Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Methemy, Norma Melligan
Philadelphia: Lippincott , 1987
616.39 MET f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Metheny, Norma Milligan
Philadelphia: J.B. Lippincott , 1992
616.39 MET f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lobo, V.M.M.
Amsterdam: Elsevier, 1989
R 541.372 LOB h I
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Lobo, V.M.M.
Amsterdam: Elsevier, 1989
R 541.372 LOB h II
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Resibois, Pierre M.V.
New York: Harper & Row, 1968
541.372 RES e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paradiso, Catherine
Philadelphia: Lippincott , 1995
616.3 PAR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Horne, Mima M.
St. Louis: Mosby Elsevier, 1989
616.399 2 HOR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hari Anggraini
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Gangguan elektrolit merupakan salah satu efek samping yang spaling sering ditemukan pada pasien tuberkulosis multidrug-resistant TB MDR yang mendapatkan obat anti tuberkulosis OAT mengandung obat suntik lini kedua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi gangguan elektrolit pada pasien yang mendapatkan OAT suntik lini kedua serta faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan tersebut.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, retrospektif, berbasis rekam medis pada pasien TB MDR di RSUP Persahabatan selama pengobatan fase intensif dari Juli 2015-Juni 2016 dan mendapatkan OAT dengan regimen kanamisin ataukapreomisin, pirazinamid, etambutol, levofloksacin,sikloserin dan etionamid. Hasil: Sebanyak 121 pasien ikut pada penelitian ini. Gangguan elektrolit didapatkan pada 114 pasien 94,2. Rerata waktu terjadinya gangguan elektrolit setelah pengobatan adalah 2,0 bulan. Hipokalemia merupakan jenis gangguan elektrolit yang paling banyak ditemukan 57,9. Hipokalemia berhubungan dengan jenis kelamin dan jenis OAT suntik yang digunakan. Insidens hipokalemia lebih banyak ditemukan pada pasien perempuan 72 dibandingkan dengan laki-laki 47,9 dengan OR 2,8 KI 95 : 1,3-6,1 dan pada pasien yang mendapatkan kapreomisin 68,5 dibandingkan yang mendapatkan kanamisin 49,2 dengan OR 2,2 KI 95 : 1,1-4,7 . Hasil ini bermakna secara statistik. Faktor usia, status gizi, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal dan infeksi HIV tidak berhubungan dengan hipokalemia pada penelitian ini. Kesimpulan: Hipokalemia merupakan gangguan elektrolit yang paling sering terjadi pada pasien TB MDR yang mendapatkan OAT MDR mengandung obat suntik lini kedua. Jenis kelamin perempuan dan kapreomisin merupakan faktor risiko terjadinya hipokalemia namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor risiko lainnya yang dapat mempengaruhi kejadian hipokalemia pada pasin TB MDR.
ABSTRACT<>br> Background: Electrolyte imbalance is one of the adverse reactions mostly found in patients with multidrugs resistant tuberculosis MDR TB who treated by injectable agent. The aim of this study is to know the proportion of electrolyte imbalance in MDR TB patients receiving second line injection of antituberculosis drugs and the contributing factors. Methods: This study is a cross sectional, retrospective, medical record based study among MDR TB patients in Persahabatan Hospital during intensive phase from July 2015 to June 2016 who received intensive phase treatment consist of kanamycin or capreomycin, pirazinamid, ethambutol, levofloxacin, cycloserine and ethionamide.Results One hundred and twenty one patients were included in this study. The proportion of electrolyte imbalance was found in 114 patients 94.2. The mean duration of therapy at the time incidence of electrolyte imbalance was 2.0 months. Hypokalemia 57,9 were the most electrolyte imbalance frequently found. Hypokalemia was associated with gender and type of antituberculosis injection drugs. The incidence of hypokalemia significantly high among female 72.0 patients than male 47.9 with OR 2.8 CI 95 1.3 6.1 and also in patients receiving capreomysin 68.5 than kanamycin 49.2 with OR 2.2 CI 95 1.1 4.7. Age, nutrition status, diabetes melitus, renal disfunction and HIV have no association with hypokalemiain our study. Conclusion: Hypokalemia was the most frequent electrolyte imbalance found among patient receiving MDR antituberculosis regimen. Female gender and capreomycin injection using were associated with the incidence of hypokalemia. However, more clinical researchs are needed to identify other risk factors contributing of hypokalemia state in MDR TB patients.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kokko, Juha P.
Philadelphia: W.B. Saunders , 1996
616.399 2 KOK f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ramacil Afsan Awang Notoprawiro
Abstrak :
Kompleksitas operasi transplantasi hati dapat mengakibatkan terjadinya gangguan elektrolit utama tubuh seperti natrium, kalium dan klorida. Ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan buruknya prognosis pasien pasca-operasi karena berkaitan dengan kejadian morbiditas seperti gangguan hemodinamik, gangguan neurologis (ensefalopati, kejang, central pontine myelinolysis), dan bahkan kematian. Belum adanya penelitian yang menggambarkan prevalens dan penilaian faktor risiko gangguan elektrolit pada populasi pediatri di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat prevalens dan menilai faktor risiko terjadinya gangguan elektrolit pada pasien anak pascatransplantasi hati di pusat transplantasi hati Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Indonesia. Studi kohort retrospektif yang dilakukan di pusat transplantasi hati RSCM Jakarta, Indonesia dan melibatkan seluruh pasien anak yang menjalani transplantasi hati pada periode Desember 2010 sampai Desember 2023. Penilaian bivariat dan multivariat dilakukan untuk menilai faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan elektolit pascatransplantasi hati. Sebanyak 78 subyek memenuhi kriteria inklusi dengan 79,5% diantaranya mengalami gangguan elektrolit. Indikasi operasi transplantasi  hati terbanyak adalah atresia bilier  (79,5%). Faktor risiko yang berpengaruh terhadap gangguan elektrolit pada pasien anak pasca operasi transplantasi hati adalah durasi operasi lebih dari 12 jam (RR 1,46 IK 95% 1,21-1,54) dan kreatinin serum (RR 0,64 IK 95% 0,27-0,98) dengan nilai p<0,05. Sebagian besar pasien anak yang menjalani operasi transplantasi hari mengalami gangguan elektrolit. Durasi operasi lebih dari 12 jam dan peningkatan nilai kreatinin serum berhubungan dengan kejadian gangguan elektrolit. ......The complexity of liver transplantation surgery can lead to major electrolyte disturbances such as sodium, potassium, and chloride. Electrolyte disturbances can result in poor postoperative patient prognosis due to the association with morbidity events such as hemodynamic disorders, neurological disorders (encephalopathy, seizures, central pontine myelinolysis), and even death. There are no studies that describe the prevalence and risk factors of electrolyte disturbances in the pediatric population in Indonesia.This study was conducted to observe the prevalence and assess the risk factors for electrolyte disturbances in pediatric patients after liver transplantation at the Cipto Mangunkusumo Hospital Liver Transplant Center, Jakarta, Indonesia. Retrospective cohort study conducted at a liver transplant center in Jakarta, Indonesia, involving all pediatric patients who underwent liver transplantation from December 2010 to December 2023. Bivariate and multivariate assessments were performed to evaluate the risk factors associated with post-liver transplantation electrolyte disturbances. A total of 78 subjects met the inclusion criteria, with 79.5% experiencing electrolyte disturbances. The most common indication for liver transplantation surgery was biliary atresia (79.5%). The risk factors affecting electrolyte disturbances in pediatric patients after liver transplantation surgery were operation duration more than 12 hours (RR 1.46, 95% CI 1.21-1.54) and serum creatinine (RR 0.64, 95% CI 0.27-0.98) with a p-value <0.05. Most pediatric patients undergoing liver transplantation experience electrolyte disturbances. An operation duration of more than 12 hours and an increase in serum creatinine levels are associated with the occurrence of electrolyte disturbance.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf;SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>