Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yopi Triputra
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker payudara merupakan salah satu kanker terbanyak di dunia dengan angka kematian yang juga tinggi. Kasus kematian pada pasien kanker payudara paling banyak disebabkan oleh metastasis. Salah satu yang berperan pada proses perkembangan tumor primer menjadi metastasis yaitu sel imun tubuh Tumor-infiltrating Lymphocytes (TiLs) yang akan terstimulasi dan menyerang sel kanker. Selain itu, proses Epithelial-Mesenchymal Transition (EMT) yang ditandai sebagai penurunan regulasi penanda epitel khususnya E-cadherin, juga berkontribusi dalam perkembangan metastasis. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi TiLs dan E-cadherin dengan kejadian kanker payudara metastasis. Metode: Penelitian ini dilakukan pada 94 sampel dengan metode kohort retrospektif. Pengambilan data melalui rekam medis dan sediaan jaringan payudara yang kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia E-cadherin dan pembuatan slide HE untuk pemeriksaan TiLs. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan nilai TiLs yang rendah bermakna signifikan (p=0,047) dengan kejadian metastasis kanker payudara. Sedangkan tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik nilai E-cadherin dengan metastasis pada kanker payudara (p=0,106). Namun, terdapat hubungan klinis yang tampak dari E-cadherin yang rendah terhadap metastasis kanker payudara. Selain itu, terdapat hubungan signifikan antara nilai TiLs dan E-cadherin yang rendah terhadap insiden metastasis (p= 0,011). Penelitian multivariat menunjukkan bahwa LVI, stadium dan E-cadherin memiliki pengaruh independen yang kuat terhadap kanker metastasis (p=0,043, p0,003, p=0,041). Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan nilai TiLs mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian metastasis pada kanker payudara, namun LVI, stadium dan E-cadherin merupakan faktor prediktor independen kejadian metastasis pada kanker payudara.
Background: Breast cancer is one of the most abundant cancers in the world with a high mortality rate. Cases of death in breast cancer patients are the most caused by metastasis. One of the role in the process of developing primary a tumor into metastatic is the immune cell body called tumor-Infiltrating lymphocytes (TILs) which will stimulate and attack the cancer cells. In addition, the Epithelial-mesenchymal Transition (EMT) process which marked as a reduction of the regulation of the epithelial marker specifically E-cadherin, also contributes to the development of metastasis. Aim: This study aims to determine the relationship of TiLs and E-cadherin expression with the incidence of metastatic breast cancer. Method: The study was conducted on 94 samples with retrospective cohort method. Data retrieval through medical records and breast tissue preparations that were then conducted in the immunohistochemistry E-cadherin staining and slide HE for TiLs examination. Result: The results showed lower TiLs significantly correlate (p = 0,047) with the incidence of metastatic breast cancer. Whereas there is no statistically significant relationship found between E-cadherin value with metastatic in breast cancer (p = 0,106). However, there are clinically visible relationship between low level E-cadherin with metastatic breast cancer. In addition, there is a significant correlation between low level TiLs and E-cadherin with metastatic incident (p = 0.011). Multivariate studies showed that LVI, staging and E-cadherin had a strong independent effect on metastatic cancer (p = 0.043, p0.003, p = 0.041). Conclussion: This study shows the value of TiLs has a significant relationship with the incidence of metastasis in breast cancer, but LVI, staging and E-cadherin are independent predictors of metastatic events in breast cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Saddang
Abstrak :
Pendahuluan : Adenomiosis adalah sebuah kelainan jinak ginekologi dengan insidensi diperkirakan 20%, dimana kondisi ini berkaitan dengan nyeri pelvis kronis serta infertilitas. Saat ini pilihan terapi adenomiosis terbatas pada meringankan gejala menggunakan antinyeri, manipulasi hormon, dan pembedahan dengan efek samping yang signifikan dan dikontraindikasikan pada wanita yang ingin hamil. Salah satu pilihan terapi yang sedang dikembangkan saat ini adalah microRNA. Telah diketahui sebelumnya bahwa terdapat penurunan ekspresi E-Cadherin pada pasien adenomiosis, dimana salah satu yang meregulasi E-Cadherin adalah microRNA-10b. Selain itu diketahui microRNA-let-7a, yang mempengaruhi ekspresi gen KRAS, mengalami disregulasi pada berbagai kondisi dengan proliferasi abnormal, seperti pada kondisi keganasan. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara ekspresi microRNA let-7a terhadap KRAS dan microRNA-10b terhadap E-Cadherin pada jaringan endometrium adenomiosis dan jaringan endometrium non-adenomiosis. Desain : Studi potong lintang dengan analitik komparatif dan analitik korelasi. Material dan Metode : Sampel penelitian didapat dari total 31 wanita yang datang berobat ke poliklinik ginekologi atau klinik fertilitas RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dengan 17 subyek dimasukkan ke dalam kelompok adenomiosis, dan 15 subyek ke dalam kelompok non-adenomiosis. Sampel dari tiap subyek diambil melalui tindakan histeroskopi, laparoskopi, maupun laparotomi operatif, bergantung pada indikasi masing-masing subyek. Pada masing-masing sampel kemudian dilakukan pengukuran kadar ekspresi microRNA-10b, microRNA-let-7a, E-Cadherin, serta KRAS. Hasil : Terdapat perbedaan signifikan ekspresi E-Cadherin antara kelompok adenomiosis dan non-adenomiosis (P=0,001). Sementara itu tidak ditemukan perbedaan signifikan pada ekspresi microRNA-10b, microRNA-let-7a, dan KRAS antara kedua kelompok. Uji korelasi menunjukkan korelasi negatif lemah antara ekspresi microRNA-let-7a dengan KRAS pada kelompok non-adenomiosis (R=-0.287; P=0.3), namun tidak pada kelompok adenomiosis. Terdapat korelasi negatif lemah antara ekspresi microRNA-10b dengan E-Cadherin pada kedua kelompok sampel. Kesimpulan : Terdapat perbedaan signifikan pada ekspresi E-Cadherin antara kelompok adenomiosis dan non-adenomiosis. Terdapat korelasi negatif lemah antara ekspresi microRNA-let-7a dengan KRAS pada kelompok non-adenomiosis. ......Introduction : Adenomyosis is a benign gynecologic disorder with incidence estimation up to 20%. This condition is strongly associated with chronic pelvic pain and infertility. Until now, treatments of this disorder are limited to symptomatic relief using painkillers, hormonal therapy, and surgical procedure. But these treatments come with significant side effects and are contraindicated for women planning to conceive. One of the therapeutic options currently being developed is microRNA. It has been known previously that there is a decrease in the expression of E-Cadherin in adenomyosis patients. And one of the factors that regulates E-Cadherin is microRNA-10b. In addition, microRNA-let-7ahas been discovered to affect KRAS gene expression, and it is dysregulated in various conditions with abnormal proliferation, such as in conditions of malignancy. Purpose : The purpose of this study is to observe the correlation between expression of microRNA-10b and E-Cadherin, microRNA-let-7a and KRAS, in endometrial tissue of adenomyosis and non-adenomyosis patients. Design : Cross-sectional study using comparative and correlation analytic. Materials and Methods : Samples were collected from 31 women at gynecology and fertility clinic in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Subjects are categorized into two groups, adenomyosis group with 17 subjects, and non-adenomyosis group with 15 subjects. Samples were taken through hysteroscopy, laparoscopy, or laparotomy, depending on the procedure indications for each subject. The expression of microRNA-10b, microRNA-let-7a, E-Cadherin, and KRAS then analyzed from each sample. Result : A significant difference was found in E-Cadherin expression between adenomyosis and non-adenomyosis groups (P=0.001). No significant differences were found in the expression of microRNA-10b, microRNA-let-7a, and KRAS between the two groups. A weak negative correlation was found between the expression of microRNA-let-7a and KRAS in non-adenomyosis group (R=-0.287; P=0.3), but not in adenomyosis group. A weak negative correlation was found between the expression of microRNA-10b and E-Cadherin in both groups. Conclusion : In this study we observed significant difference in E-Cadherin expression between adenomyosis and non-adenomyosis groups; a weak negative correlation between the expression of microRNA-let-7a and KRAS in the non-adenomyosis group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita
Abstrak :
Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa (KSS) lidah merupakan kanker rongga mulut (KRM) yang paling banyak ditemukan. Diseksi leher dikerjakan bersamaan dengan eksisi luas tumor karena tingginya angka occult metastasis yaitu sebesar 30% pada kelenjar getah bening (KGB) leher yang secara yang klinis tidak teraba (N0). Berdasarkan penelitian sebelumnya penanda epitelial E-cadherin dan penanda sel punca kanker CD44 dapat digunakan sebagai alat diagnostik prabedah untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami metastasis KGB sehingga dapat menjadi salah satu modalitas yang membantu ahli bedah dalam mengambil keputusan tipe diseksi leher yang akan dikerjakan agar memberikan manfaat terbaik bagi pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi E-cadherin dan CD44 dengan metastasis KGB leher pada KSS lidah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KSS lidah tanpa metastasis jauh, dilakukan operasi eksisi luas tumor dan diseksi KGB leher, dan blok parafin yang layak diperiksa. Data sosiodemografi dan klinikopatologis diambil dari rekam medis. Pewarnaan imunohistokimia dengan E-cadherin dan CD44 dilakukan pada jaringan KSS lidah yang sudah terdapat di blok parafin tersimpan kemudian tingkat ekspresi E-cadherin dan CD44 dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah sesuai kepustakaan. Analisis statistik dilakukan dengan program SPSS 24.0. Hasil: Didapatkan 30 dengan 15 subjek KSS lidah dengan metastasis KGB dan 15 subjek tanpa metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi E-cadherin dengan metastasis KGB (p=0.000) dan terdapat hubungan yang bermakna antara CD44 dengan metastasis KGB (p=0.003). Kesimpulan: Ekspresi E-cadherin yang rendah dan CD44 yang tinggi memiliki hubungan bermakna dengan metastasis KGB pada KSS lidah. ......Background: Squamous cell carcinoma (SCC) of the tongue is the most common oral cavity cancer. Neck dissection was done simultaneously with wide excision of the tumor because of occult metastases high rate (about 30%) in clinically non-palpable neck lymph nodes (N0). Based on previous research, the epithelial marker E-cadherin and cancer stem cell marker CD44 could be used as pre-surgical diagnostic tools to identify patients who have lymph node metastases so that it could be a modality that helps surgeons in making decisions about neck dissection type to be performed to provide the best benefit for patients. Objective: To evaluate the association between E-cadherin and CD44 expressions and neck lymph node metastasis in SCC of the tongue. Methods: This research was an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were patients with SCC of the tongue without distant metastases, post wide excision of the tumor with neck lymph node dissection, and eligible paraffin block for examination. Sociodemographic and clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed with E-cadherin and CD44 from stored paraffin blocks, then the expression levels of E-cadherin and CD44 were grouped into high and low according to the literature. Statistical analysis was conducted with SPSS 24.0. Results: Thirty samples of SCC of tongue were collected, consist of 15 subject with neck lymph node metastasis tongue and 15 subject without neck lymph node metastasis. From data analysis, a significant difference was found between E-cadherin and CD44 expressions with neck lymph node metastasis (p value was 0.000 and 0.003, respectively). Conclusion: Low expression of E-cadherin and high expression of CD44 was significantly associated with the occurence of neck lymph node metastasis in SCC of the tongue.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Made Parulian
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Kanker kandung kemih ditandai dengan tingkat rekurensi dan progresivitas yang tinggi. E-cadherin berfungsi sebagai salah satu molekul terpenting yang mengambil bagian dalam aderensi sel-sel epitel, menunjukkan penghambatan perkembangan sel tumor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi E-cadherin dengan progresivitas kanker kandung kemih selama 3 tahun. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang melibatkan pasien kanker kandung kemih di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Diagnosis kanker kandung kemih dikonfirmasi oleh pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia antara 2011-2018, dengan penilaian dan stadium ditentukan oleh ahli uropatolog dan urolog onkologi. E-cadherin diperiksa melalui pemeriksaan imunohistokimia pada saat diagnosis. Data demografi, invasi jaringan otot, stadium klinis, derajat, metastasis, multifokal, dan kekambuhan diperoleh dari rekam medis dan laporan patologis. Hubungan ekspresi E-cadherin dengan invasi otot dan kanker kandung kemih invasi non-muskuler dievaluasi dan dianalisis secara statistik. Data kelangsungan hidup pasien ditindaklanjuti melalui komunikasi telepon. Hasil: Empat puluh pasien kanker kandung kemih dengan usia rata-rata 60,05 ± 10,3 tahun menjadi subyek penelitian. Sebagian besar subjek memiliki ekspresi E-cadherin yang tinggi (85%), invasi otot (65%), derajat tinggi (65%), tanpa metastasis (87,5%), multifokal (65%), tanpa rekurensi (62,5%). Ekspresi E-cadherin yang lebih rendah diasosiasikan dengan stadium klinis kanker kandung kemih yang lebih tinggi (p <0,02) dan metastasis (p <0,001). Pasien dengan ekspresi E-cadherin rendah menunjukkan kelangsungan hidup kumulatif yang lebih buruk daripada yang tinggi (rata-rata 32 bulan vs 25 bulan, p = 0,13). Kesimpulan: Kadar E-cadherin yang rendah dikaitkan dengan risiko invasi otot yang lebih tinggi, stadium klinis, derajat histologis, dan risiko metastasis. Sementara itu, pasien dengan tingkat E-cadherin yang tinggi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tiga tahun yang lebih baik. ......Introduction: Bladder cancer is characterized with high recurrence and progressivity. E-cadherin serves as one of the most important molecules partaking in the epithelial cells cell-to-cell adherence, suggested to inhibit tumor cells progression. This study aims to investigate the association between the E-cadherin expressions with bladder cancer progressiveness in 3 years. Methods: This study was a retrospective cohort study involving bladder cancer patients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Diagnosis of bladder cancers confirmed by histopathological and immunohistochemistry examination between 2011–2018, with both grading and staging determined by uropathologists and uro-oncologists. E-cadherin was examined through immunohistochemistry examination at the time of diagnosis. Data on demography, muscle invasion, clinical staging, grade, metastasis, multifocality, and recurrence were obtained from medical records and pathology reports. The association of E-cadherin expression to muscle invasion and non-muscle invasion bladder cancer was evaluated and statistically analyzed. Patients survival data were followed up by phone. Results: Forty bladder cancer patients with mean age of 60.05 ± 10.3 years were included. Most subjects had high E-cadherin expression (85%), muscle invasion (65%), high grade (65%), no metastasis (87.5%), multifocality (65%), no recurrence (62.5%). Lower expression of E-cadherin was associated with higher clinical stage (p <0.02) and metastasis (p <0.001). Patients with low E-cadherin expression showed worse cumulative survival than the high one (mean 32 months vs 25 months, p = 0.13). Conclusion: Low level of E-cadherin was associated with higher risk in muscle invasion, clinical staging, histological grade and risk of metastasis. Meanwhile, patients with high level of E-cadherin showed better three-year survival rate
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Andralia Kartolo
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Trombositosis pada pasien kanker payudara KPD diduga berkontribusi pada penyebaran dan sifat invasi sel punca kanker payudara. Modifikasi lingkungan mikro tumor dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas terapi anti kanker. Belum diketahui apakah platelet derived growth factor PDGF -AB dalam lisat trombosit LT juga berperan terhadap cancer stem cell CSC payudara CD24-/CD44 .Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek LT dan PDGF-AB didalamnya sebagai lingkungan mikro tumor pada proliferasi dan sifat invasi sel punca kanker payudara CD24-/CD44 yang ditandai dengan kadar matrix metalloproteinase-9 MMP-9 dan epithelial-cadherin E-cadherin . Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental pada kultur sel punca KPD yang diberi LT dari pasien KPD dan donor sehat. Darah semua donor dilakukan pemeriksaan hematologi dan diproses untuk mendapatkan platelet rich plasma PRP . Jumlah trombosit per ?L PRP setiap donor dihitung. PRP diproses untuk mendapatkan LT. Kadar PDGF-AB LT diukur. LT 0,01 ditambahkan ke dalam medium dulbecco rsquo;s modified eagle rsquo;s medium DMEM -F12 untuk kultur sel punca KPD. Setelah inkubasi 48 jam, total jumlah sel, population doubling time PDT dan viabilitas sel dihitung dan dinormalisasikan terhadap nilai kontrolnya. Ekspresi MMP-9 dan E-cadherin dipilih sebagai penanda biologi sifat invasi dan diukur dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay ELISA . Jumlah total sel, PDT, viabilitas sel, kadar MMP-9 dan E-cadherin dibandingkan antara pasien KPD dan donor sehat lalu dianalisis korelasinya dengan jumlah trombosit dan kadar PDGF-AB dalam lisat trombosit. Hasil: Jumlah trombosit dan kadar PDGF-AB dalam LT pasien KPD lebih tinggi dibandingkan LT donor sehat, keduanya dengan nilai p=0,02. LT pasien KPD memicu proliferasi sel punca KPD lebih baik dibandingkan LT donor sehat p
ABSTRACT
Background Thrombocytosis in breast cancer BC patient is supposed to play a role in the invasiveness of breast cancer stem cells. Modification of tumor microenvironment was proposed to increase the efficacy of anticancer therapy. Aim This study aimed to analyze the effect of platelet lysate PL as well as its platelet derived growth factor PDGF AB content as a tumor microenvironment on the CD24 CD44 breast cancer stem cell BCSC proliferation and invasiveness. Methods This experimental study treated BCSC culture with PL from BC patients or healthy donors. Venous blood from all donors were subjected to hematology test and processed to obtain PRP. Platelet counts in PRP were determined. PRP was processed to obtain PL. PDGF AB contents in PL were measured. PL 0.01 was supplemented into dulbecco rsquo s modified eagle rsquo s medium DMEM F12 medium and used for culturing the CD24 CD44 BCSCs . After 48 hours, total cell count, population doubling time PDT , and cell viability were calculated and normalized to its control. Matrix metalloproteinase 9 MMP 9 and E cadherin was used as biological marker for CSC invasiveness and measured by enzyme linked immunosorbent assay ELISA method. Total cell count, PDT, cells viability as well as MMP 9 and E cadherin levels between BCSC, healthy donor platelet lysate and control group were compared and their correlation with platelet count in PRP and PDGF AB levels in platelet lysates were analyzed. Results Platelet counts and PDGF AB levels were higher in BC patient PL compared to healthy donor group, both with a p value of 0.02. BC patient PL could stimulate the proliferation of BCSCs higher than healthy donor PL p
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library