Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuraini Oktaviani
Abstrak :
Latar belakang: Salah satu modalitas terapi yang digunakan untuk meningkatkan angka kesintasan hidup pasien kanker payudara adalah dengan pemberian kemoterapi neoadjuvan. Pada umumnya kemoterapi neoajuvan kanker payudara stadium lanjut lokal di RSCM menggunakan regimen doxorubicin based. Namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan kesintasan hidup lima tahun pasien kanker payudara lanjut lokal yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based dengan non-doxorubicin based di RSCM. Tujuan: Mengetahui angka kesintasan hidup lima tahun penderita kanker payudara stadium lanjut lokal yang diberikan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based dan non-doxorubicin based di RSCM tahun 2011 ndash; 2016. Metode: Sebanyak 236 pasien kanker payudara stadium lanjut lokal yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan di RSCM tahun 2011-2016 menjadi sampel dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan metode Kapplan Meier, uji Log Rank dan Cox Regreession. Hasil penelitian: Angka kesintasan hidup lima tahun pasien kanker payudara stadium lanjut lokal yang diberi kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based sebesar 37 dan non-doxorubicin based sebesar 48,9 . Pasien kanker payudara stadium lanjut lokal yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based memiliki probabilitas 1,38 kali lebih cepat terjadinya kematian 95 CI 0,946 ndash; 2,026 setelah dikontrol dengan variabel invasi pembuluh limfatik, respon klinis, stadium, radiasi, jenis histopatologi, grade, dan status menopause. Invasi pembuluh limfatik merupakan variabel dengan hazard ratio terbesar yaitu 4,74 95 CI 3,213 ndash; 7,284. Kesimpulan: Kemoterapi neoadjuvan non-doxorubicin based menunjukkan kesintasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based. ...... Background: One of the therapeutic modalities used to increase survival rates of breast cancer patients with neoadjuvan chemotherapy. In general, neoajuvan chemotherapy for locally advanced breast cancer at RSCM used a doxorubicin based regimen. But there has been no further study on the survival comparison of five years of locally advanced breast cancer patients who are neoadjuvan chemotherapy doxorubicin based or non doxorubicin based at RSCM. Objectives: This study is conducted for determine 5 years survival rate of locally advanced breast cancer who were given neoadjuvan chemotherapy doxorubicin based and non doxorubicin based at RSCM in 2011 2016. Methods: A total of 236 patients with locally advanced stage breast cancer who received neoadjuvan chemotherapy at RSCM in 2011 2016 were sampled in the study. Data analysis was perfomed by Kapplan Meier method, Log Rank and Cox Regreession analysis. Results: 5 years survival rate of locally advanced breast cancer patients given neoadjuvan doxorubicin based chemotherapy is 37 and non doxorubicin based is 48.9. Locally advanced breast cancer patients receiving neoadjuvan doxorubicin based chemotherapy had a 1.38 times faster probability of death 95 CI 0.946 2.026 after controlled by invasive variation of lymphatic vein, clinical response, stage, radiation, histopathology, grade, And menopausal status. Invasion of lymphatic vessels is the variable with the largest hazard ratio of 4.74 95 CI 3,213 7,284. Conclusions Neoadjuvan chemotherapy non doxorubicin based showed a higher survival than doxorubicin based for locally advanced breast cancer.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Suraduhita
Abstrak :
Latar Belakang: Penggunaan doksorubisin untuk terapi kanker masih menjadi pilihan utama karena terbukti poten.Namun, terjadinya resistensi pada sel kanker terhadap kemoterapi merupakan salah satu penghambat keberhasilan dari pengobatan ini. Sel punca kanker payudara berperan pada terjadinya resistensi terapi yang ditandai dengan adanya peningkatan ekspresi survivin. Survivin adalah protein bifungsional yang dapat menekan apoptosis dan mengatur pembelahan sel. Penelitian terbaru menyarankan untuk mengkombinasikan terapi kanker konvensional dengan senyawa aktif bahan alam untuk mencegah resistensi sel kanker terhadap kemoterapi seperti andrografolida. Oleh karena itu senyawa andrografolida diharapkan dapat digunakan sebagai kemosensitizer terhadap doksorubisin. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran andrografolida dalam mengatasi resistensi dan meningkatkan efektivitas doksorubisin pada sel punca kanker payudara melalui penekanan aktivitas survivin pada jalur apoptosis intrinsik. Metode: Sel punca kanker payudara (CD24-/CD44+) diberikan doksorubisin 0,1μM. Setelah 14 hari perlakuan maka dilakukan kombinasi doksorubisin 0,1μM dan andrografolida 0,285 mM hingga hari ke-22. Setiap 2 hari, sel dipanen dan dihitung dengan metode eksklusi trypan blue. Analisis ekspresi mRNA Caspase-9, Caspase-3, dan Survivin dilakukan dengan qRT-PCR, sedangkan uji apoptosis dilakukan dengan metode flow cytometry. Hasil: Pemberian doksorubisin tunggal dapat mengurangi viabilitas sel punca kanker payudara (CD24-/CD44+). Setelah 12 hari pemberian, viabilitas sel punca kanker payudara (CD24-/CD44+). dan ekspresi mRNA survivin meningkat, tetapi ekspresi mRNA caspase 9 dan caspase 3 ditekan. Sedangkan kombinasi doksorubisin dan andrografolida dapat menurunkan viabilitas sel punca kanker payudara (CD24- /CD44+) pada hari ke 16, sejalan dengan penurunan ekspresi survivin mRNA dan peningkatan ekspresi mRNA caspase-9 dan caspase-3. Kesimpulan: Andrografolida dapat berfungsi sebagai kemosensitizer untuk meningkatkan apoptosis intrinsik pada sel punca kanker payudara yang telah diberikan doksorubisin berulang. ......Background: Doxorubicin is still the main option for cancer treatment because it has proven to be effective. However, the resistance of cancer cells to chemotherapy is one of the obstacles to the success of this treatment. Breast cancer stem cells play a role in the development of treatment resistance, which is indicated by the increase in survivin expression. Survivin is a bifunctional protein that suppresses apoptosis and regulates cell division. Recent studies had suggested using additional substances to prevent cancer cell resistance to chemotherapy such as andrographolide. Hence, andrographolide compounds are expected to be used as chemosensitizer against the doxorubicin. This study aimed to analyze the role of andrographolide to overcome the resistance and improve the effectiveness of doxorubicin in human BCSC through suppressing survivin activity on the intrinsic apoptosis pathway. Method: BCSCs (CD24-/CD44+) were treated with 0.1μM doxorubicin. After 14 days of treatment, the cells were treated with a combination of 0.1μM doxorubicin and 0.285 mM andrographolide until the 22nd day. Every 2 days, the cells were harvested and counted by using the trypan blue exclusion method. The analysis of Caspase-9, Caspase-3, and Survivin mRNA expression was performed by using qRT-PCR, while apoptotic assay was done using flow cytometry. Result: The single treatment of doxorubicin could reduce BCSCs viability. After 12 days of treatment, the survivin mRNA expression was increased following BCSCs viability, but the caspase 9 and caspase 3 mRNA expressions were suppressed. Meanwhile, the combination of doxorubicin and andrographolide could decrease BCSCs viability on the 16th day, in line with the decreased expression of survivin mRNA, there was an improvement of caspase-9 and caspase-3 mRNA expression levels. Conclusion: Andrographolide could be considered as chemosensitizer to increase intrinsic apoptosis in breast cancer stem cells that given repeated doxorubicin administration.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Resti Fadhilah
Abstrak :
ABSTRAK
Hingga 2018 32.469 kasus kanker serviks diambil pada wanita Indonesia, perbedaan 17,2% dari total kasus kanker di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi kematian akibat penyakit ini, menentang pengembangan sistem pemberian obat nanoteknologi. Dalam penelitian ini, konjugasi doxorubicin pada partikel nano magnetik Fe3O4 (MNPs) dengan agen capping berbasis karboksilat digunakan untuk menstabilkan partikel nano Fe3O4 untuk melihat pengaruhnya terhadap pemuatan obat dan pelepasan obat dari MNPs. Nanopartikel yang disintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR), Difraksi Sinar-X (XRD), Transmission Electron Microscope (TEM), Particle Size Analyzer (PSA), dan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Pengukuran efisiensi pemuatan dan pelepasan obat dari tiga nanokomposit menghasilkan hasil yang baik, dengan persentase efisiensi pemuatan terbesar, yaitu 90.230% dicapai oleh AA-MNPs. Sementara itu, persentase terbesar dari obat yang dilepaskan adalah 98,590% yang disetujui oleh SA-MNPs. Hasil tes MTT pada sel HeLa menunjukkan bahwa nanokomposit CA-MNP memiliki efisiensi pelepasan obat terbaik, dengan nilai persen sel hidup hanya 23,460%.hr> ABSTRACT
ntil 2018 32,469 cases of cervical cancer were taken in Indonesian women, a difference of 17.2% of the total cancer cases in Indonesia. Various attempts were made to reduce mortality due to this disease, opposing the development of nanotechnology drug delivery systems. In this study, doxorubicin conjugate on Fe3O4 magnetic nanoparticles (MNPs) with carboxylic-based capping agents used to stabilize Fe3O4 nanoparticles to see their effect on drug loading and drug release from MNPs. The synthesized nanoparticles were characterized by Fourier Transform Infrared (FTIR) spectroscopy, X-Ray Diffraction (XRD), Transmission Electron Microscope (TEM), Particle Size Analyzer (PSA), and Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Measurement of drug loading & release efficiency from three nanocomposites produced good results, with the largest percentage loading efficiency, ie 90,230% achieved by AA-MNPs. Meanwhile, the largest percent of drug released was 98.590% approved by the SA-MNPs. MTT test results on HeLa cells showed that the CA-MNP nanocomposite had the best drug release efficiency, with a live cell percent value of only 23.460%.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Pratama
Abstrak :
Latar Belakang: Doxorubiscin merupakan salah satu obat kemoterapeutik yang tergolong sebagai anthracyclines. Doxorubiscin digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit kanker. Namun, kegunaan obat ini sangat dibatasi oleh efek sampingnya yaitu kardiotoksisitas. Salah satu mekanisme kardiotoksisitas tersebut adalah terbentuknya spesies oksigen reaktif yang menyebabkan berkurangnya kadar nitrik oksida. Satu-satunya agen yang diakui untuk melawan efek kardiotoksisitas ini adalah dexrazoxane, obat pengikat ion besi. Agen profilaksis baru sangat dibutuhkan karena dexrazoxane sendiri masih memiliki banyak efek samping dan harganya yang sangat mahal. L-Citrulline, zat asam amino yang dikandung oleh beberapa makanan dan buah, berpotensi untuk menjadi agen profilaksis baru dikarenakan sifat antioksidannya. Metode: Doxorubiscin diberikan secara intraperitoneal dan L-Citrulline secara oral ke tikus Wistar sebagai subjek penelitian. Serum dari setiap subjek akan diambil dan dipakai sebagai sampel untuk eksperimen ini. Spectrophotometry dilakukan untuk mengukur kadar dari glutathione (GSH) dan malondialdehyde (MDA) pada serum. Analisis statistik digunakan untuk membandingkan perbedaan diantara grup subjek percobaan. Hasil: Setelah pemberian doxorubiscin, terdapat penurunan pada kadar GSH serum dan kenaikan kadar MDA serum. Setelah pemberian L-Citrulline, terjadi kenaikan kadar GSH dan MDA serum. Besarnya konsentrasi L-Citrulline yang diberikan berbanding lurus dengan besarnya perubahan pada kadar keduanya. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, suplementasi L-Citrulline tidak dapat mengurangi efek kardiotoksisitas doxorubisin. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan pada nitric oxide synthase dan produksi peroksinitrit yang berlebihan. Sementara kenaikan kadar GSH dapat diakibatkan oleh mekanisme refluks GSH, menunjukan adanya proses penghancuran sel.
......Background: Doxorubicin is a chemotherapeutic agent which has been used as treatment for various types of malignancy. However, the clinical use of it has been limited because of a risk for cardiotoxicity. Most studied cardiotoxicity mechanism involves reactive oxygen species generation which results in reduced level of nitric oxide. Nitric oxide is an important compound that protects from oxidative stress and cardiac damage. The only approved agent to counteract this cardiotoxicity is dexrazoxane, an iron chelator. New prophylactic agent is needed to be found as dexrazoxane still has lot of side effects and expensive price. L-Citrulline, an amino acid found in certain foods and fruits, has the potential to become the new prophylactic agent due to its antioxidant property. Method: Wistar rats as subject are administered by doxorubicin via intraperitoneal and L-Citrulline via oral. Serum is taken as sample for the experiment. Spectrophotometry is done to measure the concentration of serum glutathione (GSH) and malondialdehyde (MDA). Statistical analysis is done to compare the difference among subject groups. Results: After the doxorubicin treatment, there is a decreased serum GSH but increased MDA level. After L-Citrulline treatment, there is an increased in both serum GSH and MDA level. The concentration of administered L-Citrulline was directly proportional to the changes intensity. Conclusion: Based on the result of this experiment, L-Citrulline supplementation cannot reduce the doxorubicin-induced cardiotoxicity. This failure is due to uncoupling of nitric oxide synthase and peroxynitrite overproduction. While increased GSH level may be caused by the GSH reflux mechanism, indicating cell death progression.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Theandro Gotama
Abstrak :
Pendahuluan: Doxorubicin (DOX), agen kemoterapi yang banyak digunakan, diketahui menyebabkan toksisitas pada organ hati. Metabolisme DOX menghasilkan stress oksidatif yang memicu kerusakan DNA, peroksidasi lipid,, dan deplesi ATP, sehingga berujung pada kematian hepatosit. L-citrulline (CIT), yang terkandung pada semangka dan mentimun, banyak menarik perhatian karena sifat antioksidatifnya. Di tubuh, CIT diubah menjadi NO, yang ditunjukkan mengurangi kerusakan hati dengan melawan radikal bebas, memperbaiki mikrosirkulasi sinusoid hati, dan menghambat infiltrasi neutrophil. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi kemampuan CIT dalam mencegah hepatotoksisitas yang diinduksi oleh DOX. Metode: 20 tikus wistar dirandomisasi untuk mendapatkan DOX (10 mg/kgBB) atau NaCl 0.9%. Kelompok yang diintoksikasi oleh DOX juga dirandomisasi untuk diberikan CIT dosis rendah (300 mg/kgBB), CIT dosis tinggi (600 mg/ kgBB), atau akuadest. CIT diberikan secara oral selama 6 hari, sedangkan DOX diberikan melalui injeksi intraperitoneal hanya pada hari ke 4 & 5. Serum diambil sebagai sampel dan hepatotoksisitas ditentukan melalui level serum dari AST, ALT, dan GGT. Analisa statistik dengan one-way ANOVA dan Tukey’s test dilakukan untuk membandingkan data. Hasil: Pemberian DOX menyebabkan peningkatan semua biomarker serum. Kedua dosis CIT mengurangi elevasi ALT secara signifikan (p-value <0.05 vs DOX group). Hanya CIT dosis tinggi mampu mengurangi elevasi AST secara signifikan (p-value <0.05 vs DOX group). Kedua dosis CIT hanya mengurangi elevasi GGT secara insignifikan (p-value >0.05 vs DOX group)...... Background: The antineoplastic agent Doxorubicin (DOX) is known for causing liver toxicity. Its metabolism in hepatocytes causes oxidative stress, inducing DNA damage, lipid peroxidation, ATP depletion, and apoptosis. L-citrulline (CIT), commonly found in fruits like watermelon, has piqued interest due to its antixodative properties. In the body, CIT is converted to NO, which has been shown to mitigate hepatic injury by scavenging free radicals, improving hepatic sinusoidal microcirculation, and inhibiting neutrophilic infiltration. This study aims to investigate CIT’s ability to prevent DOX-induced hepatotoxicity. Method: 20 wistar rats were randomized to receive either DOX (10 mg/kgBW) or NaCl 0.9%. DOX-intoxicated group was further randomized to either receives low-dose CIT (300 mg/kgBW), high-dose CIT (600 mg/kgBW), or aquadest. CIT was given orally for 6 days and DOX via intraperitoneal injection on day 4 and 5. Serum was obtained as sample and hepatotoxicity was assessed via the serum levels of AST, ALT, and GGT. Statistical analysis was done with one-way ANOVA and Tukey’s test. Results: DOX treatment resulted in elevations of all serum biomarkers. Both dosages of CIT significantly attenuated ALT elevation (p <0.05 vs DOX group). Only high-dose CIT significantly attenuated AST elevation (p <0.05 vs DOX group). Both dosages produced insignificant decrease of GGT elevation (p >0.05 vs DOX group).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmi Dwinda Agustini
Abstrak :
Latar belakang. Doksorubisin dikenal sebagai antikanker yang sangat poten, namun penggunaanya dibatasi oleh toksisitas terhadap berbagai organ vital, salah satunya jantung. Mekanisme molekuler kardiotoksisitas doksorubisin berhubungan dengan produksi radikal bebas berlebih yang menyebabkan penurunan ekspresi gen-gen yang mengkode protein regulator kalsium intrasel sehingga terjadi gangguan homeostasis kalsium intrasel yang menyebabkan aktivasi jalur apoptosis intrinsik yang dimediasi caspase, terutama caspase-9 dan caspase-12. Stres oksidatif akibat DOX juga menyebabkan peningkatan produksi sitokin proinflamasi yang berperan dalam terjadinya apoptosis. Mangiferin merupakan salah satu kandidat potensial senyawa kardioprotektor untuk terapi doksorubisin, akan tetapi mekanisme molekulernya belum diketahui dengan pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mekanisme molekuler mangiferin berhubungan dengan regulasi kalsium intraseluler. Metode. Penelitian dilakukan terhadap tikus Sprague Dawley jantan yang diinduksi doksorubisin dengan dosis total 15 mg/kg BB. Pemberian mangiferin dilakukan dengan dosis 30 dan 60 mg/kg BB secara oral selama tujuh minggu. Parameter yang diamati adalah ekspresi protein regulator Ca2+ intrasel yaitu SERCA2a, parameter apoptosis (caspase-12 dan caspase-9), kadar kalsium sitosol dan mitokondria, serta parameter inflamasi (TNF-α). Hasil. Induksi doksorubisin menyebabkan penurunan ekspresi SERCA2a, disertai peningkatan ekspresi gen pro-apoptosis yakni caspase-12 dan caspase-9 serta peningkatan derjat inflamasi dan kerusakan jantung. Pemberian mangiferin menyebabkan peningkatan ekspresi SERCA2a, penurunan ekspresi caspase-12 dan caspase-9 serta penurunan derajat inflamasi. Kesimpulan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa normalisasi homeostasis kadar kalsium intrasel merupakan bagian dari mekanisme kardioproteksi mangiferin. ...... Background. Doxorubicin is well known as a potent anticancer agent despite its toxicity on various vital organs, especially the heart. The molecular mechanism of doxorubicin cardiotoxicity revolves around the overproduction of free radicals which cause downregulation of genes encoding calcium regulatory proteins, leading to disturbance of calcium homeostasis and activation of intrinsic apoptotic pathway mediated by caspases, particularly caspase-12 and caspase-9. Doxorubicin cardiotoxicity is also accompanied by inflammation that is crucial for apoptosis. Mangiferin is currently studied as cardioprotective agents for doxorubicin therapy. However, its molecular mechanism has yet been revealed. This study was aimed to determine whether cardioprotective effect of mangiferin is caused by its effect on intracellular calcium regulation. Method. Male Sprague Dawley rats were induced by doxorubicin with a total dose of 15 mg/kg BW. Mangiferin was given orally at the dose of 30 and 60mg/kg BW for seven weeks. The parameters examined were mRNA expressions levels of calcium regulatory gene (SERCA2a), proapoptotic genes (caspase-9 and caspase-12) and proinflammatory cytokine gene (TNF-α), as well as mitochondrial and cytosolic calcium levels. Result. It was found that doxorubicin caused downregulation of SERCA2a expression and increased the expression of both proapoptotic genes. Interestingly, we found that mangiferin could attenuate those things above by increasing SERCA2a expression as well as decreasing caspase-9 and caspase-12 expressions, while ameliorating inflammation. Conclusion. Based on this finding, we suggest that the cardioprotective effect of mangiferin is at least in part due to the regulation of intracellular calcium homeostasis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deya Adiby Nabillah
Abstrak :
Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak dan mematikan di dunia. Di antara pilihan terapi yang banyak digunakan, kemoterapi menggunakan doksorubisin menjadi salah satu terapi yang sering dipilih pada kasus kanker payudara. Selain memiliki efek farmakologi sebagai antikanker, doksorubisin memiliki toksisitas spesifik pada organ jantung, yakni dapat memicu apoptosis dan stres oksidatif sehingga menyebabkan kardiotoksisitas. Di sisi lain, ekstrak etanol sambiloto yang merupakan salah satu bahan alam, memiliki sifat antikanker dan antioksidan. Pada penelitian ini dilakukan kombinasi ekstrak etanol sambiloto dan doksorubisin untuk mengamati peran kombinasi ini dalam menurunkan progresifitas kanker payudara serta kardiotoksisitas pada tikus dengan kanker payudara. Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Spargue-Dawley yang diinduksi DMBA untuk menginduksi kanker pada payudara tikus. Setelah terbentuk nodul tumor sebesar ~5 cm3, dilakukan terapi dengan doksorubisin, ekstrak etanol sambiloto atau kombinasi keduanya, andografolida dan ekstrak etanol sambiloto tunggal. Terapi dilakukan 4 minggu atau sampai volume tumor mencapai ~2 cm3. Selama terapi, tikus ditimbang berat badannya dan volume tumornya diukur dengan jangka sorong. Setelah mencapai akhir terapi, tikus dinekropsi dan tumor diambil. Tumor kemudian dianalisis histopatologinya, dianalisis ekspresi cleaved caspase-3 dengan uji immunohistochemistry serta menentukan kadar MDA dan Troponin. Berat badan tikus meningkat ketika tikus diterapi dengan kombinasi ekstrak etanol sambiloto dan doksorubisin (p < 0,01). Volume tumor ditemukan menurun pada semua kelompok terapi (p < 0,05). Kombinasi derajat histopatologi ditemukan menurun pada kelompok kombinasi, kelompok andrografolida tunggal dan kelompok ekstrak etanol sambiloto tunggal. Kadar MDA dan Troponin (p<0,05) menurun pada kelompok kombinasi dan kelompok andrografolida tunggal serta ekstrak etanol sambiloto tunggal. Skor imunoreaktif (IRS) cleave-casp3 dari kelompok doksorubisin menunjukkan angka yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok terapi lainnya. (p>0,05).Kombinasi ekstrak etanol sambiloto dan doksorubisin berhasil menekan progresivitas kanker payudara tikus serta menurunkan kerusakan jantung yang ditimbulkan doksorubisin. ......Breast cancer is the most common and deadly type of cancer in the world. Among the widely used therapeutic options, chemotherapy using doxorubicin is one of the therapies that is often chosen in cases of breast cancer. In addition to having a pharmacological effect as an anticancer, doxorubicin has specific toxicity to the heart, which can trigger apoptosis and oxidative stress, causing cardiotoxicity. On the other hand, the ethanol extract of sambiloto which is one of the natural ingredients, has anticancer and antioxidant properties. In this study, a combination of ethanol extract of sambiloto and doxorubicin was carried out to observe the role of this combination in reducing breast cancer progression and cardiotoxicity in rats with breast cancer. This experimental study used Spargue-Dawley rats induced by DMBA to induce breast cancer in mice. After the formation of a tumor nodule of ~5 cm3, therapy was performed with doxorubicin, ethanol extract of sambiloto or a combination of both, andographolide and ethanol extract of sambiloto alone. Treatment was carried out for 28 days or until the tumor volume reached ~2 cm3. During therapy, the rats were weighed and the tumor volume was measured using a caliper. After reaching the end of therapy, mice were necropsied and tumors removed. The tumor was then analyzed histopathologically, analyzed for cleaved caspase-3 expression by immunohistochemistry test and determined levels of MDA and Troponin. Rat body weight increased when rats were treated with a combination of ethanol extract of sambiloto and doxorubicin (p < 0.01). Tumor volume was found to be decreased in all treatment groups (p < 0.05). The combination of histopathological degrees was found to be decreased in the combination group, the single andrographolide group and the single sambiloto ethanol extract group. MDA and Troponin levels (p<0,05) decreased in the combination group and the single andrographolide group and the ethanol extract of sambiloto alone. The cleav-casp3 immunoreactive score (IRS) of the doxorubicin group showed a higher number compared to the other treatment groups. (p>0.05). The combination of ethanol extract of sambiloto and doxorubicin succeeded in suppressing the progression of rat breast cancer and reducing heart damage caused by doxorubicin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitri Chairunnisa
Abstrak :
Doksorubisin merupakan salah satu terapi antikanker yang termasuk golongan antrasiklin, memiliki aktivitas klinis pada penyakit kanker payudara. Doksorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik akibat pembentukan doksorubisinol selaku metabolit utamanya. Salah satu metode biosampling terbaru yaitu volumetric absorptive microsampling memiliki berbagai kelebihan yaitu pengambilan darah secara finger prick, tidak dipengaruhi oleh hematokrit, dan dapat disimpan dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis doksorubisin dan mengetahui reaksi obat merugikan kemoterapi berbasis doksorubisin. Nilai multiple reaction monitoring (MRM) diatur pada m/z 544,22>396,9 untuk doksorubisin; m/z 546,22>398,9 untuk doksorubisinol; dan m/z 528,5>362,95 untuk daunorubisin. Nilai LLOQ yang diperoleh adalah 8 ng/mL untuk doksorubisin dan 3 ng/mL untuk doksorubisinol dengan linearitas 0,9904 untuk doksorubisin dan 0,9902 untuk doksorubisinol. Hasil analisis mendapatkan rentang kadar terukur untuk doksorubisin sebesar 9,47 – 87,84 ng/mL serta rentang kadar terukur untuk doksorubisinol sebesar 4,24 – 54,02 ng/mL. Dosis kumulatif doksorubisin pada pasien sebesar 47,93 – 346,09 mg/m2, hal ini menunjukkan bahwa risiko seluruh pasien terkena kardiomiopati di bawah angka kejadian 4%. Pasien yang mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri setelah kemoterapi doksorubisin terdiri dari penurunan fraksi ejeksi <10% dan ada 3 pasien yang mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri >10%. Alopesia merupakan reaksi obat merugikan subjektif yang paling banyak dirasakan pasien diikuti dengan mual dan muntah. Hasil uji hubungan menunjukkan adanya tidak signifikan antara kadar doksorubisin dan doksorubisinol terhadap reaksi obat merugikan pada pasien kanker payudara. Terdapat hubungan signifikan pada kadar doksorubisin terhadap dosis kumulatif dan waktu pengambilan sampel pasien. ......Doxorubicin is an anticancer therapy belonging to the anthracycline class, which has clinical activity in breast cancer. Doxorubicin can cause cardiotoxic effects due to the formation of doxorubicinol as its main metabolite. One of the newest biosampling methods, namely Volumetric Absorptive microsampling, has many advantages, namely blood collection by finger prick, not affected by hematocrit, and can be stored at room temperature. This study aims to analyze doxorubicin and determine the adverse drug reactions of doxorubicin-based chemotherapy. The multiple reaction monitoring (MRM) value is set at m/z 544.22> 396.9 for doxorubicin; m/z 546.22>398.9 for doxorubicinol; and m/z 528.5>362.95 for daunorubicin. The LLOQ values ​​obtained were 8 ng/mL for doxorubicin and 3 ng/mL for doxorubicinol with a linearity of 0.9904 for doxorubicin and 0.9902 for doxorubicinol. The results of the analysis showed that the measured concentration range for doxorubicin was 9.47 – 87.84 ng/mL and the measured concentration range for doxorubicin was 4.24 – 54.02 ng/mL. The cumulative dose of doxorubicin in patients was 47.93 – 346.09 mg/m2, this shows that the risk of all patient developing cardiomyopathy is below the incidence rate of 4%. Patients who experienced a decrease in left ventricular ejection fraction after doxorubicin chemotherapy consisted of a decrease in ejection fraction <10% and there were 3 patients who experienced a decrease in left ventricular ejection fraction >10%. Alopecia is the most common subjective adverse drug reaction experienced by patients, followed by nausea and vomiting. The results of the relationship test showed that there was no significant relationship between doxorubicin and doxorubicinol levels on adverse drug reactions in breast cancer patients. There is a significant relationship between doxorubicin levels and cumulative dose and patient sampling time.xv,
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fachri Wijaya
Abstrak :

Doksorubisin merupakan obat kemoterapi yang efektif. Namun, dalam kerjanya, doksorubisin menghasilkan reactive oxygen species (ROS) yang bersifat hepatotoksik. Moringa oleifera merupakan tumbuhan yang memiliki potensi hepatoproteksi dengan kandungan senyawa fenolik dan flavonoidnya yang merupakan antioksidan dan antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek hepatoproteksi ekstrak daun Moringa oleifera (MO) melalui kadar GGT, bilirubin, dan albumin serum. Ketiga parameter ini merupakan biomarker diagnostik dan keparahan kerusakan hati yang dapat dideteksi pada plasma darah. Penelitian ini menggunakan sampel plasma darah tikus tersimpan. Sebanyak 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan dirandomisasi ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah kontrol (Normal) yang diinjeksi NaCl. Ketiga kelompok lainnya diberikan injeksi doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu (Dox) atau doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu dan MO-200 mg/kgBB/hari (Dox + MO 200) atau doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu dan MO-400 mg/kgBB/hari (Dox + MO 400), selama 4 minggu. Pada akhir minggu keempat, tikus dimatikan, lalu darah diambil, disentrifugasi, dan plasma disimpan. Plasma darah tikus tersebut digunakan di penelitian ini untuk dilakukan analisis kadar GGT, bilirubin, dan albumin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok Dox mengalami kerusakan hati yang ditunjukkan oleh peningkatan kadar bilirubin serum secara signifikan. Kadar GGT serum meningkat dan kadar albumin menurun namun tidak signifikan. Kelompok Dox + MO 200 menunjukkan penurunan kadar bilirubin secara bermakna, dan Dox + MO 400 menunjukkan penurunan kadar GGT secara bermakna, sedangkan kadar albumin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada keempat kelompok. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Moringa oleifera dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB menunjukkan potensi dalam melindungi hati dari toksisitas doksorubisin. ......Doxorubicin is an effective chemotherapy drug but can lead to hepatotoxicity due to the generation of ROS. Moringa oleifera, rich in flavonoid and phenolic compounds with antioxidant and anti-inflammatory properties, is a potential hepatoprotective agent. This study aimed to assess the hepatoprotective effects of Moringa oleifera leaf extract (MO) on doxorubicin through GGT, bilirubin, and albumin levels, which serve as diagnostic biomarkers for liver damage. This study utilized stored rat plasma samples. Twenty-four male Sprague-Dawley rats were randomly assigned to four groups. The first group (normal control) received NaCl injections. The other three groups were administered doxorubicin at 4 mg/kgBW/week (Dox) or doxorubicin at 4 mg/kgBW/week along with MO at 200 mg/kgBW/day (Dox+MO-200) or doxorubicin at 4 mg/kgBW/week along with MO at 400 mg/kgBW/day (Dox+MO-400) for four weeks. At the end of the fourth week, the rats were euthanized, blood was collected, centrifuged, and plasma was stored. The rat plasma samples were used for analyzing GGT, bilirubin, and albumin levels in this study. The results showed that the Dox group exhibited liver damage as indicated by a significant increase in serum bilirubin levels. Serum GGT levels increased, and albumin levels decreased, although not significantly. The Dox+MO-200 group showed a significant decrease in bilirubin levels, and the Dox+MO-400 group showed a significant decrease in GGT levels. No significant differences were observed in albumin levels among groups. From these results, it can be concluded that MO at doses of 200 mg/kgBW and 400 mg/kgBW demonstrated potential in mitigating doxorubicin-induced liver damage.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Juanita
Abstrak :
Doksorubisin merupakan antibiotika golongan antrasiklin berspektrum luas terhadap aktivitas antineoplastik. Doksorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik akibat pembentukan doksorubisinol selaku metabolit utamanya. Salah satu metode biosampling terbaru yaitu Volumetric Absorptive microsampling memiliki berbagai kelebihan yaitu pengambilan darah secara finger prick, tidak dipengaruhi oleh hematokrit, dan dapat disimpan dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi analisis dan metode preparasi sampel yang optimum dan tervalidasi dengan daunorubisin sebagai baku dalam. Analisis kuantifikasi analit menggunakan spektrometri massa dengan tipe penganalisis massa yaitu triple quadrupole dengan electrospray ionization (ESI) tipe positif. Pemisahan dilakukan dengan kolom Acquity® UPLC BEH C 18(2,1 x 100 mm; 1,7 μm), dengan laju alir 0,2 mL/menit, dan elusi gradien menggunakan asam format 0,1% dan asam format 0,1% dalam asetonitril selama 7 menit. Nilai multiple reaction monitoring (MRM) diatur pada m/z 544,22>396,9 untuk doksorubisin; m/z 546,22>398,9 untuk doksorubisinol; dan m/z 528,5>362,95 untuk daunorubisin. Preparasi sampel menggunakan pengendapan protein dengan metanol sebagai larutan pengekstraksi, waktu pengeringan tip VAMS selama 2 jam, dan waktu sonikasi yaitu 30 menit. Nilai LLOQ yang diperoleh adalah 8 ng/mL untuk doksorubisin dan 3 ng/mL untuk doksorubisinol dengan linearitas 0,9904 untuk doksorubisin dan 0,9902 untuk doksorubisinol. Metode ini telah berhasil memenuhi persyaratan validasi berdasarkan FDA 2018.
Doxorubicin is a broad-spectrum anthracycline antibiotic against the antineoplastic activity. Doxorubicin can cause cardiotoxic effects due to the formation of doxorubicinol as its main metabolite. One of the latest bio sampling methods, Volumetric Absorptive microsampling, has various advantages, which are blood sampling by finger-prick, not influenced by hematocrit, and can be stored at room temperature. This study aims to obtain optimum analysis conditions and sample preparation methods and validated with daunorubicin as an internal standard. Analytical quantification analysis using mass spectrometry with a mass analyzer type is a triple quadrupole with a positive type of electrospray ionization (ESI). The separation was carried out with the Acquity® UPLC BEH C18 column (2.1 x 100 mm; 1.7 μm), with a flow rate of 0.2 mL/min, and gradient elution using 0.1% formic acid in water and 0.1% formic acid in acetonitrile for 7 minutes. Multiple reaction monitoring (MRM) values were set at m/z 544.22>396.9 for doxorubicin; m/z 546.22>398.9 for doxorubicinol; and m/z 528.5>362.95 for daunorubicin. Sample preparation used protein precipitation with methanol as the extracting solution, the drying time of the VAMS was 2 hours, and the sonication time was 30 minutes. LLOQ values obtained were 8 ng / mL for doxorubicin and 3 ng / mL for doxorubicinol with linearity of 0.9904 for doxorubicin and 0.9902 for doxorubicinol. This method has successfully met the validation requirements based on FDA 2018.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>