Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syazka Kirani Narindra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 4 sesi dan dalam tiga sesi dengan 38 partisipan tersebut diminta untuk menuliskan surat terimakasih kepada individu yang dianggap penting. Surat terimakasih dituliskan secara ekspresif, reflektif, orientasi positif dan tidak basa-basi. Partisipan kemudian ditanyakan apakah mau untuk mengirim surat atau tidak dan kepada siapa surat tersebut dikirim. Subjective well being terdiri atas simptom depresi, rasa syukur, kebahagiaan dan kepuasan hidup. Gratitude Questionnaire 6 untuk mengukur rasa syukur, Beck Depression Inventory untuk mengukur simptom depresi, Subjective Happiness Scale untuk mengukur kebahagiaan dan Satisfaction With Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup. Berdasarkan hasil pengukuran repeated measured ANOVA diketahui bahwa skor simptom depresi memiliki hubungan dengan surat terimakasih (F=6.12, p<0.001) namun tidak signifikan pada kebahagiaan, rasa syukur dan kepuasan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Ditemukan terdapat hubungan surat terimakasih dan simptom depresi pada emerging adult. ......This research purposed to examine the description of relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. This research conducted in 4 sessions, during the first three session with the 38 participants, the participants were asked to write down a thank you letter to those who is matters to them. The letter should be written in an expressive, reflective, positive oriented and non-trivial. Participant then asked if they want to send the letter or not and were asked to whom the letter was sent. Subjective well being consists of depressive symptoms, gratitude, happiness and life satisfaction. Gratitude Questionnaire 6 to measure gratitude, Beck Depression Inventory to measure depressive symptoms, Subjective Happiness Scale to measure happiness and Satisfaction With Life Scale to measure life satisfaction. The results showed that there are a significant relationship between depressive symptoms and thank you letter (F= 6.12, p<0.001) but there are no significant relationship between happiness, gratitude and life satisfaction with thank you letter. This shows that there are no relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. There are relationship between thank you letter and depressive symptoms on emerging adult.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Novianti
Abstrak :
Self-compassion merupakan salah satu cara adaptif untuk bersikap terhadap diri sendiri ketika sedang berada pada kondisi krisis terutama krisis pada masa dewasa awal atau emerging adult yang disebut quarter-life crisis (QLC). Periode emerging adult atau dewasa awal merupakan masa paling rentan untuk mengalami krisis yang tinggi disebabkan karakteristik- karakteristik dari mereka yang masih merasa belum menjadi dewasa sepenuhnya sehingga membutuhkan proses yang penuh lika-liku untuk memenuhi tugas perkembangan. Proses tersebut seringkali menyebabkan adanya perasaan negatif terhadap diri, putus asa, hingga kewalahan akan tujuan hidup sehingga akhirnya terjadi quarter-life crisis. Dengan itu, self-compassion dapat berperan sebagai penyangga terhadap emosi negatif, adanya penerimaan diri serta membuat seseorang lebih mungkin untuk mengambil tanggung jawab dalam situasi sulit tersebut (Leary dkk., 2007; Neff, 2007a). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-compassion terhadap quarter-life crisis pada usia dewasa awal yang berusia 18-29 tahun di Indonesia (N =109) menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion memiliki peran yang signifikan terhadap quarter-life crisis (R2 = 0,468, F (1, 107) = 93,96, p < 0,001). Nilai R² sebesar 0,468 berarti bahwa variabel self-compassion berperan sebesar 46,8% dari quarter-life crisis dengan arah peran self-compassion terhadap quarter-life crisis adalah negatif, artinya semakin tinggi tingkat self-compassion, maka semakin rendah tingkat quarter-life crisis (β = - 0,684, p < 0,001). ......Self-compassion is an adaptive response when people are in a crisis, particularly an adult identity crisis known as a quarter-life crisis (QLC). Emerging adulthood is the most vulnerable period for a high risk of experiencing such crisis due to the characteristics of those who still experiencing a difficult transition from late adolescence to adulthood, and do not feel fully grown yet, so they require a process full of ups and downs to accomplish developmental tasks. This process often causes negative feelings towards oneself and hopelessness, to the point of being overwhelmed with future life goals, which leads to a quarter-life crisis. With that, self-compassion can act as a buffer against negative emotions, and self-acceptance also makes it more likely to take responsibility in these difficult situations. The purpose of this study is to investigate the role of self-compassion on quarter-life crisis tendencies in emerging adulthood (aged 18-29 years) in Indonesia (N = 109) using a simple linear regression analysis technique. The findings suggest that self-compassion played a significant role in emerging adulthood quarter-life crisis (R2 = .468, F (1, 107) = 93.96, p < .001). The R² value of 0.468 indicates that the self-compassion variable explains 46.8% of quarter-life crisis, with the negative direction of the role of self-compassion toward quarter-life crisis. That is, the higher the level of self-compassion, the lower the level of a quarter-life crisis (β = -0.684, p <0.001).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Latifa Chusna
Abstrak :
Penelitian ini melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan komitmen emerging adult dalam hubungan berpacaran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan komitmen emerging adult yang berpacaran. Sampel penelitian ini melibatkan 254 emerging adult yang berusia 18-25 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran, dan memiliki figur ayah. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan Father Involvement Scale FIS dan Nurturant Fathering Scale NFS oleh Finley dan Schwartz 2004. Pengukuran komitmen dilakukan dengan menggunakan Commitment Inventory CI oleh Arriaga dan Agnew 2001 yang diadaptasi oleh Wardani 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner luring dan daring kepada sampel penelitian berdasarkan ketersediaan mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil analisis menggunakan teknik korelasi Pearson menunjukkan bahwa keterlibatan ayah memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komitmen emerging adult yang sedang berpacaran r= 0.13, p ...... This study examined the correlation between father involvement and emerging adults rsquo commitment in dating relationship. The suggested hypothesis is that there is a significant positive relationship between father involvement and commitment among dating emerging adults. The research sample involved 254 emerging adults aged between 18 25, who is in a dating relationship at the moment and have a father figure. Father involvement is measured with Father Involvement Scale FIS and Nurturant Fathering Scale by Finley and Schwartz 2004. Commitment is measured with Commitment Inventory CI by Arriaga and Agnew 2001 and adapted by Wardani 2015. The data is collected using online and offline questionnaires distributed to the research sample based on their availability to participate in this research. The Pearson correlation analysis shows a significant positive relationship between father involvement and commitment among dating emerging adult r 0.13, p
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Kusumadewi
Abstrak :
Mahasiswa merupakan populasi yang rentan terhadap distres psikologis dikarenakan berbagai macam kesibukan dan karateristik yang ia miliki. Saat ini mayoritas mahasiswa merupakan emerging adult yang sedang bereksplorasi dengan dirinya dan terbuka lebar berbagai peluang untuknya. Dengan hal tersebut berbagai aspek kehidupannya pun menjadi hal yang diperluas terus menerus. Religiusitas merupakan satu dari berbagai macam hal yang menjadi bagian eksplorasi emerging adult. Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa mahasiswa cenderung memiliki keikutsertaan pada kegiatan agama yang cukup rendah dan memiliki distres yang tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah ada kaitan antara religiusitas dengan tingkat distres psikologis pada mahasiswa. HSCL-25 dan CRS-15 digunakan untuk mengukur distres psikologis dan religiuitas pada 1959 respponden. Hasilnya menunjukan dari lima dimensi religiusitas, 2 diantaranya berkorelasi secara positif yakni dimensi intelektual r= 0.056, n=1959, p>0.05 dan praktik keagamaan pribadi r= 0.074, n=1959, p ......College students are prone to psychological distress due to their own characteristics. Today lsquo s college students are emerging adult that most likely doing things to explore many aspects in their life. Religiosity is one of many aspects from emerging adult rsquo s life that is being explored while they are still in college. In previous study, college students are low when it comes to religious practice. In another study, they found that college students have a high psychological distress. In this study, the main objective is to find if there is any significant relationship between religiosity and psychological distress. HSCL 25 and CRS 15 is used to measure psychological distress and religiosity in 1959 college students. The finding is that 4 from 5 dimension of religiosity have a significant relationship with psychological distress.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Yunita Andriana
Abstrak :
Konflik adalah hal yang pasti terjadi dalam hubungan interpersonal, termasuk dalam pernikahan. Anak kemungkinan besar menjadi saksi konflik antara kedua orangtuanya. Beberapa studi menemukan bahwa konflik antara ayah dan ibu yang dilihat oleh anak dapat memengaruhi hubungan anak itu sendiri, termasuk hubungan romantisnya. Pengaruh tersebut dapat berakibat pada kesejahteraan individu di usia emerging adult. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi anak terhadap konflik antara ayah dan ibunya dengan kualitas hubungan romantis yang dijalaninya. Persepsi terhadap konflik antara ayah dan ibu diukur dengan Children rsquo;s Perception of Interparental Conflict Scale CPIC Scale, ? = 0.94, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan Partner Behavior in Social Context PBSC, ? = 0.92. 316 emerging adult yang sedang menjalin hubungan romantis mengikuti penelitian ini. Analisis Spearman rsquo;s rho menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara persepsi terhadap konflik antara ayah dan ibu dengan kualitas hubungan romantis ? = -0,19, p < 0,01 ...... Conflict is an inevitable event that would happen in any interpersonal relationship, including marriage. If the spouse had a child, there's high chance that the child will see their conflict. Numerous studies have found that child's observation of the conflict between his her parents could influence the child's own personal relationship, including his her romantic relationship. It could also influence the child's well being as an emerging adult. The purpose of this study is to find correlation between the child's perception of interparental conflict and the quality of his her romantic relationship. Perception of interparental conflict is measured with Children's Perception of Interparental Conflict Scale CPIC Scale, 0.94 and romantic relationship quality is measured with Partner Behavior in Social Context PBSC, 0.92. 316 emerging adults who commit in romantic relationship participated in this study. Spearman's rho analysis showed that there is a negative significant correlation between perception of interparental conflict and romantic relationship quality 0.19, p 0.01 .
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daeng Azizah Rahmatia
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai hubungan trait kepribadian dengan motivasi kerelawanan yang dimiliki oleh para relawan yang berada pada rentang usia tahap perkembangan emerging adulthood di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Volunteer Functions Inventory VFI untuk mengukur motivasi kerelawanan dan Big Five Inventory 2 Extra Short Form untuk mengukur trait kepribadian. Dimensi motivasi kerelawanan yang diukur yaitu dimensi protective, values, career, social, understanding, dan enhancement. Trait kepribadian yang dikur mencakup extraversion, agreeableness, conscientiousness, negative emotionality, dan open-mindedness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trait kepribadian extraversion memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values, social, understanding, dan enhancement. Trait kepribadian agreeableness dan conscientiousness memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values, social, dan understanding. Trait kepribadian negative emotionality memiliki hubungan positif yang signifikan dengan dimensi motivasi protective, namun memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi motivasi social dan understanding. Trait kepribadian open-mindedness memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values dan understanding, serta memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi motivasi enhancement. ...... This research discusses about the correlation between personality traits and volunteer motivation among volunteers who are in emerging adulthood developmental stage in Indonesia. This is a quantitative research. Volunteer Functions Inventory VFI was used to measure volunteer motivation and Big Five Inventory 2 Extra Short Form was used to measure personality traits. There are six dimensions of volunteer motivation that are measured by VFI which are protective, values, career, social, understanding, and enhancement dimensions. Personality traits that are measured were extraversion, agreeableness, conscientiousness, negative emotionality, and open mindedness. The results show that there were significant positive correlations between trait extraversion and values, social, understanding, and enhancement dimensions of volunteer motivation. Both traits agreeableness and conscientiousness significantly correlate positively with values, social, and understanding dimensions of volunteer motivation. Trait negative emotionality significantly correlate positively with protective dimension of motivation, but significantly correlate negatively with social and understanding dimensions of volunteer motivation. There were significant positive correlation between trait open mindedness and values and understanding dimensions of volunteer motivation. There was also significant negative correlation between trait open mindedness and enhancement dimension of volunteer motivation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Farahmia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan intimasi pada emerging adult yang sedang menjalani hubungan romantis. Sejumlah 441 emerging adult yang sedang terlibat dalam hubungan romantis seperti berpacaran menjadi partisipan dalam penelitian ini. Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan desain korelasional. Keterlibatan ayah diukur menggunakan Reported Father Involvement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku dan Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif Finley dan Schwartz. 2004. Sementara itu, intimasi diukur mengggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS yang dikembangkan oleh Miller dan Lefcourt 1982. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara keterlibatan ayah, baik pada domain perilaku r=0,35, n=441, p>.01, two-tail maupun afektif r=0,13,n=441, p>.01, two-tail, dengan intimasi pada emerging adult yang menjalani hubungan romantis. ...... The aim of this study is to examine the relationship between father involvement and intimacy among emerging adult involves in romantic relationship. Total of 441 emerging adults involve in romantic relationship such as dating relationship became participant in this study. This study is a quantitative non experimental research with corellational design. Reported Father Involvement Scale used to measure behavioral domain of father involvement and Nurturant Fathering Scale used to measure affective domain of father involvement Finley dan Schwartz. 2004 . Meanwhile, Miller Social Intimacy Scale MSIS developed by Miller and Lefcourt 1982 used to measure intimacy. Result showed that there is no significant relationship between father involvement, both in behavioral domain r 0,35, n 441, p .01, two tail and affective domain r 0,13,n 441, p .01, two tail, with intimacy among emerging adult involves in romantic relationship.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sausan Asyfina
Abstrak :
Emerging adults lebih rentan mengalami stres, terlebih jika tinggal di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gratitude dan jenis kelamin dengan distres psikologis pada emerging adults miskin di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini merupakan 227 masyarakat miskin emerging adults di Jakarta usia 18-29 tahun yang terdiri dari 147 perempuan (64,8%) dan 80 orang laki-laki (35,2%). Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist–25 (HSCL-25) dan gratitude diukur menggunakan Gratitude questionnaire–6 (GQ-6). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara distres psikologis dan gratitude pada emerging adults miskin di Jakarta (r(227) = -0,053, p = 0,211). Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan distres psikologis pada emerging adults miskin di Jakarta (r(227) = 0,084, t = 1,26)......Emerging adults are more risky to obtain stress, especially if they live in cities. This research aimed to investigate gratitude and gender in relation to psychological distress among poor emerging adult in Jakarta. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 227 poor emerging adults in DKI Jakarta aged 18-29 years old which consisted of 147 female (64,8%) and 80 male (35,2%). Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist–25 (HSCL-25) and gratitude was measured using Gratitude Questionnaire–6 (GQ-6). The result of this research showed that there was not significant correlation between gratitude and psychological distress among poor emerging adults in Jakarta (r(227) = -0,053, p = 0,211). The other result of this research showed that there was not significant correlation between gender and psychological distress among poor emerging adults in Jakarta (r(227) = 0,084, t = 1,26).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syannia Tasha Indra Putri
Abstrak :
Hubungan romantis seperti berpacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang dikembangkan oleh umat manusia. Setiap pasangan yang sedang menjalani hubungan berpacaran pasti ingin memiliki hubungan yang memuaskan di mana hubungan tersebut membutuhkan upaya yang berkelanjutan.Terkadang individu menerima secara cuma-cuma upaya yang dilakukan pasangan karena dianggap sebagai bare minimum dan individu tidak mengapresiasi upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan berpacaran. Penelitian ini menggunakan Appreciation in Relationship (AIR) Scale untuk mengukur apresiasi dan Couple Satisfaction Index (CSI[16]) untuk mengukur kepuasan hubungan. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, pada usia emerging adult yang sedang menjalani hubungan berpacaran, perasaan diapresiasi pasangan dapat berguna untuk meningkatkan hubungan yang memuaskan. ......Romantic relationships such as dating is a form of relationship developed by mankind. Every couple who is in a dating relationship wants to have relationship satisfaction where it requires continuous effort. Sometimes individuals accept the efforts made by their partner for granted because they are considered a bare minimum and individuals do not appreciate these efforts. This study aims to examine the relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction. In this study, Appreciation in Relationship (AIR) Scale used to measure appreciation and Couple Satisfaction Index (CSI[16]) used to measure relationship satisfaction. Spearman correlation technique’s result showed a positive and significant relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Therefore, this study found that the feeling of being appreciated by a partner can bep useful to increase satisfaction in dating relationship among emerging adults.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Salsabilla
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah memahami bagaimana peran spiritualitas dalam memprediksi gejala depresi pada emerging adult. Penelitian ini menduga bahwa spiritualitas merupakan prediktor depresi, semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah gejala depresi. Untuk membuktikan dugaan, penulis melibatkan 129 partisipan dengan rentang umur 18-25 tahun dalam penelitian cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini mengerjakan dua alat ukur (spiritualitas dan depresi). Spiritualitas diukur menggunakan Spiritual and Activity Involvement List (SAIL), sedangkan gejala depresi diukur menggunakan Beck’s Depression Inventory (BDI-II). Adapun analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana untuk menguji hipotesis. Hasilnya, spiritualitas terbukti memprediksi gejala depresi secara negatif (B = -0.17, p < .05). Dari hasil penelitian ini, terdapat sumbangan temuan untuk teori dan solusi praktis untuk emerging adult dalam meraih kesehatan mental yang lebih baik. ......This research aims to understand the role of spirituality in predicting the symptoms of depression in emerging adults. This study hypothesized that spirituality is the predictor of depression; the higher the spirituality, the lower the symptoms of depression. To test the hypotheses, the author studied 129 participants aged 18-25 in this cross-sectional study. The participant in this study did two measurements (Spirituality and Depression). The Spiritual and Activity Involvement List (SAIL) was used to measure Spirituality, while the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) was used to measure the symptoms of depression. As for the analysis, the author used Simple Linear Regression to test that hypothesis. The result showed that spirituality is proven to predict the symptoms of depression negatively (B = -0.17, p<.05). From this result, we can find a contribution of theoretical findings and practical solutions for emerging adults in achieving better mental health.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>