Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Murti Dewi Hani
"Reputasi Perusahaan adalah bagaimana stakeholder melihat perusahaan. Untuk meningkatkan reputasi, perusahaan menggunakan CSR. Stakeholder memerlukan informasi CSR untuk membangun persepsi tentang perusahaan. Penelitian ini mengenai peran iklan perusahaan terkait hal ini. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh significan dari iklan perusahaan terhadap sikap terhadap kegiatan CSR dan reputasi perusahaan tetapi pengaruh sikap tentang kegiatan CSR terhadap reputasi perusahaan tidak signifikan. Penelitian ini menggunakan Elaboration Likelyhood Model untuk melihat apakahperubahan sikap merupakan hasil proses kognitif. Iklan perusahaan menimbulkan sikap positif terhadap perusahaan namun tidak sepenuhnya terbentuk karena proses kognitif.

Corporate Reputation is how stakeholders see a company. To enhance its reputation, company uses CSR. Stakeholders need information to construct CSR-based belief associated with the company, this paper consider the role of corporate image advertising in achieving this end. The result showed Corporate Image Advertising has a significant influence toward Attitude towards CSR practices and Corporate Reputation but the influence of Attitude towards CSR Practices towards Corporate Reputation is not significant. This research used The Elaboration Likelyhood Model to study whether attitude change is the result of cognitive process. Corporate Image Advertising enhance the positive attitude towards Corporate Reputation but is not entirely formed through cognitive process."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Afrina
"Makalah penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran influenser TikTok yang mendorong remaja perempuan untuk “Men-seksualisasi” diri mereka sendiri dengan dalih pemberdayaan dan konsep feminisme. TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling populer pada kalangan remaja pada saat ini. Ada beberapa tren di media sosial TikTok dimana para remaja didorong untuk mempublikasikan konten yang provokatif secara seksual mengatasnamakan feminisme. Salah satu yang paling populer adalah tren gerakan “Bimbo Feminism” atau “Bimbofication”. Penulis menggunakan metode yang terinspirasi dari etnografi digital dan menggunakan penelitian sekunder lainnya seperti jurnal dan artikel untuk menganalisis data. Penulismenggunakan perspektif teori Elaboration Likelihood Model dan teori feminisme untuk menulis artikel ini. Hasil penelitian menunjukan peran influenser yang besar dalam penggeseran sikap terhadap unggahan konten seksual di kalangan audiens perempuan muda.

This research paper aims to explore the role of influencers in TikTok that helps push the agenda of encouraging young teenagers to “sexualize” themselves to empower them under the pretext of feminism. In the last few years, TikTok has gained a drastic amount of users, especially among the youth. There are several trends in which teenagers are encouraged to publish sexually provocative content on their social media through hidden and feminist campaigns in TikTok. Especially the movement about “Bimbo Feminism” and “Bimbofication”. The author uses a method inspired by digital ethnography and utilizes other secondary research tools, such as journals and articles, to analyze the data. The author writes this paper using the perspective of the Elaboration Likelihood Model and feminism theory. The research shows the significance of influencers’ role in the shift of attitude towards posting “sexualized’ content among young female audiences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Fauzi Djamal
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi maraknya penggunaan iklan oleh partai politik selama kampaye pemilu sehingga menimbulkan ketertarikan untuk meneliti bagaimana pengaruh kredibilitas iklan partai politik di kalangan pemilih pemula. Dengan berlandaskan pada teori elaboration likelihood model (ELM), penelitian ini mengidentifikasi empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kredibilitas iklan partai politik: kualitas argumen, kredibilitas sumber, konsistensi pesan, dan keberpihakan pesan, serta perbedaan tingkat penerimaan dan kemampuan menerima pesan.
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei terhadap 217 responden yang berasal dari kalangan mahasiswa tingkat pertama untuk menguji model penelitian.
Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa kualitas argumen sebagai jalur sentral menjadi faktor yang mempengaruhi kredibilitas iklan partai politik. Responden menggunakan jalur periferal seperti kredibilitas sumber, konsistensi pesan, dan keberpihakan pesan.

ABSTRACT
This research based on the use of political advertisement during election campaign. Drawing on the elaboration likelihood model (ELM), this study examines four information cues used to evaluate the credibility of online reviews: argument quality, source credibility, review consistency, and review sidedness, under different levels of involvement and expertise. We conducted on the online survey that involved elementary election. Consistent with previous research, the result reveal that argument quality, a central cue, was the primary factor affecting review credibility, participants also relied on peripheral cues such as source credibility, review consistency, and review sidedness when evaluating political advertisement"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Fitriati
"Penelitian ini melakukan klasifikasi stadium penyakit Diabetik Retinopati (DR) menjadi 2 hirarki, yaitu Global dan Lokal. Hirarki Global hanya terdiri dari normal (0) dan abnormal (1). Sedangkan klasifikasi lokal terdiri dari 4 kategori yaitu kategori normal (R0), early NPDR (R1), advanced NPDR (R3), dan PDR (R4). Kategori early NPDR adalah stadium mild NPDR, sedangkan advanced NPDR adalah gabungan dari moderate dan severe NPDR.
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang timbul akibat adanya kemiripan citra per kenaikan stadium yang tidak bisa dinilai secara kasat mata. Sehingga membutuhkan sebuah penanganan dimana citra retina dapat digolongkan ke dalam kategori yang tepat. Berdasarkan masalah tersebut, dilakukan 2 mekanisme percobaan untuk setiap hirarki, yaitu melalui pendekatan computer vision yang hanya fokus untuk mengolah citra secara keseluruhan dan pendekatan yang dilakukan oleh medis dimana sebelum menentukan kategori citra, terlebih dahulu dilakukan deteksi fitur penanda DR seperti eksudat, mikroaneurisma, dan pembuluh darah. Data yang digunakan ada 2 jenis yaitu data citra dari RSCM Jakarta dan database publik Diaretdb0.
Metode klasifikasi ELM yang diusulkan mampu memberikan performansi yang cukup baik dari sisi waktu dan akurasi, dimana rata-rata klasifikasi menggunakan cross validation mencapai 50% untuk data RSCM dan 60% untuk data DB0. Sedangkan untuk klasifikasi lokal mencapai 50% untuk data RSCM dan 40% untuk data DB0.

This study determined the classification of the stage of disease Diabetic retinopathy (DR) into two hierarchies , namely the Global and the Local . Global hierarchy consisting only of normal (0) and abnormal (1). While local classification consists of 4 categories: normal category (R0), early NPDR (R1), advanced NPDR (R3), and PDR (R4). Categories early stages of NPDR is Mild NPDR, whereas advanced NPDR is a combination of moderate and severe NPDR.
In general, this study was conducted to resolve the problems arising from the similarity image that stage increments can not be assessed by naked eye . Thus require a treatment in which the retinal image can be classified into appropriate categories . Based on these issues, conducted 2 experiments for each hierarchy mechanism, namely through the computer vision approach that only focuses on the image of the overall process and the approach taken by a medical before determining which image category , first detection of features such as bookmarks DR exudates, microaneurysms, and blood vessels . The data used there are 2 types of image data from public databases RSCM Jakarta and Diaretdb0.
The proposed classification method ELM is able to provide good enough performance in terms of time and accuracy , where the average classification using cross validation to achieve 50 % for data RSCM and 60 % for data DB0. Whereas for the local classification, data RSCM achieve 50 % and 40 % for data DB0.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elien Wihestin
"Latar Belakang : Kemampuan berbahasa merupakan salah satu indikator perkembangan anak karena melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak. Penilaian kemampuan bahasa anak sangat penting pada periode 2-4 tahun karena terjadi peningkatan jumlah dan kompleksitas dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penilaian dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh orang tua. Keterbatasan tenaga kesehatan di daerah rural menyebabkan penilaian berbasis orang tua sangat penting sehingga dibutuhkan instrumen yang sesuai dengan budaya, bahasa dan lingkungan anak. Tujuan penelitian adalah mengetahui akurasi instrumen penilaian kemampuan bahasa berbasis orang tua pada anak usia 18-36 bulan didaerah rural.
Metode : Subjek penelitian diambil dari anak usia 18 - 36 bulan dan orang tua/pelaku rawat peserta posyandu di desa Sukarapih, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi. Orang tua/pelaku rawat harus mampu membaca dan mengerti bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa anak dinilai dengan skala REEL (Receptive Expressive Emergent Language) modifikasi oleh orang tua dan skala ELM (Early Language Milestone) oleh peneliti. Hasil penilaian skala REEL dibandingkan dengan skala ELM melalui uji diagnostik untuk mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifitas, nilai prediksi positif dan negatif serta likelihood ratio (LR).
Hasil : Jumlah subjek terdiri dari 100 anak dan 100 orang tua/pelaku rawat yang diambil dari empat posyandu. Skala REEL mempunyai nilai sensitivitas 72,73 %, spesifisitas 98,87 %, nilai prediksi positif 88,89%, nilai prediksi negatif 96,70%, LR positif 64,73 dan LR negatif 0,28.
Kesimpulan : Skala REEL dapat dipakai dalam menilai gangguan perkembangan bahasa pada anak usia 18-36 bulan di daerah rural dengan menggunakan kalimat yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Background : Language skill is one of the indicator of a child's development because it involves cognitive ability, sensory motor, the psychological, emotional and environment around children. Assessment of a child's language skill at the age of 2-4 years is very important due to an increase in the number and complexity in the development of speech and language. Assessment can be done by health professionals as well as by parents. Limitations of available health workers in rural areas increases the need for a parental-based assessment tool that is applicable with the culture, language and environment of the children. The research objective was to determine the accuracy of the parental-based language assessment instrument on children aged 18-36 months in rural areas.
Methods : The subjects were children aged 18-36 months and their parents / caregivers who were participants of Sukarapih neighborhood health center in the village, District Tambelang, Bekasi Regency. Parents / caregivers should be able to read and understand Bahasa Indonesia. The children's language development was assessed using the modified REEL (receptive Expressive Emergent Language) scale by their parents and the ELM (Early Language Milestone) scale by the researcher. The REEL-scale assessment results was compared with ELM scale through a diagnostic test for sensitivity and specificity, positive and negative predictive values as well as likelihood ratio (LR).
Results : The subjects consisted of 100 children and 100 parents / caregivers taken from four neighborhood health center. The REEL scale has 72.73% sensitivity, 98.87% specificity, 88.89% positive predictive value, 96.70% negative predictive value, 64.73 positive LR and of 0.28 negative LR.
Conclusion : The REEL Scale can be used to assess language development disorders in children aged 18-36 months in rural areas by using simplified and easy to understand sentences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arian Dhini
"

Penjaminan kualitas, keandalan dan keselamatan di sistem industri yang semakin kompleks menjadi tantangan di era modern. Strategi pemeliharaan yang tepat menjadi kunci. Pemeliharaan berbasis kondisi, yang didukung dengan kegiatan pemonitoran kondisi, menjadi pilihan yang tepat untuk menghadapi tantangan tersebut. Informasi dari hasil pemonitoran tersebut menjadi dasar dalam mengambil keputusan pemeliharaan. Tahap awal yang penting dalam ekstraksi informasi mengenai kondisi proses maupun peralatan adalah dengan membangun  sistem deteksi dan diagnosis fault yang cepat dan akurat.

Pembangkit listrik termal, sebagai representasi sistem industri yang kompleks,  merupakan penyedia listrik utama dalam kehidupan modern. Untuk menjamin keandalannya, pengembangan sistem cerdas  sistem berbasis data-driven untuk deteksi dan diagnosis fault yang cepat dan akura, menjadi sebuah kebutuhan.  Keunggulan dari pendekatan ini adalah tidak diperlukannya pengetahuan yang komprehensif mengenai sebuah sistem, sehingga sangat sesuai untuk diaplikasikan pada industri yang kompleks, seperti pada pembangkit listrik. Algoritma berbasis pembelajaran mesin menjadi pilihan tepat pada era di mana data pemonitoran kondisi dihasilkan terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan sistem cerdas berbasis data-driven, untuk deteksi dan diagnosis fault pada sistem utama di pembangkit listrik termal. Penelitian ini mengusulkan aplikasi metode berbasis Neural Networks (NN) yang dikenal mampu menangani permasalahan kompleks yang non linier dan menghasilkan model dengan akurasi yang tinggi.  Extreme learning machine-radial basis function (ELM-RBF), yang merupakan metode berbasis NN yang dikenal memiliki waktu pembelajaran yang sangat cepat, dibandingkan dengan metode klasik NN, yaitu Backpropagation (BPNN), serta Support Vector Machine (SVM), yang selalu menghasilkan solusi yang global.

Struktur penyelesaian masalah dalam penelitian ini terdiri atas perancangan sistem cerdas untuk deteksi dan diagnosis fault pada  dua sistem utama, yaitu turbin uap dan transformator yang berperan vital.  Data untuk eksperimen berasal dari data riil industri PLTU Muara Karang, ditambah dengan data fault dan normal yang sudah dipublikasikan ke dalam basis data IEC-TC10. BPNN paling unggul dalam akurasi, namun waktu komputasi yang sangat lama. SVM menunjukkan akurasi yang lebih baik dibandingkan ELM-RBF, namun kalah dalam waktu komputasi. ELM-RBF unggul dalam waktu komputasi tanpa perbedaan yang signifikan pada akurasi. Dengan semakin lengkapnya basis data training, ELM-RBF berpotensi mendeteksi dan mendiagnosis dengan akurasi tinggi dan waktu komputasi yang sangat cepat, sesuai kebutuhan pembangkit listrik termal.


Quality, reliability and safety assurance in the increasingly complex industrial systems is a challenge in the modern era. The right maintenance strategy is vital. Condition based maintenance, supported by condition monitoring activities, is the right choice to face these challenges. Information from the monitoring results becomes the basis for determining maintenance decisions. An important initial step in the extraction of information, regarding process and equipment conditions, is to establish a fast and accurate fault detection and diagnosis system.

Thermal power plants, as a representation of complex industrial systems, are the primary electricity providers in modern life. To ensure its reliability, the development of intelligent systems based on data-driven systems for rapid and accurate detection and diagnosis of faults is a necessity. The advantage of this approach is that it does not need comprehensive knowledge about a system, so it is very suitable to be applied to complex industries, such as power plants. Machine learning-based algorithms are the most suitable choice in an era where condition monitoring data is generated continuously. This study aims to obtain a data-driven intelligent system design for fault detection and diagnosis in the main system of thermal power plants. This research proposes the application of Neural Networks (NN) based methods, which are known to be able to handle complex non-linear problems and produce models with high accuracy. Extreme learning machine-radial basis function (ELM-RBF), which is an NN-based method that is known to have an extremely fast learning time, compared to the classical NN method, namely Backpropagation (BPNN), and Support Vector Machine (SVM), which always produces a global solution.

The structure of problem-solving includes designing intelligent systems for fault detection and diagnosis in the two main systems, namely steam turbines, and transformers, which play a vital role. Experiment data is acquired from a power plant real data and added with a published IEC-TC10 database. BPNN is superior for accuracy, but it is accomplished with the longest computation time. SVM shows better accuracy than ELM-RBF, but the computation time is slower than ELM-RBF. ELM-RBF excels in computation time without a significant accuracy difference. With the more comprehensive training data, ELM-RBF has the potential to detect and diagnose faults with high accuracy and high-speed computation time, according to the requirement of thermal power plants.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Tiffany
"Keberadaan COVID-19 di Indonesia saat ini bukanlah satu-satunya wabah penyakit yang harus diwaspadai. Menteri Kesehatan mengatakan ada penyakit yang tidak kalah  berbahaya dan juga tidak kalah mematikan dibandingkan dengan wabah penyakit COVID-19, yaitu Demam Berdarah Dengue. Penyakit ini sudah sepatutnya untuk diwaspadai mengingat jumlah kasusnya yang semakin meningkat dan melebihi jumlah kasus penyakit COVID-19. Faktor cuaca seperti curah hujan, temperatur, dan kelembapan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam penyebaran parasit dan vektor penular DBD. Untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan penanganan DBD, perlu dilakukannya prediksi terkait jumlah insiden DBD.
Dalam tugas akhir ini dilakukan proses prediksi jumlah insiden DBD di DKI Jakarta dengan memperhitungkan faktor iklim (curah hujan, kelembapan, dan temperatur) menggunakan metode Extreme Learning Machine dan metode Artificial Neural Network-Back Propagation serta membandingkan kinerja dari kedua metode tersebut.  Berbeda dari Artificial Neural Network-Back Propagation, Extreme Learning Machine tidak membutuhkan proses iterasi untuk update parameter.
Dengan menggunakan data variabel cuaca dan data jumlah insiden DBD kumulatif, Extreme Learning Machine dapat memberikan hasil prediksi yang lebih akurat dibandingkan dengan  Artificial Neural Network - Back Propagation. Extreme Learning Machine dengan persentase data training sebesar 90% menunjukkan hasil prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan persentase data training lainnya yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu sebesar 80% dan 70%.

The existence of COVID-19 currently in Indonesia is not the only disease which must be watched out. The Health Ministry has said that there was a disease that is as dangerous as COVID-19. That disease is Dengue Fever. Dengue Fever also must be given an extra caution because it is noted that until now the number of dengue cases continues to increase and exceeds COVID-19 cases. The weather factors, such as rainfall, temperature, and humidity, are a very influential factor in the spread of parasites and infectious vectors of dengue fever.  To optimize the dengue handling and prevention effort, it is important to make the dengue cases prediction.
In this final paper, the number of dengue incidences will be predicted by involving weather factors (rainfall, temperature, and humidity) using Extreme Learning Machine and Artificial Neural Network-Back Propagation and also comparing the both of their performance. Unlike the Artificial Neural Network-Back Propagation, Extreme Learning Machine does not need the iteration process to update the parameter.
The result shows that Extreme Learning Machine can give the dengue incidences prediction  which is more accurate than the dengue incidences prediction that is given by using Artificial Neural Network-Back Propagation. Extreme Learning Machine by using 90% training data can show the better prediction result than other training data percentage which is used in this final paper, 80% and 70%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulyma Adventsia Octafiola
"Pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor penting bagi pembangunan Indonesia dan pemerintah telah mencanangkan 'Lima Destinasi Wisata Super Prioritas' untuk meningkatkan industri; namun, pandemi telah menurunkan jumlah wisatawan asing dan keterbatasan bepergian ke luar negeri justru membuka peluang untuk meningkatkan kunjungan wisatawan domestik ke destinasi tersebut. Media sosial saat ini telah menjadi saluran penting dalam komunikasi pemasaran sektor ini karena representasi visualnya sehingga penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana proses persuasi melalui konten media sosial mempengaruhi citra destinasi yang dirasakan dan memberikan niat untuk melakukan perjalanan ke destinasi menggunakan kerangka Elaboration Likelihood Model (ELM). Data dikumpulkan melalui survei kepada 365 responden yang belum pernah berwisata paling tidak ke salah satu destinasi wisata super prioritas tersebut dan telah menonton konten terkait destinasi tersebut. Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan software menggunakan PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kredibilitas sumber tidak berpengaruh signifikan secara langsung terhadap persepsi citra destinasi dan niat berwisata, rute periferal lebih kuat dibandingkan rute sentral dalam mengubah perilaku konsumen melalui audience engagement. Hal ini memberikan wawasan dan saran untuk strategi pemasaran menggunakan media sosial untuk mempromosikan destinasi pariwisata.

Tourism is considered as one important sector for Indonesia’s development and the government has launched ‘Five Superpriority Tourism Destinations’ to enhance the industry; however, the pandemic has decreased the number of foreign tourists and limitation to travelling abroad actually creates an opportunity to increase domestic tourist visits to these destinations. As social media nowadays has become an important channel in marketing communication of this sector due to its visual representation, this research aims to investigate how persuasion process through social media content affects perceived destination image and give intention to travel to the destinations using Elaboration Likelihood Model (ELM) framework. Data is collected through a survey to 365 respondents who have not traveled to at least one of the super priority destinations and have watched the content in social media about the destination. Data is analysed using Structural Equation Modelling (SEM) with PLS software. The results shows that even though source credibility does not have significant effect directly on perceived destination image and intention to travel, the peripheral route is stronger than central route through audience engagement in changing consumer behavior. This provides insights and suggestions for marketing strategy using social media to promote tourism destinations."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviona Retno Amalia
"Industri pariwisata dinilai mengalami peningkatan yang signifikan di era pasca pandemi dengan Online Travel Agent (OTA) seperti tiket.com dan Traveloka yang memainkan peran penting dalam menyediakan produk pariwisata secara daring. Dalam konteks ini, strategi cross-selling, yang menawarkan produk tambahan kepada konsumen, menjadi kunci dalam memaksimalkan nilai bagi konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi OTA. Cross-selling merupakan strategi yang cocok diimplementasikan pada OTA untuk memaksimalkan revenue dibanding strategi lainnya, seperti upselling. Perilaku konsumen OTA yang cenderung mencari produk dengan harga termurah membuat penawaran produk dengan harga lebih mahal tidak diminati oleh konsumen. Sementara, pada cross-selling, konsumen dapat dipertahankan dan peluang untuk menambah pembelian akan lebih besar. Namun, masih ada tantangan dalam memahami faktor-faktor yang secara efektif mempengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian konsumen terhadap produk tambahan tersebut. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian produk tambahan (cross-selling) di OTA. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti menggunakan teori Elaboration Likelihood Model (teori ELM—teori yang menjelaskan pembentukan sikap sebagai hasil dari proses pemrosesan informasi rute central dan rute peripheral) dan perceived value. Data pada penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner daring yang memperoleh 573 responden valid dan kualitatif melalui wawancara sebanyak 21 narasumber. Data kuantitatif diolah menggunakan metode PLS-SEM sedangkan data kualitatif diolah menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor pada ELM yang memengaruhi utilitarian value secara signifikan adalah monetary saving, navigation design, serta time pressure. Sementara itu, product information, personalization, image appeal, time pressure terbukti memengaruhi hedonic value secara signifikan. Perceived value yang terdiri dari utilitarian value dan hedonic value terbukti memengaruhi attitude toward purchasing secara signifikan. Attitude toward purchasing terbukti memengaruhi intention to purchase secara signifikan. Penelitian ini berimplikasi teoritis dengan menjadi penelitian pertama pada konteks OTA yang membahas terkait cross-selling. Penelitian ini berimplikasi praktis bagi para OTA untuk dapat mengoptimalkan strategi cross-selling yang mereka miliki.

The tourism industry is considered to have experienced a significant increase in the post-pandemic era with Online Travel Agents (OTAs) such as tiket.com and Traveloka playing an important role in providing tourism products online. In this context, cross-selling strategies, which offer additional products to consumers, are key in maximizing value for consumers and increasing revenue for OTAs. Cross-selling is a suitable strategy for OTAs to maximize revenue compared to other strategies, such as upselling. The behavior of OTA consumers who tend to look for products at the lowest price makes offering products at higher prices not attractive to consumers. Meanwhile, with cross-selling, consumers can be retained and the opportunity to increase purchases will be greater. However, there are still challenges in understanding the factors that effectively influence consumers' value perceptions and purchase intentions towards these additional products. Based on this issue, this study aims to analyze the factors that influence the perceived value and purchase intention of cross-selling in OTAs. To examine this, researchers used the Elaboration Likelihood Model theory (ELM-the theory that explains attitude formation as a result of the central route and peripheral route information processing process) and perceived value. The data in this study were collected quantitatively through an online questionnaire that obtained 573 valid respondents and qualitatively through interviews with 21 informants. Quantitative data is processed using the PLS-SEM method while qualitative data is processed using the content analysis method. The results of this study show that the factors in ELM that significantly affect utilitarian value are monetary savings, navigation design, and time pressure. Meanwhile, product information, personalization, image appeal, time pressure are proven to significantly influence hedonic value. Perceived value consisting of utilitarian value and hedonic value is proven to significantly influence attitude toward purchasing. Attitude toward purchasing is proven to significantly influence intention to purchase. This research has theoretical implications by being the first research in the OTA context that discusses cross-selling. This research has practical implications for OTAs to be able to optimize their cross-selling strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Taqiyya
"Industri pariwisata dinilai mengalami peningkatan yang signifikan di era pasca pandemi dengan Online Travel Agent (OTA) seperti tiket.com dan Traveloka yang memainkan peran penting dalam menyediakan produk pariwisata secara daring. Dalam konteks ini, strategi cross-selling, yang menawarkan produk tambahan kepada konsumen, menjadi kunci dalam memaksimalkan nilai bagi konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi OTA. Cross-selling merupakan strategi yang cocok diimplementasikan pada OTA untuk memaksimalkan revenue dibanding strategi lainnya, seperti upselling. Perilaku konsumen OTA yang cenderung mencari produk dengan harga termurah membuat penawaran produk dengan harga lebih mahal tidak diminati oleh konsumen. Sementara, pada cross-selling, konsumen dapat dipertahankan dan peluang untuk menambah pembelian akan lebih besar. Namun, masih ada tantangan dalam memahami faktor-faktor yang secara efektif mempengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian konsumen terhadap produk tambahan tersebut. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian produk tambahan (cross-selling) di OTA. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti menggunakan teori Elaboration Likelihood Model (teori ELM—teori yang menjelaskan pembentukan sikap sebagai hasil dari proses pemrosesan informasi rute central dan rute peripheral) dan perceived value. Data pada penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner daring yang memperoleh 573 responden valid dan kualitatif melalui wawancara sebanyak 21 narasumber. Data kuantitatif diolah menggunakan metode PLS-SEM sedangkan data kualitatif diolah menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor pada ELM yang memengaruhi utilitarian value secara signifikan adalah monetary saving, navigation design, serta time pressure. Sementara itu, product information, personalization, image appeal, time pressure terbukti memengaruhi hedonic value secara signifikan. Perceived value yang terdiri dari utilitarian value dan hedonic value terbukti memengaruhi attitude toward purchasing secara signifikan. Attitude toward purchasing terbukti memengaruhi intention to purchase secara signifikan. Penelitian ini berimplikasi teoritis dengan menjadi penelitian pertama pada konteks OTA yang membahas terkait cross-selling. Penelitian ini berimplikasi praktis bagi para OTA untuk dapat mengoptimalkan strategi cross-selling yang mereka miliki.

The tourism industry is considered to have experienced a significant increase in the post-pandemic era with Online Travel Agents (OTAs) such as tiket.com and Traveloka playing an important role in providing tourism products online. In this context, cross-selling strategies, which offer additional products to consumers, are key in maximizing value for consumers and increasing revenue for OTAs. Cross-selling is a suitable strategy for OTAs to maximize revenue compared to other strategies, such as upselling. The behavior of OTA consumers who tend to look for products at the lowest price makes offering products at higher prices not attractive to consumers. Meanwhile, with cross-selling, consumers can be retained and the opportunity to increase purchases will be greater. However, there are still challenges in understanding the factors that effectively influence consumers' value perceptions and purchase intentions towards these additional products. Based on this issue, this study aims to analyze the factors that influence the perceived value and purchase intention of cross-selling in OTAs. To examine this, researchers used the Elaboration Likelihood Model theory (ELM-the theory that explains attitude formation as a result of the central route and peripheral route information processing process) and perceived value. The data in this study were collected quantitatively through an online questionnaire that obtained 573 valid respondents and qualitatively through interviews with 21 informants. Quantitative data is processed using the PLS-SEM method while qualitative data is processed using the content analysis method. The results of this study show that the factors in ELM that significantly affect utilitarian value are monetary savings, navigation design, and time pressure. Meanwhile, product information, personalization, image appeal, time pressure are proven to significantly influence hedonic value. Perceived value consisting of utilitarian value and hedonic value is proven to significantly influence attitude toward purchasing. Attitude toward purchasing is proven to significantly influence intention to purchase. This research has theoretical implications by being the first research in the OTA context that discusses cross-selling. This research has practical implications for OTAs to be able to optimize their cross-selling strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>