Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simarmata, Arnaldo
"Kendaraan listrik efektif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sekaligus sebagai upaya untuk melakukan dekarbonisasi untuk sektor transportasi di Indonesia. Dampak jangka panjang penggunaan bahan bakar fosil dapat meningkatkan efek gas rumah kaca dan mempengaruhi kualitas udara. Pemerintah bersama stakeholder membuat terobosan dengan mengganti bahan bakar fosil menjadi bahan bakar berbasis listrik dengan tenaga batere. Indonesia saat ini memiliki 267 unit infrastruktur stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang tersebar di 224 lokasi. Latar belakang masalah dari penelitian ini disebabkan adanya transisi energi dari kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan berbasis energi listrik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi pertumbuhan kendaraan listrik, SPKLU, dan road map SPKLU di Indonesia. Penelitian ini membahas tentang analisa kebutuhan SPKLU terhadap kendaraan listrik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan prioritas untuk mengganti bahan bakar fosil menjadi energi listrik secara bertahap. Penelitian ini memiliki 6 (enam) objek diantaranya kriteria ekonomi, standardisasi, teknologi, lingkungan, sumber energi dan regulasi. Berdasarkan hasil kuisioner pertama diperoleh bahwa kriteria lingkungan menjadi rekomendasi untuk pengembangan SPKLU, sedangkan dalam kuisioner kedua didapat hasil bahwa kendaraan listrik lebih tepat dikembangkan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas udara. Menurut penelitian yang telah dilakukan di negara Taiwan (Jonathan C) dengan menggunakan AHP, didapat hasil bahwa lingkungan menjadi hal penting untuk mengadopsi perkembangan kendaraan listrik. Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara diatas diketahui bahwa kendaraan listrik lebih tepat untuk mendukung program udara bersih di Indonesia sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur SPKLU berkelanjutan untuk mendukung meningkatnya penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.

Electric vehicles are effective in reducing fossil fuel usage in Indonesia. The long-term impact of using fossil fuels can increase the effect of greenhouse gases and reduce air quality. The government and stakeholders made a breakthrough by replacing fossil fuels with battery power. Indonesia has 267 units of electric vehicle charging station (EVCS) infrastructure spread over 224 locations. The problem of this research is the energy transition from fossil fuel vehicles to electric vehicles to reduce greenhouse gas emissions. This study aims to determine the growth location of electric vehicles (EV), EVCS, and the EVCS road map in Indonesia. This research discusses the analysis of SPKLU's for EVs in Indonesia. This study uses the Analytical Hierarchy Process (AHP) method to determine priorities for substituting fossil fuels with electrical energy. This study has 6 (six) objects, economic criteria, standards, technology, environment, energy sources, and regulations. In the first questionnaire result, environmental criteria became recommendations for EVCS development. In the second questionnaire result, electric vehicles were more appropriate to be developed in Indonesia to improve air quality. According to research conducted in Taiwan (Jonathan C) also using AHP, the environment is more important for adopting the development of electric vehicles. The results of questionnaires and interviews on EVs are more suitable to support the clean air program in Indonesia. So an EVCS development infrastructure is needed to support the increase in the use of electric vehicles in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Johannes
"Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) memiliki peran yang penting dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan meningkatkan kemandirian energi. Namun dengan adanya peraturan dimana penjualan listrik (export) ke grid PLN telah ditiadakan maka minat masyarakat dalam membangun PLTS dapat berkurang. Pada penelitian ini dilakukan analisis tekno-ekonomi pemanfaatan PLTS on-grid untuk memenuhi kebutuhan listrik SPKLU dengan kapasitas 50 kW di Pusat Perbelanjaan. Listrik dari PLTS digunakan untuk kebutuhan komersial pada SPKLU. Studi kasus dilakukan di salah satu Pusat Perbelanjaan di kecamatan Kebayoran Lama, kota Jakarta Selatan, provinsi DKI Jakarta. Simulasi sistem PLTS dilakukan dengan menggunakan HOMER Pro, sedangkan perhitungan biaya listrik, dan pengisian baterai kendaraan listrik (EV charging) dengan menggunakan metode cash flow. Analisis perbandingan dilakukan antara SPKLU dengan PLTS terkoneksi on-grid dan grid PLN terhadap SPKLU dari PLN. Hasil simulasi diperoleh kapasitas PLTS sebesar 536 kWp, produksi listrik dari PV sebesar 771,64 MWh/tahun dengan beban dengan beban 558,85 MWh/tahun (fraksi PLTS terhadap beban sebesar 53,2%) dan luas atap 3021 m2 (6,7% luas atap pusat perbelanjaan) dengan excess listrik sebesar 466.496 MWh/tahun yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gedung pusat perbelanjaan. Biaya pokok produksi listrik PLTS atap sebesar Rp 1.383/kWh, lebih rendah dibanding tarif listrik PLN untuk SPKLU sebesar Rp 1.644/kWh. Pada target IRR sebesar 12%, sistem PLTS atap on-grid memberikan tarif charging yang lebih kompetitif yaitu sebesar Rp 2641/kWh dibandingkan bila menggunakan grid PLN sebesar 2794/kWh. Penerapan tarif maksimum PLN SPKLU pada sistem on-grid dan sistem grid PLN akan meningkatkan margin sebesar 31,06% untuk on grid dan 20,69% untuk sistem grid PLN.

The utilization of Solar Power Plants (PV) plays a crucial role in reducing dependence on fossil energy and increasing energy independence. However, with the regulation that has eliminated electricity sales (exports) to the PLN grid, public interest in developing PV may decline. This study conducts a techno-economic analysis of the utilization of an on-grid PV to meet the electricity needs of an EV Charging Station (SPKLU) with a capacity of 50 kW in a shopping center. The electricity generated by the PV is used for commercial purposes at the EV Charging Station. A case study was conducted at a shopping center in the Kebayoran Lama sub-district, South Jakarta city, DKI Jakarta province. The PLTS system simulation was carried out using HOMER Pro, while electricity cost calculations and EV charging analyses were conducted using the cash flow method. A comparative analysis is conducted between EVCS with on-grid PV and PLN grid to EVCS from PLN. The simulation results reveal that the rooftop PV has a capacity of 536 kWp, electricity production of 771.64 MWh/year with total load of 558.85 (PV fraction by the total load is 53.2%) and requires a roof area of 3021 m2 (6.7% of the rooftop area). The electricity production cost of rooftop PV is IDR 1.383/kWh, which is lower than the PLN electricity tariff for SPKLU of IDR 1,644/kWh. At IRR target of 12%, the on-grid rooftop PV system offers more competitive EV charging prices at IDR 2,641/kWh compared to PLN grid IDR 2,794/kWh. When applying PLN maximum charging tariff for SPKLU, the on-grid system and PLN grid increases margins by 31,06% for on-grid and 20,69% for PLN grid system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library