Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wulandari
Abstrak :
Dalam menganalisis suatu pondasi tiang pancang yang menerima beban lateral, di samping memperhitungkan daya dukung tiang harus juga memperhatikan aspek geotekniknya, yaitu sifat-sifat dan perilaku tanah yang menerima beban lateral. Penelitian dilakukan untuk mengetahui defleksi dan momen lentur grup tiang di tanah lempung ketika menerima beban horisontal statis pada kepala tiang yang kondisinya terjepit (fixed head). Lokasi penelitian diambil dari dua buah gedung di daerah DKI Jakarta, yaitu Gedung Kondominium Tanjung Duren dan Gedung IKPT. Kedua bangunan tersebut didesain dengan menggunakan tiang pancang, di mana pada Kondominium Tanjung Duren tiang dikategorikan sebagai tiang pendek, dan pada Gedung IKPT tiang dikategorikan tiang panjang. Penelitian defleksi tiang dilakukan dengan menggunakan teori elastis Poulos dan program Florida Pier. Sedangkan momen lentur diteliti dengan menggunakan teori elastis Poulos, program Florida Pier, dan formulasi Ilyas. Beban lateral diberikan sebanyak lima kali dengan beban pertama didasarkan pada hasil perhitungan kapasitas lateral hang masing-masing proyek. Besarnya beban lateral setiap hasil perhitungan dari Kondominium adalah 6 ton. Sedangkan dan gedung IKPT adalah 7 ton per tiang. Teori elastis Poulos tidak memperhitungkan shadowing effect karena nilai defleksi dan momen lentur tiang lead dan rear adalah sama. Sedangkan menurut program Florida Pier, defleksi tiang rear lebih besar daripada tiang lead, dan momen lentur tiang lead lebih besar daripada tiang rear. Shadowing effect juga terlihat dalam formulasi liyas, karena besaran momen lentur tiang lead kedua grup bangunan mengecil dibandingkan dengan tiang tunggal. Semakin banyak jumlah tiang daiam grup, semakin kecil nilai momen lentur yang ditahan setiap tiang. Kurva defleksi-beban lateral dari teori elastis Poulos dan program Florida Pier berbentuk tinier, Begitu juga dengan kurva momen lentur-beban lateral teori elastis Poulos, Florida Pier, dan rumus llyas berbentuk linier. Nilai defleksi tiang pendek teori elastis lebih kecil dari Florida Pier, sedangkan pada tiang panjang teori elatis lebih besar dari Florida Pier. Momen lentur formulasi Ilyas adalah nilai momen terbesar, diikuti Florida Pier, dan teori elastis Poulos.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Labibah Ufarah
Abstrak :
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa flexible housing merupakan sebuah solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh housing, seperti bagaimana agar penggunaan ruang yang tersedia untuk hunian dapat digunakan secara maksimal. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu latar belakang apa yang sebenarnya memunculkan prinsip flexible housing tersebut, kemudian faktor-faktor apa yang mempengaruhi penggunaannya, dan juga jenis-jenis penerapannya. Skripsi ini membahas dua jenis hunian berbeda yang keduanya berlokasi di Kota Jakarta, tetapi memiliki keadaan sosial dan fisik lingkungan yang berbeda. Dengan perbedaan tersebut, dapat dilihat bagaimana konteks kedua hunian yang berbeda dapat mempengaruhi penerapan flexible housing dengan penekanan yang berbeda pula. ...... A number of experts believe that flexible housing is a right solution to the problems faced by housing, such as how the available spaces can be utilized with the highest efficiency. This thesis aims to seek the background that triggered the introduction of flexible housing, the factors influencing the use of this principle, and also the types of flexible housing application. This thesis discusses two different housing types located in the City of Jakarta which have different social and physical environments. With those distinctions, we can see how two different housing contexts could affect the means how flexible housing could be applied with different emphases.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qanitan Aryun
Abstrak :
ABSTRAK<>br> Dalam aktivitasnya manusia menciptakan titik referensi sebagai titik di mana mereka kembali setelah mereka mencapai tujuannya. Pemaknaan terhadap titik referensi ini akan menghadirkan persepsi home sebagai makna hunian karena titik referensi adalah tempat di mana manusia berhuni atau secara fisik, rumah. Berpindahnya manusia dalam skala yang lebih besar dapat mempengaruhi bagaimana ia mempersepsikan titik referensinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembentukan makna hunian pada manusia yang melakukan perpindahan negara dilihat dari bagaimana mereka mengadaptasikan ruang berhuninya, interpretasi privasi, identitas dan familiaritas terhadap ruang berhuninya dan persepsi mereka pada tanah air sebagai perluasan dari makna hunian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna hunian yang terbentuk adalah perkembangan dari gagasan mengenai makna hunian yang telah mereka miliki di negara asal. Mereka membawa gagasan ini ketika mereka pindah dan mengadaptasikannya dengan tempat mereka menetap saat ini. Pembentukan ini sangat dipengaruhi oleh ikatan sosial di mana dalam hal ini, kedua subyek telah melakukan pernikahan dengan warga negara Indonesia.
ABSTRACT<>br> During their activities mens created points of reference as points of return after they had reached their destinations. How mens perceived their points of reference would build their perception of home because point of reference is the place where mens dwell or phisically, house. The migration of mens in a wider scale could affect how they perceived their point of references. The purpose of this study is to understand the ideas of home for mens who migrated to different countries, perceived from how they adapted their dwelling space, how they interpreted privacy, identity and familiarity in their dwelling space and their perception to homeland as the extension of home. Case study shows that the ideas of home which was built in the new country is the development from the ideas of home that the subjects had back in their original countries. The subjects brought these ideas when they migrated and adapted it with the space they are currently living. The way the ideas of home built was highly affected by deep social bond that was created by the subjects who married Indonesian citizen.
2015
S69959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Ratih Purnamasari
Abstrak :
Kekontrasan antara kehakikian gagasan dan sifat sementara wujud merupakan sebuah isu yang diangkat dalam penulisan ini. Manusia melalui pengalaman hidupnya berupaya memenuhi kebutuhan dasar. Keterkaitan ini mendorong keberadaan gagasan. Sedangkan ketersediaan bahan, serta kemampuan manusia mengolah dan mengonstruksinya membantu proses pemenuhan kebutuhan tersebut, di sini terjadi perwujudan sebagai sebuah penggalan proses dari pengejawantahan gagasan yang hakiki menuju wujud yang sementara.

Konsep menghuni bagi masyarakat Hindu Bali mampu menjelaskan pemahaman wujud sebagai media sementara untuk mencapai mutu kehidupan yang hakiki. Masyarakat Desa Adat Penglipuran, Kabupaten Bangli, memiliki keunikan tersendiri di Pulau Bali. Peran desa adat dinas Penglipuran sebagai tujuan wisata dibalik indentitasnya sebagai desa adat Bali Aga mendorong masyarakat untuk mementingkan tata adat bersama dalam menjalankan dharma. Selama masyarakat Penglipuran mementingkan tata adat bersama ini, maka akan memudahkan pemahaman mengenai pengalaman hidup manusia dalam mendorong keberadaan gagasan.

Pergeseran kemampuan gagasan dalam memelihara mutu kehidupan memang terjadi pada kasus desa adat ini, hal ini terkait dengan peran desa adat dinas dan identitas Bali Aga pada desa Penglipuran. Sebesar atau sekecil apapun pergeseran itu terjadi merupakan indikasi untuk menilai mutu pengejawantahan gagasan menjadi wujud. Keberhasilan suatu rangkaian proses keterbangunan, termasuk keberadaan gagasan dan kehadiran wujud, terletak pada keberhasilan pemeliharaan mutu yang sesuai dengan kehidupan masyarakat bersangkutan.
This contrast between the eternal idea and temporal built form acts as the central issue of writing. Human dwelling in this universe has a strong willingness to fulfill their needs. Those compact bounds force the existence of a particular eternal idea. On the other hand, the provided materials and things on earth, as well as the rites of constraction by man, all of them support the process to fulfill human needs and desire. Along this process of modifying, the presence of a temporal thing should be shaped.

Balinese dweliing concept is a picture to vigorously illustrate a built form as temporal media to achieve the eternal quality of life. The people living in traditional village of Penglipuran, Bangli, Bali Island, are distinctive among other Balinese living. This village plays its role under the government as a tourism object, but it is far beyond its identity as Bali Aga culture. This figure of contrast puts the Penglipuran people to share custom?s value as dharma. As long as they share the same value as society preference, it is then very helpful and easier to make a clear understanding that the existence of idea is forced directly from human?s life experience.

The change of idea?s power to preserve the quality of life is happened, particularly on the case of Penglipuran traditional village. It relates to the contrast of village?s role under the government and as Bali Aga culture. Those change acts as indication to give a value on the process of constructing idea into built form or shape. Essentially, a good process of construction including the existence of idea and presence of built form is laid on preserving contextual qualitiy among the society itself.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48410
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Ivannal Hakim
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap kehadiran Pasar Cepit-tempat jual-beli yang meruang di tengah-tengah kampung di Kota Magetan, Jawa Timur. Pasar Cepit dapat dipahami sebagai fenomena kotadesasi di Magetan ?sebuah kota yang sebelumnya didominasi oleh bidang pertanian, namun kini berubah menjadi kota-desa. Salah satu kegiatan urban tertentu yang akan difokuskan pada dalam penelitian ini adalah mengenai kegiatan perdagangan, yaitu bertahannya pasar tradisional di tengah-tengah upaya pembangunan pasar modern yang formal di lokasi tersebut yang dibangun oleh pemerintah setempat. Penelitian difokuskan pada pembentukan Pasar Cepit, mengapa Pasar Cepit tetap bertahan di tengah skema baru kegiatan perdagangan yang diadakan oleh pemerintah setempat? Bagaimana Pasar Cepit meruang sepanjang gang kampung? Grounded theory dipilih sebagai pendekatan penelitian studi ini untuk mengungkapkan fenomena spasial di Pasar Cepit. Temuan menunjukkan bahwa hubungan antara aktor yang terlibat dalam Pasar Cepit bersifat resiprokal ?meskipun perbedaan mereka dalam hal kepentingan ?dapat diungkap sebagai penyebab hadirnya Pasar Cepit. Kehidupan yang harmonis dan sejahtera di Pasar Cepit kemudian dapat disimpulkan sebagai makna bermukim (dwelling). Di sisi lain, Pasar Cepit selalu dicap sebagai pasar informal di sepanjang kehadirannya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Pasar Cepit merupakan salah satu aspek penting dari ruang daur hidup bagi warga di Kota Magetan. Kemandirian orang-orang di Pasar Cepit dalam menyelenggarakan ruang mereka membuat Pasar Cepit tetap hadir dan bertahan.
ABSTRACT
The aim of this study is to uncover the existence of Pasar Cepit ?a trading place that takes place in kampung in the center of the Magetan, East Java. Pasar Cepit can be conceived as kotadesasi phenomenon in Magetan that was previously an agricultural dominant, is now transforming into kota-desa. One particular urban activity that will be focused on in the research is that of retail, namely, on the persistence of traditional marketplace despite the redevelopment of formal modern market on the same site built by the local government. The research focus on the formation of Pasar Cepit, why it perseveres despite a new scheme of retail proposed the local government? How it develops along the kampung gang or alley? Grounded theory is chosen as the research approach of this study to reveal the spatial phenomena in Pasar Cepit. Findings show that the relationship between the actors that involve in Pasar Cepit is reciprocal ?despite their differences in terms of interest ?can be revealed as the cause of Pasar Cepit‟s persistence. Harmonious and prosperous life in Pasar Cepit then be able to be summed up as meaning of dwelling. On the other hand, Pasar Cepit is always labeled as informal marketplace along its existence. But it can not be denied that Pasar Cepit is one of important aspects of human life-cycle space in the city of Magetan. The independency of people in Pasar Cepit in preserving their space makes Pasar Cepit remains exist.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Ivannal Hakim
Abstrak :
Penelitian ini mengenai fenomena bertempat tinggal yang dilakukan oleh beberapa migran Jawa di Balikpapan. Mereka merupakan migran muda berstatus lajang dan kerabat mereka masing-masing yang tergabung dalam unit rumah tangga. Penelitian ini bertujuan memahami fenomena tersebut sebagai persoalan housing dalam keilmuan Arsitektur. Penelitian ini melihat housing sebagai keragaman dan kompleksitas serta memperhatikan aspek mikro kehidupan manusia dan serta dimensi sosio-kultural kehidupan manusia. Hal ini diselami melalui ragam rumah tangga dan keluarga serta tahapan kehidupan manusia. Penelitian ini menyandarkan diri pada perspektif yang melihat rumah sebagai kehadiran, dengan menginvestigasi keberadaan manusia pelakunya serta menguak ide bertinggal mereka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan khususnya Grounded Theory. Pelaku menamai kegiatan bertinggal ini sebagai “nderek” dan dapat dilihat sebagai koresidensi. Namun “nderek” berbeda dengan varian ko-residensi lainnya pada poin jenis hubungan kekerabatan, wujud dukungan antara kerabat tersebut, dan sutau tahap kehidupan tertentu. “Nderek” merupakan kegiatan merumah dan persoalan bermukim, yang secara khusus mengacu pada ide mukim (dwelling) menurut Heidegger. “Nderek” sebagai dwelling memuat pemahaman bahwa melalui sorge (care) –suatu karakteristik mendasar dari dwelling yang dalam hal ini adalah saling berbagi antar kerabat dalam pengasuhan anak muda menuju “mentas” –para aktor tidak menghadirkan dwelling yang meruang secara terikat di satu lokasi geografis saja, melainkan pada rentangan keterhubungan dan keterbukaan antara dua rumah dan dua daerah. ......This research is about housing phenomenon conducted by some Javanese migrants in Balikpapan. They are young single migrants and their respective relatives who are members of the household unit. This study aims to understand this phenomenon as a housing problem in architecture. This study sees housing in diversity and complexity and pays attention to micro aspects and the socio-cultural dimensions of human life. This is explored through the variety of households and families as well as the life courses. This research relies on a perspective that sees the house as an existence, by investigating the existence of the human actors and uncovering their idea of housing. This research employs qualitative research methods and specifically Grounded Theory. The actors name this activity as “nderek” and it can be seen as a coresidency. However, “nderek” differs from other co-residency variants in terms of the type of kinship relationship, the form of support between these relatives, and a certain stage of life. “Nderek” is a housing and also dwelling, which specifically refers to the idea of dwelling according to Heidegger. “Nderek” as a dwelling conveys understanding that through sorge (care) – a fundamental characteristic of dwelling, as in this case is sharing between relatives in nurturing young people towards “mentas” – the actors do not present dwelling that is bounded in one geographic location, but on the gamut of connectedness and openness between two houses and two areas.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Putri Anisti
Abstrak :
Manusia merupakan makhluk yang terus menerus berkembang, terutama dari segi pengetahuannya. Dari masa ke masa manusia selalu berusaha untuk menciptakan hal baru yang memudahkan kehidupan mereka. Sama halnya dengan manusia, arsitektur sebagai wadah bagi mannusia pun turut berkembang mengikuti segala macam perubahan, baik dari segi sosial maupun estetika. Modernity muncul ditandai oleh perkembangan sosial masyarakat, teknologi, dan industri. Pada masanya, dwelling, sebagai kebutuhan paling dasar mengalami perubahan. Skripsi ini mencoba mengkaji mengenai kontroversi makna dwelling dan kebutuhan manusia di era modern serta bagaimana arsitektur mewadahi dwelling sebagai home di era modern. Pada akhirnya, setting yang appropriate akan menjadi hal yang paling utama. ......Human is a being that keeps developing from time to time, especially their knowledge. From time to time human always try to create something new which will help them doing their everyday life and make it easier. Same thing with human, architecture as a ‘container’ for human activity also develops following all kinds of changes, in terms of social and aesthetic. Modernity was marked by the changing of society, technologies, and industries. At the time, dwelling, as a fundamental needs also changed. This thesis is studying the controversy of the real meaning of dwelling and the human needs in this modern era, also how architecture mediates dwelling as home in modern era. In the end, appropriate settings will be the most important thing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budianastas Prastyatama
Abstrak :
When discussing Emily Dickinson’s sense of dwelling, one cannot help but relate it to Heidegger’s proposition of dwelling. While Dickinson emphasizes thepossibilities of life, this symposia essentially proposes dwelling in a Heideggerian sense. The relation between both ideas plays an important role in achieving in the realm of the material dwelling equal possibilities in the realm of the mind. Heidegger proposed that “dwelling” is the evidence of human existence, and that “building is really dwelling” through which it is humanity’s very act of being. While adwelling’s fundamental character is to spare and to preserve, arguing that “dwelling in (im)possibilities” truly asks a fundamental question of a building as both an object and an act, materially constructed and accomplished in the present time. It asks whether it is (im)possible that the act of building and the building itself still retain the character and role of preserving the primal fourfold of humanity’s existence through the materiality of a constructed building.This paper proposes a channel of possibilities to answer these questions through material studies with insights and knowledge in the realm of (building) construction, since it is through materials that a building is made possible to come into existence as a signifier of humankind. Material studies provide the possibilities for delivering the estranged conceptual dwelling into communion with the physical realities of modern humanity, reuniting it to the building.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:6 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suriadi
Abstrak :
Terlepas dari berhasil tidaknya upaya-upaya pembangunan yang telah berlangsung hingga saat ini, terlihat adanya indikasi peningkatan populasi penduduk lanjut usia di Indonesia. Peningkatan penduduk lansia pada suatu saat akan patensial melahirkan permasalahan-permasalahan baru. Kekhawatiran terhadap munculnya permasalahan tersebut dilatar belakangi adanya perubahan struktur dan fungsi keluarga. Perubahan keluarga dari mended family ke rut clear family dikhawatirkan akan membuat keluarga tidak mampu lagi berfungsi sebagaimana sebelumnya, termasuk fungsi untuk merawat lansia. Untuk menetralisir adanya disfungsi keluarga diperlukan lembaga ham yang dapat mensubstitusi fungsi keluarga sebelumnya, misalnya melalui sarana pelayanan dan perawatan yang dapat dijadikan tempat tinggal pada masa lansia nanti, baik yang berbasiskan keluarga, berbasiskan masyarakat maupun yang berbasiskan lembaga. Sedangkan model pelayanan dan perawatan yang ingin dikembangkan, apakah itu yang berbasiskan lemhaga (panti) ataupun lembaga pendamping yang membantu para lansia yang tinggal di rumah sendiri atau atak sangat tergantung pada kondisi sosial budaya dan ekonomi penduduk. Oleh karena itu data mengenai preferensi tempat tinggal (pola pelayanan dan perawatan) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya penting diketahui.

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan memfokuskan pada preferensi tempat tinggal pada masa lanjut usia masyarakat di Kotamadya Medan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan populasi penelitian adalah para lanjut usia yang ada di Kotamadya Medan dengan menetapkan batasan usia lansia antara 55 - 64 tahun (the young old). Pemilihan sampel dilakukan dengan cara bertahap, yaitu pengambilan area sampel dengan teknik cluster random sampling, dan terpilih 3 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kotamadya Medan. Sedangkan tahap berikutnya menentukan respanden sebagai unit analisis dengan teknik purposive sampling. Besar sampel yang ditetapkan adalah 10 % dari jumlah lanjut usia yang ada dimasing-masing area penelitian yang terpilih, dan didapat jumlah sampel sebanyak 155 sebagai unit analisisnya. Pengumpulan data dilakukan dengan alat bantu kuesioner dan dipadukan dengan hasil wawancara. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis tabel tunggal dan tabel silang serta penggunaan tes statistik Lambda untuk mengetahui faktor-faktor preferensi tempat tinggal (pelayanan dan perawatan) pada masa lanjut usia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum responden lebih senang hidup secara mandiri atau hidup di rumah sendiri. Hal ini didasarkan atas keinginan mereka untuk tidak merepotkan orang lain. Terhadap bentuk pelayanan dan perawatan yang berbasiskan keluarga (family-based), model yang diinginkan responden adalah Santunan Keluarga dan Paket Bantuan Usaha Produktif. Untuk pola pelayanan dan perawatan yang berbasiskan masyarakat (community-based), bentuk atau model yang diinginkan adalah Pusat Pelayanan Lansia. Sedangkan bentuk pelayanan dan perawatan yang berbasiskan lembaga (institutional-based), responden lebih senang terhadap Rumah Sakit Lansia. Dari hasil tes statistik yang dilakukan dengan menggunakan Lambda diketahui bahwa secara umum preferensi tempat tinggal Pola pelayanan dan perawatan pada masa lansia tidak dipengaruhi oleh faktor status perkawinan, jenis kelamin, dan status pekerjaan responden. Hanya variabel agama yang dianut responden yang menunjukkan pengaruhnya, walaupun pengaruhnya sangat lemah. Dalam konteks penelitian ini, tidak adanya hubungan antara berbagai faktor di satu sisi dan memmjukkan hubungan yang sangat lemah di sisi lain terhadap preferensi tempat tinggal pada masa lanjut usia mungkin disebabkan informasi mengenai pola pelayanan dan perawatan yang dapat dijadikan tempat tinggal, lembaga-lembaga lanjut usia maupun faktor-faktor yang berkaitan dengan persoalan lanjut usia jarang dibicarakan. Sehingga pengetahuan mengenai persoalan lanjut usia terasa masih sangat kurang dan benar kemungkinannya informasi mengenai poly pelayanan dan perawatan yang dapat dijadikan tempat tinggal pada masa lanjut usia belum diketahui secara pasti dan benar.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahanie Rasyidin
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini menganalisis mengenai hubungan perbaikan proses pre-clearance di pelabuhan Tanjung Priok terhadap penurunan dwelling time. Hasil yang diperoleh adalah ada hubungan yang signifikan antara lama perekaman izin dan lama pengurusan PIB terhadap proses pre-clearance suatu peti kemas. Perekaman izin dilakukan yang dilakukan oleh INSW sebagian besar dilakukan sebelum barang datang sebelum stacking time sebesar 92,55 dari keseluruhan sampel sebanyak 1141 kontainer. Sedangkan pengurusan dokumen perizinan saat barang datang di pelabuhan sebesar 6,31 dan pengurusan dokumen sesudah barang tiba di pelabuhan sebesar 1,14 . INSW melakukan perbaikan ndash; perbaikan untuk meningkatkan pelayanan demi mengurangi waktu pre-clearance yang pada akhirnya akan mengurangi dwelling time di pelabuhan.
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the relationship between improved pre clearance process and decreased dwelling time in Tanjung Priok harbor. A result, there is a significant relation between the time needed for recording the license and also the time for submitting the PIB form in pre clearance process. The time needed for recording the license done by INSW mostly before stacking time which is about 92,55 from the sample at 1141 container. Meanwhile when the container arrived at the harbor about 6,31 and 1,14 after the container arrived. INSW done a lot of improvement in the pre clearance process to decrease the dwelling time in harbor.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>