations have yields above 90% and loading around 12% (turmeric), 1% (ginger), and 8% (mangosteen peel). The addition of XG can extend the release of BC. Formulation with 0.1XG is the best to be used as an antioxidant supplement, because it sustained the release in SGF Medium and releases the most bioactive compounds in SIF.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Zada Gofara
Abstrak :

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang harus diberikan penanganan oral dengan obat anti-tuberkulosis secara rutin selama 12-24 bulan. Dengan pengobatan menggunakan implan yang dapat melepaskan obat TB secara lambat dalam jangka maka akan lebih efektif, karena obat akan dekat dengan target dan secara langsung masuk ke darah sehingga pengobatan lebih efektif. Pada penelitian ini, formulasi hidrogel PVA/kitosan/STPP yang dimuati 4 jenis obat anti-tuberkulosis (isoniazid, ethambutol, pirazinamid, dan rifampicin) dibuat dengan metode freeze-thaw. Didapatkan hasil bahwa penambahan kitosan hingga 20% dapat menurunkan laju rilis obat dan menahan rilis obat hingga 30 hari, namun efek penambahan STPP tidak terlihat dikarenakan jumlah yang ditambahkan terlalu sedikit yang diperkuat juga oleh hasil dari uji FTIR yang tidak menunjukkan adanya STPP dalam hidrogel. Formulasi hidrogel PVA 80%-Kitosan 20%-STPP 2% mampu melepaskan obat TB paling lambat dan berkepanjangan pada obat Isoniazid, Ethambutol, dan Rifampicin. Hasil dari uji SEM menunjukkan bahwa penambahan kitosan pada hidrogel PVA membentuk larutan homogen, menghasilkan hidrogel dengan permukaan yang terlipat padat, dan lebih rapat. Penambahan STPP 2% menghasilkan morfologi yang lebih halus, lebih homogen, dan menghasilkan pori lebih kecil.


Tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases which must be routinely oral treated with anti-tuberculosis drugs performed 12-24 months. With treatment using drug implans that can release TB drugs in a longer time in the target location, it will be more effective, because the drug will be close to the target and go directly into the blood. In this study, the PVA / chitosan / STPP hydrogel formulation loaded with 4 types of anti-tuberculosis drugs (isoniazid, ethambutol, pirazinamide, and rifampicin) made using the freeze-thaw method. It is obtained that chitosan addition up until 20% could reduce drug’s release rate and hold drug’s release until 30 days, but the effect of STPP addition could not be seen because the ammount added is too small which is also shown from FTIR study that there is no STPP in the hydrogel detected. 80% PVA-20% Chitosan-2% STPP hydrogel formulation release TB drugs the slowest and extended on Isoniazid, Ethambutol, and Rifampicin. SEM study shown that chitosan addition in PVA hydrogel resulted a homogen solution, and hydrogel with densely folded surface. 2% STPP addition resulted in smoother, more homogenous, and smaller pores morphology.

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zumroh Desty Angraini
Abstrak :
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis dan Indonesia sebagai negara dengan kasus TB tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Cina. Infeksi bakteri TB diawali dengan infeksi jaringan paru-paru akibat kemampuan bakteri yang dapat menyebar melalui udara. Bakteri TB dapat menginfeksi jaringan lain seperti pada tulang belakang. Penangangan penyakit TB saat ini dilakukan dengan mengonsuksi empat regimen obat anti tuberculosis (OAT), yang terdiri dari Rifampicin (RIF), Isoniazid (INH), Ethambutol Hidroklorida (ETH), dan Pirazinamid (PZA), yang setidaknya dilakukan selama 4-6 bulan untuk TB Paru-paru dan 9-18 bulan untuk TB Tulang belakang. Keberhasilan pengobatan ini sangat bergantung pada konsentrasi obat anti-tuberkulosis (OAT) dalam jaringan yang terinfeksi bakteri dan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi OAT. Penggunaan implan biodegradable yang dapat melepaskan obat TB secara lambat dalam jangka waktu yang panjang pada lokasi jaringan terinfeksi yang sudah dibersihkan dalam operasi belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, pada penelitian ini memformulasikan implan biodegradable berbahan dasar Polivinil Alkohol (PVA) yang dapat mengenkapsulasi OAT untuk rilis berkelanjutan di sekitar jaringan terinfeksi secara lambat dan berkepanjangan. Namun, PVA bersifat hidrofilik sehingga laju pelepasan obat dapat berlangsung cepat ke dalam darah. Maka, PVA perlu dimodifikasi dengan cara meningkatkan derajat crosslink dan mengurangi ukuran pori. Untuk mendapatkan formulasi yang menghasilkan rilis yang terbaik dilakukan proses optimasi dengan metode Response Surface Methodology (RSM) model Box-Behnken Design dengan software Design Expert. Pada penelitian ini diteliti hidrogel dengan berbagai variasi konsentrasi asam sitrat sebagai penaut- silang pada PVA, persentase muatan obat isoniazid (INH), dan jumlah siklus freeze-thaw yang digunakan. Melalui uji rilis dalam media PBS (Phosphate Buffer Saline) diharapkan dapat diketahui pengaruh penambahan senyawa penaut-silang asam sitrat pada formula hidrogel PVA yang mampu melepaskan obat secara perlahan dan dalam jangka waktu panjang sehingga tidak diperlukan lagi konsumsi obat secara oral tiap hari selama masa pengobatan. ......Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and Indonesia as the country with the third highest TB cases in the world after India and China. TB bacterial infection begins with lung tissue infection due to the ability of bacteria that can spread through the air. TB bacteria can infect other tissues such as the spine. Controlling TB is currently done by consuming four anti-tuberculosis drug regimens (OAT), consisting of Rifampicin (RIF), Isoniazid (INH), Ethambutol Hydrochloride (ETH), and Pyrazinamide (PZA), which is carried out for at least 4-6 months. for Lung TB and 9-18 months for Spinal TB. The success of this treatment is highly dependent on the concentration of anti-tuberculosis drugs (OAT) in bacterial infected tissue and patient compliance in taking OAT. With treatment using biodegradable implant that can release TB drugs slowly over a long period of time at the location of infected tissue that has been cleaned in surgery has never been done. Therefore, this research formulates polyvinyl alcohol (PVA) based implant biodegradable which can encapsulate OAT for sustained release around infected tissue in a slow and prolonged manner. However, PVA is hydrophilic so that the rate of drug release can take place quickly into the blood. Thus, PVA needs to be modified by increasing the degree of crosslink and reducing pore size. To get the formulation that produces the best release, the optimization process is carried out using the Response Surface Methodology (RSM) Box-Behnken Design model with Design Expert software. In this study hydrogels with various concentrations of citric acid as crosslinkers in PVA were investigated, the percentage of isoniazid (INH) drug load, and the number of freeze-thaw cycles used. Through the release test in PBS (Phosphate Buffer Saline) media it is expected to know the effect of adding citric acid crosslinking compounds to the PVA hydrogel formula which is able to release the drug slowly and in the long run so that no more oral consumption of the drug is needed daily during the treatment period.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Megan
Abstrak :
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular dan mematikan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan termasuk salah satu dari 10 penyakit yang menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia. Spondilitis TB atau Pott’s Disease merupakan jenis dari TB ekstra paru, di mana 10% dari kasus TB ekstra paru merupakan TB tulang dan 50% dari kasus TB tulang adalah spondilitis TB. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang paling umum digunakan adalah obat lini pertama, salah satunya adalah Rifampisin (RIF). Banyaknya jumlah dan dosis OAT yang harus dikonsumsi menyebabkan kepatuhan pasien TB menjadi rendah. Selain itu, RIF bersifat tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi rifampisin kuinon (RQ) jika terkena paparan oksigen. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem penghantaran obat yang dapat melepaskan obat dalam waktu yang lama. Pada penelitian ini, sistem implan dalam bentuk hidrogel dibuat dengan metode freeze-thaw dengan menggunakan polimer PVA dan pektin yang bersifat hidrofilik, biokompatibel, biodegradable, dan non-toksik serta antioksidan sebagai penstabil RIF (asam askorbat, gingerol, curcumin, dan asam galat). Senyawa antioksidan yang efektif dalam mengurangi degradasi berupa oksidasi RIF menjadi RQ adalah asam askorbat (AA) dan asam galat (AG), sedangkan gingerol (G) dan curcumin (C) tidak mampu mengurangi oksidasi RIF menjadi RQ. Berdasarkan uji pelepasan RIF dan RQ dalam phosphate buffer saline atau PBS (pH 7,4 dan suhu 37°C), urutan pelepasan kumulatif RIF dari yang terbesar ke terkecil adalah RIF-AA > RIF-AG > RIF-0 > RIF-G > RIF-C dan profil pelepasan kumulatif RQ dari yang terkecil ke terbesar adalah RIF-AA < RIF-AG < RIF-0 < RIF-G < RIF-C. Profil pelepasan kumulatif RIF dipengaruhi oleh hidrofilisitas polimer dan antioksidan, swelling hidrogel (derajat crosslinking), kristalinitas PVA berdasarkan hasil uji XRD, dan kekasaran permukaan hidrogel berdasarkan hasil uji FE-SEM. Sedangkan, profil pelepasan kumulatif RQ dipengaruhi oleh kemampuan gugus hidroksil (O-H) antioksidan yang aktif dalam pengikatan radikal oksigen bebas, berat molekul dan sifat kinetika antioksidan, serta pergeseran bilangan gelombang (puncak) serapan O-H dan tajamnya puncak serapan O-H berdasarkan hasil uji FTIR. Seluruh sampel hidrogel menunjukkan kinetika pelepasan orde nol dengan mekanisme pelepasan anomalous (non-Fickian) diffusion untuk RIF-G dan RIF-AG serta super case-II transport untuk RIF-0, RIF-AA, dan RIF-C. ......Tuberculosis (TB) is a contagious and deadly disease caused by Mycobacterium tuberculosis. It is one of the top 10 causes of death worldwide. TB Spondylitis or Pott’s Disease is a type of extrapulmonary TB, where 10% of extrapulmonary TB cases are bone TB and 50% of bone TB cases are TB Spondylitis. The most commonly used Anti Tuberculosis Drugs (ATD) are first-line drugs, such as Rifampicin (RIF). The large amount and dosages of ATD that must be consumed reduce the patient compliance. In addition, RIF is unstable and easily oxidized to rifampicin quinone (RQ) when being exposed to oxygen. Therefore, a drug delivery system with extended (prolonged) release is needed. In this study, the implant system in the form of hydrogel was made using PVA and pectin polymers which are hydrophilic, biocompatible, biodegradable, and non-toxic as well as antioxidants as RIF stabilizers (ascorbic acid, gingerol, curcumin, and gallic acid) by freeze-thaw method. Antioxidant compounds that are effective to reduce RIF oxidation to RQ are ascorbic acid (AA) dan gallic acid (GA), while gingerol (G) and curcumin (C) couldn’t be proven to reduce RIF oxidation to RQ. Based on the release profile of RIF and RQ in phosphate buffer saline solution (pH 7,4 and 37°C), the order of RIF cumulative release profile from the largest to smallest is RIF-AA > RIF-AG > RIF- 0 > RIF-G > RIF-C and RQ cumulative release profile from the smallest to largest is RIF- AA < RIF-AG < RIF-0 < RIF-G < RIF-C. RIF cumulative release profile depends on polymer and antioxidant hydrophilicity, hydrogel swelling (crosslinking degree), PVA crystallinity based on XRD result, and surface roughness of hydrogels based on FE-SEM result. Meanwhile, RQ cumulative release profile depends on the ability of hydroxyl groups in antioxidants to scavenge free oxygen radicals, molecular weight and kinetic behaviour of antioxidants, as well as wavenumber (absorption peak) shifting of O-H groups and the sharpness of O-H absorption based on FTIR result. All hydrogel samples followed the zero-order kinetics with anomalous (non-Fickian) diffusion is the mechanism for RIF-G and RIF-AG and super case-II transport is the mechanism for RIF- 0, RIF-AA, dan RIF-C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library