Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fuad Hassan
Jakarta: Pustaka Jaya, 2005
142.78 FUA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sartre, Jean-Paul, 1905-1980
New York: philosophical Library, 1947
142.78 SAR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
V.B. Saka. author
Abstrak :
Alam pikiran Van Kaam mengenai konseling berkisar sekitar intersubyektivitas dan kebebasan manusia. Untuk dapat memahaminya perlu diketahui latar belakang filsafatnya yakni eksistensialisme yang menggunakan metode fenomenologi. Latar belakang termasud diuraikan dalam BAB I dan BAB II. pokok-pokok pikiran Van Kaam dikemukakan dalam Bagian Kedua yang diperinci di dalam BAB II, BAB IV, BAB V dan BAB VI. BAB III memasalahkan Pertemuan manusiawi sebagai wadah dan gejala Konseling dan psikoterapi. Di sini dikemukakan pertemuan manusiawi, pertemuan terapeutik yang autentuk, jawaban terpeutik terhadap seruan konseli, jawaban konseli terhadap konselor...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S16044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartre, Jean-Paul, 1905-1980
Jakarta: Pustaka Jaya, 1979
842.91 SAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sartre, Jean-Paul
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002
142.78 SAR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rohman
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai kebebasan eksistensial manusia dalam teks Suluk Kasampurnan Jati yang merupakan kumpulan teks dalam Serat Suluk Warna-Warni. Teks tersebut dialihaksarakan dan diterjemahkan oleh Mohamad Wahyu Hidayat pada tahun 2020. Suluk Kasampurnan Jati memuat ajaran penyatuan dengan Tuhan melalui pemahaman manusia menggunakan rasa. Rasa atau dalam teks ini disebut sebagai “rahsa” merupakan kata kunci bagi manusia untuk dapat merasakan kebersatuan dengan Tuhan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan konsep eksistensialisme Kierkegaard (1813-1855). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutika Paul Ricouer yang lebih mengutamakan keintensionalitasan teks. Kasampurnan Jati berisi tahap eksistensi religius manusia dengan mengutamakan rasa sebagai keotentikan subjektif manusia untuk memahami kebersatuan dengan Tuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam teks Suluk Kasampurnan Jati berisi tahap eksistensi religius manusia mengutamakan rasa sebagai keotentikan subjektif manusia untuk memahami kebersatuan dengan Tuhan. Ajaran Suluk Kasampurnan Jati dapat digunakan sebagai suatu pengendalian diri dari berbagai macam tren dan informasi di era modern. ......This research discusses human existential freedom in the text of Suluk Kasampurnan Jati, which is a collection of texts in Serat Suluk Warna-Warni. The text was transliterated and translated by Mohamad Wahyu Hidayat in 2020. Suluk Kasampurnan Jati contains the teaching of unification with God through human understanding using rasa. Rasa or in this text referred to as "rahsa" is the key word for humans to be able to feel unity with God. This research uses a qualitative descriptive method with the concept of existentialism of Kierkegaard (1813-1855). The approach used in this research is Paul Ricouer's hermeneutics which prioritizes the intensionality of the text. Kasampurnan Jati contains the stage of human religious existence by prioritizing taste as human subjective authenticity to understand unity with God. The results of this study show that the text of Suluk Kasampurnan Jati contains the stage of human religious existence by prioritizing taste as human subjective authenticity to understand unity with God. The teachings of Suluk Kasampurnan Jati can be used as a self-control from various trends and information in the modern era.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Husain Heriyanto
Abstrak :
Problem persepsi merupakan salah satu isu terpelik filsafat yang terus aktual hingga saat ini karena berkaitan dengan masalah-masalah mendasar bagaimana proses berpikir, cara mengenal dan memahami realitas, dan bahkan cara berada. Ia menjadi isu epistemologis sekaligus ontologis. Persoalannya adalah pendekatan yang dipakai selama ini cenderung parsial dan terkotak-kotak mengikuti demarkasi ketat epistemologi dan ontologi padahal problem ini menuntut pemecahan yang terintegrasi dan fokus pada akar masalah. Persoalan yang timbul tidak hanya bersifat teoritis yang efeknya menjadi kurang tajam dalam pemecahan sebuah akar masalah filosofis tetapi juga berimplikasi pada modus pengenalan realitas yang tidak konstruktif dan kreatif, bahkan destruktif. Salah satu implikasi konkrit adalah munculnya krisis ekologis sebagai efek dari modus persepsi yang timpang yang hanya menekankan dimensi esensial dan kuantitatif alam raya dengan mengabaikan relasi eksistensial yang lebih primer dan asli antara manusia dan alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengajukan sebuah mazhab filsafat baru dalam memahami realitas termasuk alam semesta, yaitu Realisme Eksistensial Ekologis, dengan berdasarkan teori persepsi Mullā Shadrā. Filsafat Shadrā yang memadukan epistemologi dan ontologi dengan karakter realis, eksistensialis, dan non-antroposentris merupakan kandidat pemikiran yang menjanjikan untuk menyumbang pemecahan masalah mengenai problem persepsi. Melalui sistem onto-epistemologi bahwa pengetahuan adalah modus eksistensi (al-?ilm naẖw min alwujūd), Shadrā berhasil membedah isu-isu mendasar tentang persepsi (al-idrāk) secara menyeluruh, utuh, dan berimbang. Eksistensialisme Shadrā dapat mengakomodasi relasi alamiah yang berkarakter eksistensial dan sekaligus relasi sekunder yang berkarakter esensial antar maujud, antara subyek persepsi (almudrik) dan obyek persepsi (al-mudrak), termasuk antara manusia dan alam. Persepsi menjadi sebuah perjumpaan (al-liqā) onto-epistemologis dengan segala sesuatu menuju unifikasi melalui proses dua-arah secara simultan, yaitu obyektivasi subyek dan subyektivasi obyek melewati level-level persepsi (indrawi, imajinasi, inteleksi) yang tidak lain adalah fakultasfakultas jiwa sebagai agen tunggal persepsi. Setelah melalui analisis konseptual, sintesis kreatif, dan pendekatan fenomenologi, diperoleh bahwa teori persepsi Shadrā dapat menjadi kerangka onto-epistemologis dalam membangun pandangan Realisme Eksistensial Ekologis. Potensi ontologis filsafat Shadrā juga teruji ketika dibenturkan dengan model-model pemikiran yang berbeda dan pendekatan filosofis kontemporer. Melalui telaah fenomenologi persepsi, kapasitas sistem onto-epistemologi Shadrā dapat lebih terungkap dalam nomenklatur filsafat modern ketika dibandingkan dengan Husserl, Merleau-Ponty, dan Whitehead. Sebaliknya, juga demikian. Berdasarkan hasil penyelidikan melalui penyejajaran pemikiran Shadrā dengan filsuf-filsuf modern tersebut, peneliti mendapatkan wawasan baru yang lebih kaya dan mendalam ketika membaca fenomenologi Husserl. Dengan kata lain, melalui studi persepsi ini proses perjumpaan antara tradisi filsafat Islam dan filsafat modern telah dimulai untuk saling memperkaya pemahaman dan penghayatan terhadap realitas. ...... The problem of perception is one of the most complicated philosophical issues existing until today given the fact that it deals with the fundamental questions on a way of thinking, a kind of prehension and understanding reality, and even a way of existence. It is inseparably epistemological and ontological issues. The problem, however, is that the mainstream approach has been taken mainly is a segmented one in a rigid demarcation between epistemology and ontology meanwhile the issue really requires an integrated way of clarification. As a result, the issue remains unresolved and unclear dealing with efforts of resolving philosphical problem. In addition, this segemented approach has caused the difficulties of grasping reality, and the worse it brought forth destruction in practice such as ecological crisis. What so called ecological crisis is essentially a crisis of mind, crisis of perception. Mainstream way of understanding toward nature is dominated by quidditave, essential dan quantitative approach with abandoning primordial and existential relation between man and nature. This research is aimed to put forward a new philosophical school of thought in grasping reality, i.e., Ecological Existential Realism, on the basis of Mulla Sadrā‟s theory of perception. Sadrā‟s philosophy integrating ontology and epistemology with realist, existentialist, and nonanthropocentric principles is a promising thought candidate to be engaged in the problem of perception for providing with clarification. By the onto-epistemological system that knowledge is a form of existence (al-?ilm naẖw min al-wujūd), Sadrā is able to delineate the core and fundamental problems of perception in a comprehensive, integrated, and balanced way. Sadrā‟s existentialism is capable of accommodating both primoradial-existential relation and secondary-essential relation among existents, between subject of perception (al-mudrik) and object of percetion (al-mudrak) including between man and nature. For Sadrā, perception is an onto-epistemological encounter (al-liqā) with things towards an existential unification through simultaneous two-direction process, i.e., objectivation of subjet and subjectivation of object, by means of levels of perception (sensation, imagination, intellection), which are but the faculties of the soul as sole agent of perception. On the basis of conceptual analysis, creative synthesis, and phenomenological approach, this research comes to draw a conclusion that Sadra‟s theory of perception is capable of providing with onto-epistemological framework for arranging the school of thought ?Ecological Existential Realism?. The ontological potentials of Sadrā‟s philosophy has been examined by encountering it with different types of philosophy and contemporary approaches. By means of studying phenomenology of perception, the capacity of Sadrā‟s onto-epistemology system can be more elaborately accounted for modern philosophy nomenclature once it is compared with Husserl, Merleau-Ponty, and Whitehead. Likewise, in reference to the study and research outcomes on Sadrā‟s thought in comparion with those modern philosophers, the researcher find a new and richer insight and understanding on Husserl‟s phenomenology. In other words, by means of this research, the encountering process between Islamic philosophy tradition and modern philosophy has began to enrich and deepen our grasping and understanding reality.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1442
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fathia Rahma Fauzia
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang kebebasan bertindak tokoh Oreste dalam drama Les .douches karya Jean-Paul Sartre. Sartre terkenal akan pemikirannya mengenai eksistensi manusia yang mendahului esensinya. Penelitian ini melihat pemikiran Sartre mengenai eksistensi, esensi, dan kebebasan manusia yang disampaikan mclalui tindakan-tindakan para tokoh. 1 lasil penelitian menunjukkan bahwa Sartre menggunakan tokoh-tokoh dalam drama ini untuk menyampaikan heberapa pemikirannya. Melalui tokoh Oreste, Sartre menyampaikan pemikirannya mengenai eire pour-soi, kebebasan, pilihan. dan tanggung jaw ah manusia. Oreste adalah manusia yang menyadari bahwa dirinya memiliki kebebasan dalam bertindak dan membangun sendiri esensinya. ...... This thesis discusses the freedom of Oreste, the main character of Les ILlouches a drama written by Jean-Paul Sartre. Sartre is famous for his thoughts about human existence that precedes his essence. This study observes Sartre's thinking thought on the existence, essence, and the freedom of man by the actions of the characters. The results showed that Sartre uses the characters in this drama to convey his thoughts. Through the character of Oreste, Sartre conveys his thoughts on being_for-itself. freedom, choice and human responsibility. Oreste is a man who realizes that he has the freedom to act and builds his own essence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14370
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Salsalina
Abstrak :
ABSTRAK
Peradaban modern di satu sisi menjadikan manusia berkembang dalam parameter progresif, namun di sisi lain efek negatif kedisiplinan menyembunyikan kekerasan. Hal ini menimbulkan permasalahan eksistensialisme. Skripsi ini membahas studi kasus Dave Pelzer dianalisis secara filosofis dengan pemikiran Emmanuel Levinas. Tidak hanya sebatas pada eksistensialisme, Levinas melampaui egosentris eksistensialisme dalam humanisme dengan eksistensialisme etis dalam humanitarianisme. Ini adalah pembuktian bahwa kedalaman eksistensialisme tidak hanya sekedar berhenti pada Ada melainkan melampaui dirinya menuju substitusi, yaitu kehadiran Yang Lain dalam keberagamannya (pluralitas). Ide atas totalitas (kepenuhan Ada) didobrak oleh ide atas infinitas (keberagaman) dalam bahasa. Humanitarianisme sebagai pergerakan pengakuan dan kepedulian terhadap Yang Lain membuka jalan keadilan dan kedamaian. Hal ini dapat kita implementasikan dalam keluarga dan tetangga yaitu perhatian dan etika di dalam keluarga.
ABSTRACT
In one side, modern civilization made human depelopment in progressive parameter, but in the other side there is negative effect from those dicipline system which hiding the violent character back of it. Consequently this sense made appeared existentialism problem. This graduate thesis discussing about studied a case of Dave Pelzer analized philosophically by Emmanuel Levinas thought. This wasn?t limited in existentialism, Levinas want to reached beyond existensialism?s egosentric on humanism with existensialism ethics on humanitarianism. He maked evidence that existensialism didn?t stop on Being but beyond him/her self through substitution, the presents of The Others in their diversity (plurality). The idea of totality (the completeness of Being) breached by the idea of infinity (diversity) through the language. Humanitarianism as a movement in recognitions and cares to The Others open the way of justice and peace. We can implementing this movement start from family and neighbourhood, such as attentions and ethics in family.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesiaa, 2011
S490
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>