Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enjarlis
Abstrak :
Pencemaran lingkungan perairan olch pestisida cukup mengkhawatirkan dan pestisida tersebut di lingkungan bercampur dengan pestisida lain. Pengolahan air yang tercemar pestisida harus dilakukan supaya ridak mencemari sumber air minum. Karbofuran dan endosulfan dipilih sebagai model kontaminan untuk dis isihkan melalui ozonasi, karena insektisida tersebut masih digunakan, kandungannya rneningkat di lingkungan jika insektisida carbosulfan, benfuracarb, dan furathiocarb juga digunakan. Reaksi ozonasi selalu menggunakan 03 dan OH. keduanya oksidator kuat, O3 selektifitasnya tinggi dan oH kurang selektif. Ozonasi dcngan karbon aktif diharapkan dapat mendegradasi campuran endosulfan-karbofuran secara sempu rna. Tujuan penelitian yaitu mcndegradasi karbofuran dan endosulfan, khususnya; (1) mengetahui pengaruh reaksi hidrolisis terhadap laju degradasi carbofuran dan endosulfan pada ozonasi dengan dan tanpa karbon aktif (2) memahami fenomena degradasi karbofuran dan endosulfan tunggal dan campuran pada ozonasi dengan dan tanpa karbon aktif , terutama; (a) menemukan pengaruh degradasi campuran karbofuran-endoulfan terhadap laju degradasi karbofuran dan endosulfan dan (b) mencmukan peran karbon aktif pada degradasi karbofuran dan endosulfan. Percobaan dilakukan 4 tahap. Tahap I hidrolisis pada pH (5, 7, dan 9) karbofuran-endosulfan tunggal dan campuran, tabap ke-11 ozonasi karbofuran dan endosulfan tunggal pada pH (5, 7, dan 9) dengan dan tanpa karbon aktif, tahap III pengaruh suhu (20, 25 dan 30°C) pada ozonasi dengan dan tanpa karbon aktif,dan tahap IV identifikasi produk antara ozonasi campuran karbofuran dan endosulfan dengan dan tanpa karbon aktif pada pH 7 dan suhu 30°C dengan GC/MS. Kcsimpulan pengaruh hidrolisis cukup signifikan pada pcnyisihan karbofuran dan endosulfan terutama pada Kadar dan pH relatif besar. Fenomena degradasi karbofuran dan endosulfan yang terjadi yairu peran oksidasi oleh ozonasi jauh lebih besar dibandingkan terhadap hidrolisis. Ozonasi campuran karbofuran-endosu1fan dapat meningkatkan laju degradasi insektisida dibandingkan ozonasi secara tunggal, hal ini disebapkan adanya pecan hidrolisis campuran karbofuran-endosulfan. Penambahan karbon aktif pada ozonasi campuran karbofuran-endosulfan secara kenetika pengearuh idak signifikan terhadap laju degredasi reaktan awal dibandingkan peningkatan suhu. Namun demikian, karbon aktif berperan pada degredasi lanjut produk antara menjadi produk antara yang lebih sederhana, bersifat polar dan mudah terdegrasi secara alamiah. Dengan demikian, penambahan karbon aktif pada ozonasi dapat digunakan secara proses untuk detoksifikasi karbofuran dan endosulfan. The environtmental pollution by pesticide is relatively worrying as it is mixed with other pesticides. The treatment of water by pesticide must be done to avoid drinking water pollution. Carbofuran & endosulfan are choosen as contaminants model to be removal by ozonation since those insecticides still used, and their content in environment will increase if carbosulfan, benfuracarb, and furathiocarb also used. Ozonation reaction always performed using 03 and 'OH, as they are strong oxidator, high selectivity and OH has low selectivity. Ozonation with activated carbon hope fu lly can degrade the carbofuran-endosulfan mixtures. The aim of this research is to degrade carbofuran - endosulfan by ozonation, especially (1) to the effec of hidrolysis reaction between carbofuran and endosulfan with and without activated carbon, (2) to understand the phenomenon of degradation carbofuran and endosulfan in ozonation with and without activated carbon especially: (a) effect degradation of carbofuran-endosul fan mixtures to the rate of degradation carbofuran and endosulfun respetively, (b) the role of activated carbon in degradation of car bofuran and endosulfan. The experiment was performed in four stages. Firstly, hydrolysis of carbofuran, endosulfan and carbofuran-endosulfan mixtures at different pH condition (5, 7, and 9). secondly, ozonation of carbofuran, endosulfan and carbofuran-endosulfan mixtures at different pH condition with and without activated carbon. Thirdly ozonation with and without at different temperature (20, 25, and 30°C) with and without activated carbon and the last stage was product identification in the ozonation of carbofuran-endosulfan mixtures with and without activated carbon at pH 7, temperature 300C using GC/M S. In conclusion, the effect of hydrolysis is significantly enough at the removal of carbofuran and endosulfan especially at high concentration and high pH condition. The phenomenon of degradation carbofuran-endosulfan occurred is caused by the role of the oxidation by ozon compared to the hydrolysis. Ozonation of carbofuran-endosulfan mixtures can increase the rate of degredation of insecticide compared to single insecticide ozonation. This is because the effect increasing hydrolysis rate of carbofuran-endosulfan mixture. In the kinetic point the addition of activated carbon in ozonation is not significantly effect to the rate of degradation in initial reactant compared to the increasjng temperature. However, The activated carbon plays a role ini the degradation of complex intermediate to simple intermediate, it is easy a polar chemical and it to degrade of naturally. The addition of activated carbon in ozonation can be used as a carbofuran and endosulfan detoxification process in water.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
D1370
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lepa S.
Abstrak :
ABSTRAK
Gamma aminobutyric acid (GABA) reseptor merupakan situs target insektisida dieldrin dan endosulfan, kelompok insektisida siklodien. Mutasi pada gen pengkode reseptor GABA menyebabkan resistansi terhadap dieldrin (Rdl). Resistansi ditandai dengan perubahan asam amino pada kodon A302G/S saluran ion reseptor GABA. Mutasi tersebut telah ditemukan terhadap beberapa jenis serangga, termasuk nyamuk anopheline dan dikaitkan dengan resistansi terhadap insektisida siklodien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan mutan alel Rdl pada spesies Anopheles di Indonesia. Analisis molekuler dilakukan pada sampel nyamuk Anopheles dari beberapa daerah di Indonesia (Aceh, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Maluku dan Maluku Utara) untuk mendeteksi keberadaan alel Rdl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11% dari 154 total sampel Anopheles yang dianalisis mengalami mutasi. Mutasi A302S alel Rdl ditemukan pada An. vagus (dari Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara Barat), An. aconitus (dari Jawa Tengah), An. barbirostris (dari Jawa Tengah dan Lampung), An. sundaicus (dari Sumatera Utara dan Lampung), An. nigerrimus (dari Sumatera Utara), sedangkan mutasi alel A302G hanya ditemukan pada An. farauti dari Maluku. Uji Kerentanan dilakukan dengan menggunakan prosedur standar dari WHO, CDC dan modifikasi dari penelitian sebelumnya. Uji tersebut menggunakan endosulfan (merk dagang Akodan 35 EC) dengan konsentrasi 0- 0.4% (g/L), dua kali ulangan terhadap 20-30 sampel larva dari Kecamatan Katibung dan Rajabasa, Provinsi Lampung. Setelah bioasay dilanjutkan analisis molekuler pengkodean subunit GABA. Nilai LC50 larva adalah 0.00893 (0.00332- xiv 0.01697) dan 0.00904 (0.00401-0.01586) dari Kecamatan Katibung dan Rajabasa. Analisis molekuler menunjukkan bahwa seluruh larva membawa alel Rdl A302, tipe normal. Adanya mutasi pada alel Rdl menunjukkan bahwa paparan insektisida pada populasi Anopheles di daerah ini mungkin masih berlangsung (meskipun tidak secara langsung terkait dengan program pengendalian malaria) atau spesies yang membawa alel resistan dapat bersaing dengan spesies normal pada populasi Anopheles sehingga bentuk mutan dari alel Rdl relatif stabil dalam ketiadaan insektisida dieldrin yang sudah tidak digunakan lagi. Meskipun demikian, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen hama terpadu diperlukan pada daerah endemik malaria di mana insektisida juga digunakan untuk keperluan lain seperti pertanian.
Abstract
The gamma-aminobutyric acid (GABA) receptor-chloride channel complex is known to be the target site of dieldrin and endosulfan, a cyclodiene insecticide. Mutation in the gene encoding the GABA-receptors, resistance to dieldrin (Rdl), which renders amino acid substitutions at codon A302G/S in the putative ion-channel lining region. The mutation has been found in a wide range of insect including anopheline mosquitoes and confers resistance to cyclodiene insecticide, such as dieldrin and picrotoxin. The present study aims to explore the existence and frequency distribution of the Rdl mutant alleles among the Anopheles species in Indonesia. Molecular analyses have been performed on Anopheles mosquito samples collected from several areas across Indonesia (Aceh, North Sumatra, Bangka Belitung, Lampung, Central Java, East Nusa Tenggara, West Nusa Tenggara, West Sulawesi, Molucca and North Molucca) and the Rdl gene was Polymerase-Chain Reaction (PCR) amplified and sequenced to detect the existence of the Rdl mutant alleles. The results indicated that 11 % of the total 154 Anopheles samples examined carried the mutant Rdl alleles. The A302S allele was observed in An. vagus (from Central Java, Lampung and West Nusa Tenggara), An. aconitus (from Central Java), An. barbirostris (from Central Java and Lampung), An. sundaicus (from North Sumatra and Lampung), An. nigerrimus (from North Sumatra), whereas the A302G allele was only found in An. farauti from Molucca. Susceptibility test were carried out using World Health Organization (WHO), Centers Disease Control and Prevention (CDC) and previously publish method with tight modification standard procedures. The test using 0-0.4% (w/v) endosulfan concentrations (Akodan 35 EC trademark) with two replicates and 20-30 larvae samples from the field of Katibung and Rajabasa sub-district, Lampung Province and followed by molecular analyses of the gene encoding the GABA subunit. The LC50 of the larvae were 0.00893 (0.00332- 0.01697) and 0.00904 (0.00401-0.01586) from Katibung and Rajabasa and all of the larvae carried A302 Rdl allele. The existence of the Rdl mutant allele indicates that, either insecticide pressure on the Anopheles population in these area might still ongoing (though not directly associated with malaria control program) or that the mutant form of the Rdl allele is relatively stable in the absence of insecticide. Nonetheless, the finding suggests that integrated pest management is warranted in malaria endemic areas where insecticides are widely used for other purposes.
2012
T31006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Styarini
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan pengembangan bahan acuan pestisida golongan organoklorin (α-endosulfan) dan piretroid (bifentrin) pada matriks teh hitam. Kemampuan analisis secara akurat, tertelusur, serta tersedianya nilai estimasi ketidakpastian hasil analisisnya menjadi mutlak dibutuhkan untuk melindungi konsumen dari bahaya residu pestisida yang melebihi ambang batas aman pada teh yang dikonsumsi dan mencegah adanya Trade Barrier (pencekalan/pelarangan) atas produk ekspor teh Indonesia. Penelitian ini dilakukan atas dasar belum tersedianya bahan acuan residu pestisida di Indonesia. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari teknik spiking dan proses homogenisasi pada matriks padatan dalam rangka pengembangan bahan acuan pestisida golongan organoklorin dan piretroid dalam matriks teh serta proses validasi metoda analisisnya. Dari pengembangan metoda analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa metoda yang digunakan memiliki nilai perolehan kembali dan presisi yang cukup baik untuk kedua analit target, yaitu -endosulfan dan bifentrin, masing-masing adalah sebesar 77,34% dan 96,18 %, sedangkan presisi metoda yang ditunjukkan dengan nilai %RSD untuk -endosulfan dan bifentrin masing-masing adalah sebesar 17,61 % dan 16,09 % dimana nilai keduanya lebih kecil dari nilai CV Horwitz. Sedangkan kandidat bahan acuan disiapkan menggunakan bahan teh dengan ukuran partikel 150 ? 106 μm dan kadar air 5,99%. Larutan analit (α-Endosulfan dan bifentrin) dalam heksana ditambahkan kedalam rendaman matriks teh dalam heksana, lalu dikeringkan sesuai kaidah sehingga diperoleh bubuk induk kandidat bahan acuan. Bubuk induk ini kemudian dicampurkan, sesuai kaidah, dengan material teh untuk mendapatkan kandidat bahan acuan akhir. Terhadap kandidat bahan acuan akhir diuji homogenitas kandungan analitnya. Hasil uji menujukkan bahwa kandidat bahan acuan akhir yang dibuat tergolong homogen (uji ANOVA satu arah dengan n = 8, tingkat kepercayaan 95%) , memiliki nilai kadar -endosulfan dan bifentrin masing-masing sebesar 380,32 (+97,43) ng/g dan 522,74 (+129,26) ng/g per berat kering dan nilai kadar air kandidat bahan acuan sebesar 5,99 %. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan mutu hasil pengujian pestisida dalam teh, di Indonesia.
Abstract
Development of reference material for organochlorine pesticides (α-endosulfan) and pyrethroids (bifenthrin) in black tea as a matrix has been conducted. An accurate, traceable and well estimated uncertainty of analytical method is necessary to protect properly consumers from the possibly harmfull effect of pesticide residues. The proper reference material and its analytical method may also prevents unnecessary Trade Barrier (bans/restrictions) on Indonesian tea product by foreign authority during export activity . This research was conducted on the basis that such reference materials were not available at present in Indonesia. The purpose of this research was to study spiking technique and homogenization process in order to develop a good and proper reference material of organochlorine and pyrethroid pesticides in tea matrix. In paralel the analytical method and validation process were also developed. In respect to -endosulfan and bifentrin, the result indicated tha the analytical method being used has a good recovery values, these are 77,34 % and 96,18 %, respectiveley. While the precision of the developing method was also quite good, having % RSD values of 17,61 % and 16,09 %, for the -endosulfan and bifentrin respectively, which is smaller than the CV Horwitz value. The reference material candidat was prepared by grinding tea leaf to have particle size of 150-106 μm and water content of 5.99%. Hexane solution of the analytes (α-Endosulfan and bifentrin), were spiked in to hexane macerated the grinded tea leaf, then was dried properly to have initial candidate reference material (iCRM) powder. The iCRM then was mixed properly with the grinded tea material to get final candidate standard reference material (fCRM) powder. Employing developed analytical method, the fCRM was subjected to homogenity test. The result indicated that the fCRM was consiedered to be homogeneous (one way ANOVA test, n = 8, at confidence level of 95%), having -endosulfan and bifentrin concentration of 380,32 (+97,43) ng/g and 522,74 (+129,26) ng/g dry weight basis (5,99 % water content), respectively. The present research results may contribute to level up the national quality of pesticide analysis in tea products
2012
T30273
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Srihayu Harsanti
Abstrak :
ABSTRAK
Endosulfan adalah salah satu senyawa POPs organoklorin pada era revolusi hijau yang disukai petani karena kemanjurannya. Namun saat ini masih ditemukan di lapang. Endosulfan bersifat persisten, bioakumulatif, dan sangat toksik terhadap makrobiota. Keberadaan endosulfan harus dipantau dan dilakukan upaya reduksinya agar tidak mencemari lingkungan, dan untuk keamanan pangan, serta memenuhi ketentuan Konvensi Stockholm. Sekitar 18,12 dari total tanah sawah di Kabupaten Jombang telah terkontaminasi endosulfan dengan kategori telah melebihi Batas Maksimum Residu BMR dan 22,5 di bawah BMR. Upaya remediasi harus dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya lokal di Kabupaten Jombang seperti limbah tongkol jagung dan pupuk kandang. Limbah tongkol jagung belum optimal dimanfaatkan. Biochar dari limbah tongkol jagung berpotensi untuk memperbaiki tanah sawah terkontaminasi endosulfan. Penelitian ini bertujuan 1 mengetahui kemampuan teknologi remediasi dengan limbah pertanian berbasis sumberdaya lokal dalam memperbaiki kualitas tanah sawah dan produk pertanian tercemar insektisida endosulfan, 2 mengkaji dampak teknologi remediasi dengan limbah pertanian berbasis sumberdaya lokal pada tanah sawah tercemar endosulfan dengan menggunakan perangkat valuasi ekonomi, sosial, dan lingkungan dan 3 membangun model statistik remediasi berkelanjutan dengan limbah pertanian berbasis sumberdaya lokal pada tanah sawah tercemar endosulfan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015-Mei 2016 dengan metode survey dan eksperimen di rumah kaca. Eksperimen di rumah kaca menggunakan rancangan percobaan acak lengkap dengan tujuh perlakuan kombinasi biochar dan kompos kotoran ternak yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan 1 Teknologi remediasi tanah sawah tercemar insektisida endosulfan dengan limbah pertanian dapat memperbaiki kualitas tanah dan produk pertanian padi . Kombinasi biochar tongkol jagung dan kompos kotoran sapi atau ayam 1:4 efektif sebagai bahan pembenah tanah untuk remediasi tanah sawah tercemar residu insektisida endosulfan dengan kemampuan mempercepat penurunan ?-endosulfan hingga lebih rendah dari konsentrasi BMR < 0,0085 ppm berkisar 66,5 - 70,9 dengan waktu remediasi selama 74 hari 21 hari lebih cepat daripada tanpa remediasi ; Kombinasi biochar tongkol jagung dengan pupuk kandang sapi atau ayam pada nisbah 1:4 dapat menurunkan residu metabolit endosulfan sulfat hingga di bawah BMR < 0,0085 ppm masing-masing sebesar 1,8 -67,3 pada MT I, dan 49,7 -67,7 pada MT II dan terjadi pada kondisi anaerob; Kombinasi biochar dan kompos kotoran ternak mampu meningkatkan kesuburan tanah antara lain pH, P tersedia, C organik tanah, N total, dan populasi bakteri dalam tanah; serta meningkatkan hasil padi 10-13 2 Teknologi remediasi dengan memanfaatkan biochar tongkol jagung yang dikombinasi dengan kompos kotoran ayam atau sapi dapat memberikan dampak positif pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga inovasi tersebut dapat diterima oleh petani; dan 3 Model statistik remediasi tanah sawah Inceptisol tercemar residu endosulfan dengan memanfaatkan limbah pertanian dapat dibangun dengan mempertimbangkan karakteristik tanah terutama kandungan C-organik tanah dan populasi bakteri total dalam tanah.Kata kunci: limbah tongkol jagung, kompos kotoran sapi, kompos kotoran ayam biochar, remediasi, endosulfan, keberlanjutan
ABSTRACT
Endosulfan is one of POPs organochlorine compounds on green revolution era that was mostly preferred by farmers because of its efficacy. However, it still found in the field. Endosulfan is persistent, bio accumulative, and most toxic on macrobiota. Its existence in soil must be monitored and its reduction must be controlled so that it do not contaminate the environment and food safety and comply Stockholm Convention. About 18.12 of total rice fields in Jombang districts has contaminated by endosulfan that has been over Maximum Residue Limits MRLs and 22,5 less of MRLs. Remediation should be done by using local sources such as corn cob waste and compost of cattle manure. In fact, the waste of corn cob has not used optimally yet. Biochar from corn cob waste has the potency to remediate rice fields contaminated endosulfan. The research objectives were 1 to determine ability of remediation technology using agricultural wastes based local resources in improving quality of paddy soil and agricultural products that polluted by endosulfan insecticide, 2 to study the impacts of remediation technology using agricultural wastes based local resources in rice fields contaminated by endosulfan through economic, social, and environment valuation instruments, and 3 to arrange statistical model of sustainable remediation using agricultural waste based local resources in rice field contaminated by endosulfan. The research was conducted from June 2015 till May 2016 using survey and screen house experiment methods. The screen house experiment was arranged using completely randomized design with seven treatment of combination of corn cob biochar and farmyard manure with three replicates. The research result showed that 1 remediation technology of rice fields contaminated by endosulfan using agricultural waste as a soil amendment could improve the quality of paddy soil and rice products. The combination of corn cob biochar and compost of cattle manure or chicken manure 1 4 could effectively remediate rice field contaminated by endosulfan insecticide till less than MRLs 0.0085 ppm as much as 66.5 ndash 70.9 . The time of remediation to reduce the residue up to less than MRLs was 74 days 21 days faster than without remediation . The combination of corn cob biochar and cattle manure or chicken manure with 1 4 ratio could decrease endosulfan sulfate metabolite less MRLs 0,0085 ppm 1.8 67.3 in 1st cropping season and 49.7 67.7 2nd cropping season , respectively, that a decrease is in anaerobe condition Soil amendment could increase soil fertility, i.e. pH, available P, soil organic C, total N, and bacteria population and increased 10 13 of rice yield 2 remediation technology using corn cob biochar combined manure from either cattle or chicken could impact positively on aspects of economy, social, and environment so that innovation could be acceptable by farmers and 3 statistical model of remediation of Inceptisol rice field that contaminated by endosulfan using agricultural waste could be built with considering soil characteristic especially organic C and soil bacteria total factors. Its usage was suitable with level of endosulfan contamination and has some similarities ecological characteristics.Keywords corn cob waste, cattle manure compost, chicken manure compost, biochar, remediation, endosulfan, sustainability.
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
An analysis of pesticide contamination in farm sites was conducted to investigate the impacts of organochlorine contamination in environmental matrices leading to pesticide residue in animal products and to identifya biocumulator of freshwater (mujair) fish (Sarotherodon mossambica).....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library