Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arga Patria Dranie Putra
Abstrak :
Awal abad ke 20 dapat dikatakan sebagai sebuah titik yang mengawali pergeseran budaya dan keterbangunan di Indonesia menuju modernitas. Sedikit banyak perubahan ini hadir bersama perubahan paradigma kolonialisasi Belanda yang berusaha mendahulukan kepentingan masyarakat Hindia. Hadir tokoh-tokoh berkebangsaan Belanda yang dieluhkan telah berempati dan lebih memihak kepada penduduk Hindia-Belanda. Dengan begitu, ada kemungkinan bahwa empati bangsa Belanda terhadap masyarakat Hindia memiliki andil dalam implementasi politik etis maupun keterbangunan yang terjadi di awal abad ke-20. Peran arsitek seperti Karsten dan Schoemaker dapat menggambarkan bagaimana subjektifitas dan hubungannya dengan manusia dapat mempengaruhi keputusan terhadap karakter arsitektur yang dapat mewakili Hindia Belanda. Dengan mengacu kepada teori empati yang telah di elaborasi, tesis ini mengkaji pembangunan dan keterbangunan yang terjadi selama awal abad ke-20 di Hindia Belanda. Penelusuran dan pemahaman akan berfokus terhadap individu-individu yang terlibat dalam praktek politik etis, dan memberikan perhatian terhadap subjektifitas dan tindakan yang dilakukan pihak Belanda. Riset akan dilakukan melalui studi presedenm, wawancara, serta observasi. Melalui kerangka yang telah di elaborasi, kemudian dapat dipahami apakah kehadiran empati terhadap masyarakat Hindia benar-benar hadir dan memberikan pengaruh terhadap bentuk baru kolonialisasi Belanda di Hindia Pada Awal Abad Ke-20. ......The beginning of the 20th century can be regarded as a point where cultural shift and development towards modernity in Indonesia began. More or less this change was present along with the paradigm shift of the colonialization of the Dutch who tried to prioritize the interests of the Indies community. Ethical Policy Present figures of Dutch who were complained for their empathy towards the population of the Dutch East Indies. Thus, there is a possibility that Dutches empathy towards Indies community has contributed to the implementation of ethical politics and the development in Dutch Indies that occurred in the early 20th century. The role of architects such as Karsten and Schoemaker can illustrate how subjectivity and its relationship with humans can influence decisions regarding architectural characters that can represent the Dutch Indies. By referring to the elaborated theory of empathy, this thesis examines the development that occurred during the early 20th century in the Dutch Indies. Research and Understanding will be focused on individuals who was involved in ethical political practices, attention also given to subjectivity and actions that were taken by the Dutch. The investigation will be done through precedent studies, Interviews & Observation. Through the elaborated framework, it can later be understood whether the presence of empathy for the Indies was truly present and had an influence on the new form of Dutch colonialism in the Indies in the Early 20th Century.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
KEZIA KURNIAWATI KOMALING
Abstrak :
Perempuan Indonesia di zaman kolonialisme Belanda tidak terlihat sebagai sebuah human being dengan hanya dijadikan ”penghibur” lelaki saja. Diawali dengan seorang Kartini, seorang perempuan Indonesia yang melihat perbedaan status perempuan di mata sosial, mengarahkan perempuan Indonesia lainnya kepada kongres kecil yang lambat laun berbuah pada naiknya taraf hidup perempuan di masyarakat. Bagaimana perjuangan wanita Indonesia pada masa itu dan apa saja yang telah dilakukan wanita Indonesia di tahun 1900-an? Dengan metode deskrtiptif analitis untuk menganalisis data mengenai kehidupan perempuan Indonesia masa kolonialisme ditunjang dengan teori emansipasi. Hasil analisis yang didapat berupa simpulan yaitu berhasilnya perjuangan yang dilakukan perempuan Indonesia kala itu. ......Indonesian women during Dutch colonialism did not seem to look like a human being and they only became a man’s ”another” woman. Started with Kartini, who saw Indonesian women’s status difference. She lead other Indonesian women to start a mini congress that evolved into an increasing status of women in society. How did those women fight and what did they achieve in the 1900? With analytical description method, I analyze the data about the life of Indonesian women during colonialism. The result of the analysis shows that Indonesian women had reached a better status, altough not equal yet, in the social life in that periode.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2014
N-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Faiqah Farras Syahirah
Abstrak :
Penelitian ini menelusuri bagaimana representasi nostalgia Hindia Belanda melalui memori kolektif pada program televisi ‘The Late Late Lien Show’, sebuah program televisi yang ditujukan untuk mengenang warisan budaya serta sejarah Hindia Belanda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana sensory inputs di dalam program ini berhasil menghidupkan memori kolektif yang mengaktifkan perasaan nostalgia Hindia Belanda di antara audiensnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis sensory inputs berdasarkan konsep nostalgia Routledge (2016) dan teori memori kolektif Halbwachs (1980). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ‘The Late Late Lien Show’ berhasil menciptakan sebuah narasi nostalgia Hindia Belanda dengan cara menghidupkan kembali memori tentang masa lalu Hindia Belanda melalui bahasa, interaksi antar pemain, dekorasi, pakaian, serta musik dan lagu. Penelitian ini memberikan kontribusi pada kesusastraan Belanda dengan memperlihatkan bagaimana elemen-elemen budaya dan sejarah Hindia Belanda yang diintegrasikan dalam narasi media populer dapat mengaktifkan nostalgia melalui memori kolektif. ......This research explores how Dutch East Indies nostalgia is represented through collective memory in 'The Late Late Lien Show', a television program aimed at remembering the cultural heritage and history of the Dutch East Indies. The purpose of this research is to reveal how the sensory inputs in the program succeed in bringing to life the collective memory that activates feelings of Dutch East Indies nostalgia among its audience. This research uses a qualitative descriptive method by analyzing the sensory inputs based on Routledge's (2016) concept of nostalgia and Halbwachs' (1980) collective memory theory. The results showed that 'The Late Late Lien Show' succeeded in creating a nostalgic narrative of the Dutch East Indies by reviving memories of the Dutch East Indies past through language, interaction between performers, decorations, clothing, and music and songs. This research contributes to Dutch literature by showing how elements of Dutch East Indies culture and history integrated into popular media narratives can activate nostalgia through collective memory.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library