Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nellia Roza
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap kestabilan beberapa sediaan tetes mata Kloramfenikol. Pada penelitian ini sediaan disimpan pada beberapa temperatur yaitu 4°C (temperatur dingin), 20°C (temperatur AC), 29°C (dianggap sama dengan temperatur kamar) dan pada beberapa temperatur yang dinaikkan yaitu 40°C, 50°C, 600C. Untuk mengetahui pengaruh EDTA terhadap adanya pengawet pada sediaan dengan dapar boraks-borat (pH ± 7) dan penambahan Fenilmerkuri nitrat/Timerosal sendiri atau dikombinasi dengan EDTA. Sebelum penetapan kadar dengan Spektrofotometer pada \270 nm dengan pelarut metanol, sediaan di pisahkan dan hasil uraiannya dengan Kromatografi Lapisan Tipis. Kloroform, metanol, asam asetat (180:16:4) digunakan sebagal eluen dan sebagai adsorben digunakan Silika Gel F 254. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan dengan pengawet tanpa EDTA dapat disimpan sebulan lebih lama dibandingkan dengan sediaan yang dikombinasi dengan EDTA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Kumala Dewi
"Penggunaan biomassa alga hijau untuk menyerap logam berat merupakan alternatif pemecahan masalah penanganan pencemaran logam berat di lingkungan perairan. Pada penelitian ini dipelajari karakterisasi penggunaan biomassa alga hijau hasil budidaya Scenedesmus sp. yang diperoleh dari Situ Agatis Universitas Indonesia setelah dimodifikasi dengan EDTA sebagai biosorben ion logam kadmium(II) untuk memperbanyak sisi aktif pada alga sehingga akan diperoleh persen teradsorpsi yang meningkat. Hasil penelitian menunjukkan pH optimum biosorpsi adalah pH 5 dan waktu kontaknya 60 menit dengan konsentrasi optimum sebesar 20 mg/L. Kapasitas maksimum biosorpsi alga hijau Scenedesmus sp. untuk alga termodifikasi EDTA sebesar 0,254 mmol/g dan untuk alga tanpa modifikasi sebesar 0,575 mmol/g. Persen recovery maksimum, yakni 57,89% didapat pada konsentrasi asam HNO3 3M dengan waktu kontak 120 menit. Hasil persamaan isoterm Freundlich diperoleh nilai ketetapan (n) sebesar 1,383 untuk alga termodifikasi EDTA Scenedesmus sp. dan 1,033 untuk alga Scenedesmus sp. tanpa modifikasi EDTA dan nilai ketetapan (k) 0,962 untuk alga termodifikasi EDTA Scenedesmus sp. dan 0,018 untuk alga Scenedesmus sp. tanpa modifikasi EDTA"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30531
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Al Imam Bahaudin
"Levofloksasin merupakan antibiotika fluorokuinolon yang konsentrasinya dalam plasma sangat kecil sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif dan selektif. Pada analisis obat dalam plasma seringkali menggunakan berbagai jenis antikoagulan untuk memperoleh plasma sebagai matriks. Sitrat, heparin, dan etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan antikoagulan yang umum digunakan dalam analisis obat dalam plasma. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum dan metode tervalidasi levofloksasin dalam plasma serta mengevaluasi pengaruh perbedaan jenis antikoagulan pada analisis levofloksasin dalam plasma. Pada penelitian ini dilakukan optimasi dan validasi metode analisis levofloksasin dalam plasma menggunakan sistem kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang dideteksi pada panjang gelombang 293 nm dengan siprofloksasin HCl digunakan sebagai baku dalam. Kondisi analisis yang optimal diperoleh menggunakan: kolom C18 SunfireTM (5μm, 250 x 4,6 mm); suhu 45°C; fase gerak trietilamin 0,5% dengan pH 3,0-asetonitril (88:12 v/v); dan laju alir 1,25 mL/menit. Ekstraksi plasma dilakukan dengan metode pengendapan protein menggunakan metanol (1:1,5 v/v). Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 50,0 ? 10000,0 ng/mL dengan nilai r > 0,9994. Akurasi dan presisi untuk plasma sitrat, heparin, dan EDTA memenuhi persyaratan baik secara intrahari maupun antar-hari. Levofloksasin dinyatakan stabil selama 31 hari pada suhu -20°C dalam plasma sitrat, heparin, dan EDTA. Data stabilitas dan perolehan kembali levofloksasin dalam plasma menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk penggunaan plasma sitrat, heparin, maupun EDTA (p > 0,05; ANOVA), namun untuk rasio respon luas puncak levofloksasin dalam plasma sitrat, heparin, dan EDTA menunjukan perbedaan yang signifikan (p < 0,05) yaitu antara plasma sitrat-EDTA dan plasma heparin-EDTA untuk konsentrasi rendah serta antara plasma sitrat-heparin dan plasma sitrat-EDTA untuk konsentrasi sedang dan tinggi. Pada kromatogram blangko plasma EDTA terdapat interferensi plasma yang cukup mengganggu pada waktu retensi < 8 menit, sedangkan pada plasma sitrat dan heparin tidak terdapat interferensi. Secara keseluruhan, metode analisis yang diperoleh memenuhi persyaratan validasi baik untuk penggunaan plasma sitrat, heparin, maupun EDTA.
Levofloxacin is fluoroquinolone antibiotic which concentration in human plasma is very low so it requires sensitive and selective method for analysis. Analysis of drug in human plasma is often used various types of anticoagulant to obtain plasma as analytical matrix. Citrate, heparin, and ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) are anticoagulants which are commonly used to analyze drug in human plasma. The aim of this study is to obtain optimal analytical condition and validated method of levofloxacin in human plasma and evaluate the effect of anticoagulant types for analyzing levofloxacin in human plasma. In this study, optimization and validation levofloxacin in human plasma was performed by high performance liquid chromatography which was detected at wavelength of 293 nm using ciprofloxacin HCl as internal standard. Optimal analytical condition was obtained using: C18 SunfireTM column (5μm, 250 x 4.6 mm), temperature 45°C; the mobile phase contains a mixture of 0.5% triethylamine which was adjusted to pH 3.0 and acetonitrile (88:12 v/v); flow rate was 1.25 mL/min. The plasma extraction was carried out by protein precipitation method using methanol (1:1.5 v/v). The method was linear at concentration range of 50.0 - 10000.0 ng/mL with r > 0.9994. Accuracy and precision of within-run and between-run for citrate, heparin, and EDTA plasma fulfill the acceptance criteria. Levofloxacin was stable in citrate, heparin, and EDTA plasma for at least 31 days at -20°C. Based on stability and recovery of levofloxacin in plasma, there was no significant difference for using citrate, heparin, and EDTA plasma (ANOVA; p value > 0.05), but it showed significant difference for peak area ratio response (p < 0.05) between citrate-EDTA and heparin-EDTA plasma for low concentration samples and also between citrate-heparin and citrate-EDTA plasma for medium and high concentration samples. In the chromatogram of EDTA blank plasma, there were interferences at retention time less than 8 min while citrate and heparin blank plasma were not. Overall, this analytical method fulfill the acceptance criteria of validation and can be applied using citrate, heparin, and EDTA anticoagulants."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Roberto Anmessyo
"Latar belakang: Koral Goniopora sp merupakan bahan alami yang bersifat osteokonduktif sehingga berpotensi digunakan untuk subtitusi tulang. Namun demikian, bahan tersebut masih mengandung logam berat terutama kadmium (Cd) sebagai pencemar dengan kadar menurut Chusnul,dkk (2013) sekitar 25.23 mg/kg (ppm).1 Sesuai dengan nilai provisional tolerable daily intake (PTDI ), nilai ambang asupan Cd yang masih dapat diterima adalah 1.00 µg/Kg BB/hari.2 Dengan memperhitungkan kadar dan PTDI kadmium serta bobot badan diasumsikan 60 kg, maka penggunaan maksimum koral Goniopora sp hanya 1 gram untuk satu kali penggunaan.1 Untuk meningkatkan kuantitas koral tersebut dalam satu kali penggunaan, maka perlu dilakukan upaya penurunan kadar Cd dalam koral tersebut. Ethilen diamine tetra acetic acid (EDTA) merupakan zat pengkelat yang bersifat selektif terhadap berbagai ion logam dalam membentuk kompleks melalui pengaturan pH.3 Pencucian dan perlakuan koral Goniopora sp dengan larutan EDTA yang didapar pada pH tertentu, diharapkan mampu menurunkan kadar Cd dalam koral tersebut.
Tujuan: Menurunkan kadar Cd dalam koral Goniopora sp secara selektif sehingga tidak mempengaruhi komposisi mineral alami dalam koral tersebut menggunakan ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) sebagai chelating agent.
Metode: Kadar Cd dalam sampel koral Goniopora sp sebelum perlakuan ditentukan untuk mendapatkan kadar base line Cd. Selanjutnya koral tersebut diberi perlakuan melalui perendaman dan pengadukan dalam larutan EDTA yang didapar dengan dapar fosfat pada pH 7.0 dan 7.5. Perlakuan tersebut dilakukan sampai 10 hari dan setiap dua hari dilakukan pengambilan sampel koral. Setelah pencucian dengan air dan pengeringan, dilakukan penentuan kadar Cd dalam sampel koral dan hasilnya ditampilkan sebagai profil kadar kadmium terhadap waktu perlakuan. Selain Cd, dilakukan juga penentuan kadar kalsium (Ca) sebagai marker komponen utama koral Goniopora sp. Penentuan kadar Cd dan dan Ca dilakukan menggunakan metode atomic absorption spectrometry (AAS).
Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar Cd yang bermakna dalam koral Goniopora sp sebelum dan sesudah perlakuan dengan EDTA.
Kesimpulan: Perlakuan koral Goniopora sp dengan EDTA pada kondisi percobaan yang dilakukan belum mampu menurunkan kadar Cd pada koral tersebut.

Background: Goniopora sp. coral is a natural material showing osteocondutive properties and hence potential to be applied as bone substitution. However, according to Chusnul,et.al (2013) this material still contains heavy metals as contaminant especially that of cadmium (Cd) at concentration level of around 25.23 ppm. 1 Based on its provisional tolerable daily intake (PTDI ), maximum acceptable daily intake of Cd is 1.00 µg/Kg BW/day.2 Taking into account the concentration level and PTDI value of Cd as well as body weight assumed to be 60 kg, maximum application of Goniopora sp coral is only 1 g for one application.1 To increase the quantity of this coral for one application, an effort to reduce the concentration of Cd in this coral should be carried out. Ethilen diamine tetra acetic acid (EDTA) is a chelating agent able to form complex with various metals selectively by means of pH adjustment.3 Washing and treatment of Goniopora sp coral with EDTA solution buffered at certain pH are expected to reduce Cd concentration in this coral.
Aim: To reduce the levels of Cd in Goniopora sp coral selectively applying ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) as chelating agent so that natural composition of minerals in this coral were not significantly affected.
Methods: Concentration of Cd in pretreatment Goniopora sp coral sample was determined to obtain base line concentration of Cd. The coral was then treated by means of immersing and stirring in EDTA solutions buffered with phosphate buffer at pH of 7.0 and 7.5. The treatment was conducted up to 10 days in which every two days a probe of coral samples was collected. After washing with water and drying, Cd concentrations in those samples were subsequently determined and the results were displayed as Cd concentrations profile as function of treatment time. In addition to Cd, concentration of calcium (Ca) as marker of main component of Goniopora sp coral was also determined. Determination of Cd and Ca concentrations were conducted by means of atomic absorption spectrometry (AAS) method.
Result: No significant difference in Cd concentrations was observed before and after treatment with EDTA.
Conclusion: Treatment of Goniopora sp coral with EDTA under experimental conditions was still not able to reduce Cd concentration in this coral
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Wulandari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30529
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Andre Harve
"Kromosom merupakan untai DNA yang mengalami penebalan akibat kondensasi. Kondensasi struktur kromosom sangat mempengaruhi segregasi kromosom saat fase mitotik. Penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa kondensasi kromosom sel HeLa dipengaruhi oleh ion kalsium ( ), namun pengaruh Ca2+ pada kromosom manusia normal belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap struktur kromosom limfosit manusia dengan pemberian 1 mM 1, 2-bis(2-aminophenoxy)ethane-N-N,N’,N’-tetraacetic acid (BAPTA, chelator Ca2+), 1 mM ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA, chelator kation), dan PBS (kontrol) yang diamati menggunakan mikroskop cahaya. Sampel darah dikultur selama 72 jam, kemudian kromosom limfosit diisolasi dan diberi perlakuan 1 mM BAPTA, 1 mM EDTA, dan PBS. Kromosom diwarnai dengan Giemsa dan diamati dengan mikroskop cahaya. Hasil yang diperoleh menunjukkan struktur kromosom kontrol lebih pendek, padat, serta memiliki intensitas pewarna yang pekat dibandingkan dengan kromosom yang diberi perlakuan 1 mM BAPTA dan 1 mM EDTA yang memiliki struktur yang lebih panjang, lebih berongga, serta intensitas pewarna yang kurang pekat. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan panjang, lebar, dan luas rata-rata kromosom kontrol sebesar 1,73±0,73 μm, 0,55±0,43 μm, dan 3,5±2,17 μm2, sedangkan panjang, lebar, dan luas rata-rata kromosom yang diberi 1 mM BAPTA sebesar 2,91±1,3 μm, 1,43±0,43 μm, dan 4,17±2,75 μm2. Rata-rata panjang dan lebar kromosom yang diberi 1 mM EDTA sebesar 2,26±0,52 μm dan 0,93±0,29 μm. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa Ca2+ berperan penting dalam kondensasi struktur kromosom limfosit.

The Chromosome is a DNA strand that undergoes thickening due to condensation. Condensation of chromosomal structure affects the segregation of chromosomes during the mitotic phase. Previous studies have reported that chromosomal condensation of HeLa cells is affected by calcium ions (Ca2+). Nevertheless, the effect of Ca2+ on human normal cells has yet to be investigated. This study aims to determine the effect of Ca2+ on the chromosomal structure of human lymphocyte by the treatments of 1 mM 2-bis(2-aminophenoxy)ethane-N-N,N’,N’-tetraacetic acid (BAPTA, a Ca2+ chelator), 1 mM ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA, a cation chelator), and PBS (control), using a light microscope. The blood sample was cultured for 72 hours, followed by lymphocyte chromosomes isolation. After that, the samples were treated with PBS (control), 1 mM BAPTA, and 1 mM EDTA. Chromosomes were then stained with Giemsa and observed using a light microscope. The qualitative analysis showed that control chromosomes have shorter, and more condensed structures with a high dye intensity compared with those treated with 1 mM BAPTA and 1 mM EDTA which showed a longer and fibrous structure with low dye intensity. The quantitative analysis showed that the average length, width, and area of the control chromosome was 1.73±0.73 μm, 0.55±0.2 μm, and 3.5±2.17 μm2, respectively. while those treated with 1 mM BAPTA were 2.91±1.3 μm, 1.43±0.43 μm, and 4.17±2.75 μm2. Then, the average length and width of 1 mM EDTA chromosome was 2.26±0.52 μm and 0.93±0.29 μm. These results showed that Ca2+ plays an important role in the lymphocyte chromosome structure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Endenita Ibrahim
"ABSTRACT
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan asam amino sistein dan agen pengkelat EDTA dalam larutan Tris-buffer terhadap integritas DNA dan morfometri kepala spermatozoa sapi friesian holstein (Bos taurus) pascapengeringbekuan. Semen dikoleksi seminggu sekali selama enam minggu. Sampel semen sapi diencerkan dengan larutan Tris-buffer yang ditambahkan dengan asam maino sistein dan EDTA. Kelompok perlakuan terbagi menjadi empat, yaitu kelompok larutan pengencer Tris-buffer tanpa ditambahkan asam amino sistein atau EDTA (KK), larutan pengencer Tris-buffer ditambahkan asam amino sistein (KP1), larutan pengencer Tris-buffer ditambahkan dengan EDTA (KP2), larutan pengencer Tris-buffer ditambahkan asam amino sistein dan EDTA (KP3). Hasil integritas DNA spermatozoa sapi friesian holstein pascapengeringbekuan pada semua kelompok perlakuan 100% stabil dan tidak mengalami kerusakan. Hasil analisis varians (ANAVA) menunjukkan bahwa pemberian asam amino sistein 10 mM dan EDTA 50 mM terhadap panjang dan area morfometri kepala spermatozoa sapi friesian holstein (Bos taurus) pascapengeringbekuan tidak berbeda nyata antar kelompok (P>0,05), sedangkan terhadap lebar morfometri kepala spermatozoa sapi friesian holstein pascapengeringbekuan berbeda nyata antar kelompok (P<0,05).

ABSTRACT
The research was conducted to assess the effect of cysteine and EDTA chelating agent on DNA integrity and head morphometry of friesian holstein (Bos taurus) cattle spermatozoa after freeze-drying. Semen was collected every once a week for six weeks. The control group, semen diluted in Tris-buffer solution without cysteine or EDTA chelating agent, while in treatment groups semen diluted in Tris-buffer solution with addition of 10 mM cysteine, addition of 50 mM EDTA chelating agent, then the last group with addition of 10 mM cysteine and 50 mM EDTA chelating agent.  Based on the result, DNA integrity of freeze dried spermatozoa, showed that 100% DNA stablized in control and all groups. Result of variances (ANAVA) one factor test, showed that addition of cysteine 10 mM and EDTA chelating agent 50 mM were not significantly different in length and area morphometry  between groups parameter (P > 0,05), while addition of 10 mM cysteine and 50 mM EDTA chelating agent were significantly different in width morphometry between  groups parameter (P < 0,05)."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisma Pramasasti
"Penggunaan model elektroda kerja yang ciimodifikasi dalam metode voltametri kian diminati dan terus dikembangkan seoara intensif untuk tujuan identifikasi |ogam. IV|odifikasi elektroda ini memungkinkan terbentuknya karakteristik permukaan elektroda yang dapat dikontrol, seningga meningkatkan selektifitas dan sensitivitasnya. Pada penelitian ini, telan bernasil memociifikasi elektroda kerja emas yang dilakukan melalui dua tanapan. Tanap pertama, pembentukan self assembled monolayer (SAIVI) sistiamina pada permukaan emas. Tanap kedua, elektroda Au@sistiamina ciimociifikasi seoara optimum dengan EDTA pH 7,00. Kebernasilan tanapan modifikasi ini ditunjukkan dengan terjadinya penurunan double layer capacitance, dikarenakan ternambatnya proses transfer elektron pada permukaan elektroda emas. Elektroda termociifikasi sistiamina dan EDTA selanjutnya bernasil mengicientifikasi keberadaan ion Hg" dalam Iarutan ningga konsentrasi 5 X 10'7 IVI dengan Cara pembentukan kompleks antara Hg" dengan EDTA. Kompleksasi antara ion Hg" dengan EDTA seoara optimum dilakukan dengan vvaktu akumulasi 45 detik dan pada kondisi Iarutan Hg" pH 4,00. Ion Hg" yang telan terkompleks bernasil dikarakterisasi seoara elektrokimia dalam Iarutan buffer asetat yang mengandung KCI dengan scan rate optimum sebesar 100 mV/s. Pengaruh Keberadaan ion Fe" dan Pb" dalam Iarutan Hg" pada berbagai pH telan bernasil diamati dengan kenyataan terjaciinya persentase perubanan tinggi arus Hg" yang signifikarm Demikian pula uji kestabilan elektroc|a@sistiamina@EDTA dalam kurun vvaktu satu minggu menunjukkan bahvva, persentase penurunan arus Hg" semakin meningkat"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Rahma Minanti Putri
"Modifikasi elektroda emas adalah salah satu metode alternatif yang dapat digunakan sebagai sensor kimia untuk analisis ion logam Cu2+. Modifikasi elektroda emas dilakukan dengan cara mengimobilisasi 3-mercaptopropionic acid pada permukaan elektroda emas dengan metode self assembled monolayer (SAM) yang difungsionalisasikan dengan EDTA. Karakterisasi elektroda emas dilakukan dengan teknik cyclic voltametry (CV), fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy (SEM) dan energy dispersive spectrometer (EDS). Luas elektroda yang digunakan adalah 0,809 cm2. Modifikasi dan aplikasi sensor elektroda Au-Bare, Au-3MPA dan Au-3MPA-EDTA terhadap pendeteksian ion logam Cu2+ telah berhasil dilakukan. Puncak arus oksidasi ion logam Cu2+ tertinggi terdapat pada pH 5 antara lain, 8,07 x 10-5A  pada elektroda Au-3MPA-EDTA, 5,92 x 10-5A pada elektroda Au-3MPA dan 7,42 x 10-5A pada elektroda Au-Bare pada kisaran potensial 0,35 V.

Modification of the gold electrode is an alternative method that can be used as a chemical sensor for the analysis of Cu2+ metal ions. Modification of the gold electrode was carried out by immobilizing 3-mercaptopropionic acid on the surface of the gold electrode using the self assembled monolayer (SAM) method which was functionalized with EDTA. Gold electrode characterization was performed by cyclic voltametry (CV), fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy (SEM) and energy dispersive spectrometer (EDS) techniques. The electrode area used is 0.809 cm2. Modifications and applications of Au-Bare electrode sensors, Au-3MPA and Au-3MPA-EDTA against the metal ion detection of Cu2+ have been successfully performed. The top of the current Cu2+ metal ion oxidation state is found in pH 5 among others, 8.07 x 10-5 A on Au-3MPA-EDTA electrodes, 5.92 x 10-5 A on Au-3MPA electrodes and 7.42 x 10-5 A on Au-Bare electrodes at a potential range of 0.35 V."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Fitriadi
"Pengujian efek medan magnet terhadap presipitasi CaCO3 merupakan salah satu topik yang banyak diteliti untuk dapat menjelaskan efektifitas proses Anti-scale Magnetic Treatment (AMT). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan pengaruh magnetisasi yang berbeda - beda, baik dari segi efektivitas maupun morfologi kristal yang terbentuk sehingga menimbulkan kontroversi. Beberapa peneliti mendapatkan efek magnetisasi menekan presipitasi CaCO3 dan peneliti lainnya mendapatkan efek magnetisasi mempercepat presipitasi CaCO3. Perbedaan hipotesis ini terjadi karena perbedaan kondisi operasi dan efektivitas magnetisasi. Untuk itu, perlu dilakukan studi yang lebih mendalam tentang efek medan magnet terhadap presipitasi CaCO3. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari medan magnet terhadap pembentukan partikel dan jenis kristal CaCO3 pada air sadah sintetik (campuran Na2CO3 dan CaCl2 serta NaHCO3 dan CaCl2) baik saat maupun sesudah magnetisasi. Efek magnetisasi dilakukan baik dalam sistem fluida statis (campuran Na2CO3 dan CaCl2) maupun pada fluida dinamis (campuran NaHCO3 dan CaCl2). Pengukuran kandungan CaCO3 dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri EDTA. Uji SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi kristal yang terbentuk pada dinding permukaan kaca.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa baik pada kondisi fluida statis maupun fluida dinamis, induksi magnet yang diberikan pada saat maupun sesudah magnetisasi berlangsung akan menyebabkan peningkatan persen presipitasi total CaCO3. Setelah sampel magnet pada fluida dinamis mengalami presipitasi selama 2 jam dan proses filtrasi, efek memori magnet akan menyebabkan penekanan laju presipitasi CaCO3. Diduga terjadi mekanisme ion akibat dominasi ion bebas di dalam larutan setelah dilakukan filtrasi. Uji foto SEM pada sistem fluida statis pada sampel magnet dan non magnet menunjukkan bahwa kristal CaCO3 yang terbentuk didominasi oleh jenis kalsit. Beberapa kristal vaterit dan sedikit aragonit juga terlihat pada SEM. Efek magnetisasi akan meningkatkan jumlah kristal CaCO3 dengan ukuran kristal yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel non magnetisasi.

A lot of researchers have been researching about the effect of magnetization to precipitation of CaCO3. The explanation of the real mechanism is still controversial. Some of the researchers reported that the induction of magnetic field could suppress the precipitation of CaCO3 and the others reported the increasing of precipitation in the presence of magnetic treatment. The objectives of this experimental are to know about the effectiveness of magnetic field on calcium carbonate precipitate using the synthetic hard water (both a mixing of natrium carbonate and calcium chloride or natrium bicarbonate and calcium chloride). Base on the mobility of the fluids, the effect of magnetic field are tested in two conditions. A static fluid system (using Na2CO3 + CaCl2) and dynamic fluid system (using NaHCO3 + CaCl2). To give a quantitative analysis on precipitation in solution, a complexometry titration method using EDTA solution is used. The crystals morphology of deposit that adhere in a surface glass is obtain from SEM photography.
The result that the effect of magnetic fields either in static or dynamic fluid system could increase the number of precipitation. An exception for the dynamic fluid system, after the solution has through in the magnetic field and already passed two hours precipitation, the memory effect of magnet cause depressing on precipitation. Ion mechanisms is suspicious happen in which a free Ca2+ ion is still remain dominant in the solution after the filtration carry out. In static fluid system, a SEM photographic shows that either in magnetic exposure sample or nonmagnetic sample, a calcite form are dominant in all over crystals. Some vaterite and few aragonite are exposure in SEM photograph. The conclusions are the induction of magnetic field will accelerate the number of crystal since magnetic field could cause the increasing of nucleation. Under this condition a small crystal size will be form in associated with fast nucleation and precipitation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>