Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deswita
Abstrak :
Obat merupakan salah satu sumber daya yang panting dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Dalam praktek pelayanan pengobatan sering dijumpai adalah penggunaan obat yang tidak sesuai dengan pedoman pengobatan dasar di Puskesmas. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar penderita ISPA non-pnemonia mendapatkan terapi antibiotika yang seharusnya tidak perlu. Penggunaan obat yang tidak rasional akan menimbulkan dampak buruk baik dari segi ekonomi yang berupa pemborosan anggaran daerah, segi kesehatan yaitu berupa meningkatnya resiko efek samping dan resistensi serta dari segi psikososial berupa ketergantungan masyarakat kepada obat tertentu misalnya antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk melihat proporsi penggunaan obat yang tidak sesuai pada ISPA non-pnemonia dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan ketidaksesuaian penggunaan obat pada ISPA non-pnemonia di Puskesmas di Kabupaten Tanggamus. Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 orang petugas BPI petugas penulis resep di sembilan Puskesmas yaitu Puskesmas Wonosobo, Kotaagung, Gisting, Rantau Tijang, Pulau Panggung, Sukoharjo, Adiluwih, Gading Rejo dan Pardasuka. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada keterwakilan wilayah. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Maret 2004. Sebagai variabel terikat adalah ketidaksesuaian penggunaan obat pada ISPA non-pnemonia dengan buku pedoman pengobatan dasar dan sebagai variabel bebas adalah variabel individu berupa pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan lama masa kerja, variabel psikologis berupa sikap terhadap pengobatan ISPA non-pnemonia dan sikap terhadap buku pedoman pengobatan, dan variabel organisasi berupa ketersediaan buku pedoman pengobatan dasar, ketersediaan obat setiap bulan, monitoring, evaluasi dan supervisi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penggunaan obat yang tidak sesuai dengan buku pedoman pengobatan sebesar 33,3%. Pelayanan pengobatan sebagian besar dilakukan oleh perawat yaitu 85,4%. Dari analisa bivariat diketahui beberapa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan ketidaksesuaian penggunaan obat pada ISPA non-pnemonia yaitu pendidikan (p= 0,030), sikap terhadap pengobatan ISPA nonpnemonia (p=0,000), sikap terhadap buku pedoman pengobatan (p= 0,001) dan monitoring (p=0,011). Pada hasil analisa multivariat didapat faktor yang paling behubungan dengan ketidaksesuaian penggunaan obat pada ISPA non-pnemonia adalah sikap terhadap pengobatan ISPA non-pnemonia dan sikap terhadap buku pedoman pengobatan (p=3,001). Saran dari penelitian ini adalah optimalisasi peran dokter sebagai tenaga medis yang berkompeten dalam melakukan pelayanan pengobatan di Puskesmas. Transfer ilmu dari dokter kepada perawat juga amat diperlukan. Peran Dinas Kesehatan sebagai instansi pembina juga harus lebih ditingkatkan misalnya dengan memberikan pelatihan yang lebih aplikatif untuk Puskesmas. Kepala cabang divas yang sekarang dijabat oleh tenaga yang kurang tepat sebaiknya diganti dengan tenaga yang lebih baik dan lebih berpengalaman. ......Drug represents one of the important resources in providing primary health service in Health Center. The medication service that often met is inappropriate usage of drug with the guidance of basic medication for Health Center. From previous some studies showed that most of Non-pneumonia Respiratory Infection patient got unnecessary antibiotic therapy. Usage of irrational drug will result negative effect either from economic side such as wastefulness of district budget, health side that is the increase of side effects risk and of resistance, and also psychosocial side such as depended society to the certain drug i.e. antibiotic. This study aimed to get the proportion of inappropriate drug usage for non-pneumonia respiratory infection and factors related to it at Health Center in the District of Tanggamus. Total sample in this study was 96 BP officers/prescription writers from nine Health Centers namely Wonosobo Health Center, Kotaagung Health Center, Gisting Health Center, Rantau Tijang Health Center, Pulau Panggung Health Center, Sukoharjo Health Center, Adiluwih Health Center, Gading Rejo Health Center, and Pardasuka Health Center. The choice location of study relied on the representative of region. This study used cross sectional design and conducted during February until March 2004. Dependent variable in the study was inappropriateness of drug usage for non-pneumonia respiratory infection with the guidance book for basic medication, while as independent variable consisted of individual variables (education, training, knowledge, and duration of work span), and psychological variables (attitude to the medication of Non-pneumonia respiratory infection and attitude to the guidance book for medication), and organizational variables (availability of guidance book for basic medication, availability of drugs in each month, monitoring, supervision and evaluation). Dependent variable in the study was inappropriateness of drug usage for non-pneumonia respiratory infection with the guidance book for basic medication, while as independent variable consisted of individual variables (education, training, knowledge, and duration of work span), and psychological variables (attitude to the medication of non-pneumonia respiratory infection and attitude to the guidance book for medication), and organizational variables (availability of guidance book for basic medication, availability of drugs in each month, monitoring, supervision and evaluation). The study showed that proportion of drug usage in which inappropriate with the book guidance for medication equal to 33.3%. The most of medication service was conducted by nurse (85.4%). Bivariate analysis showed variables that had significant relationship with the inappropriateness of drug usage for non-pneumonia respiratory infection were education (p'.03), attitude to the medication of non-pneumonia respiratory infection (p=0.001), attitude to the guidance book for medication (p=0.001), and monitoring as well (p=1.011). Multivariate analysis showed the most dominant factors in the study about the inappropriateness of drug usage for non-pneumonia were attitude to the medication of non-pneumonia respiratory infection and attitude to the guidance book for medication (p=0.001). Recommendation from this study was to increase the role of doctor optimally as competent medical staff in conducting the medication service in health center. Transfer of knowledge from doctor to nurse also very needed. Role of Health Office as an assistance institution also should be improved, for example by giving more applicative training for the Health Center's staffs. The head of branch of Health Office in which now taken hold by unqualified person should be changed by qualified and experienced one.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T 12796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indrati
Abstrak :
Penanggulangan TB di Propinsi Lampung dan juga Kabupaten Tanggamus mencakup upaya pengobatan dengan target angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru TB BTA positif setiap tahunnya, serta cakupan penemuan penderita secara bertahap setiap tahunnya diupayakan agar mencapai 70% pada tahun 2005, yang dilakukan melalui unit pelayanan Puskesmas yang ada dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Di Propinsi Lampung penanggulangan TB sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal itu terlihat dari cakupan penemuan penderita TB BTA positif pada tahun 2002 baru mencapai 26%, dengan angka kesembuhan 68%. Demikian juga di Kabupaten Tanggamus. walaupun penanggulangan TB sudah menggunakan strategi DOTS dengan panduan obat jangka pendek yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi penemuan penderita TB BTA Positif hanya mencapai 22% dengan angka kesembuhan sebesar 66%. Tenaga perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) dalam menangani penderita tuberkulosis menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan tahapan mulai dari pengkajian terhadap penderita untuk mengumpulkan data, menganalisa dan mengindetifikasi masalah yang berhubungan dengan penderita, kemudian melaksanakan penanganan dan bertindak sebagai PMO serta melakukan penilaian untuk memantau perkembangan penderita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja petugas perawat kesehatan masyarakat, mengetahui hubungan karakteristik responden dan karakteristik penelitian dengan kinerja petugas perawat kesehatan dan mengetahui variabel yang paling berhubungan terhadap kinerja petugas perawat kesehatan masyarakat dalam penanganan penderita TB di Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional/potong lintang, dimana pengukuran variabel bebas yaitu variable individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis, dan variabel terikat yaitu kinerja petugas perawatan masyarakat dilakukan secara bersamaan. Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang mempunyai kinerja baik dan kinerja tidak baik sama besar, yaitu masing-masing 50%, terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik responden (umur, jenis kelamin) dengan tingkat kinerja petugas perawat kesehatan, terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik penelitian (lama kerja, pengalaman, imbalan, kepemimpinan, motivasi) dengan tingkat kinerja petugas perawat kesehatan dan varibel yang paling berpengaruh terhadap tingkat kinerja petugas perawat kesehatan adalah lama kerja dan motivasi. ......To overcome tuberculosis (TB) in the Province of Lampung and the District of Tanggamus has been conducted the therapeutic efforts by achieving minimal cure rate target that is 85% out of new cases of TB with BTA positive in every year and also the coverage of patient found gradually reaches 70% in 2005 which is conducted at available Puskesmas and another community health centers. At the present, the handling of TB has not been showing a satisfactory result. It was shown from the coverage of TB patients with BTA positive in 2002 just reached 26% with cure rate 68%. Although the handling of TB in the District of Tanggamus has used DOTS Strategy in which using integrated short-term medicines for free but the patients of TB with BTA positive revealed 22% with cure rate 66%. Public health nursing staffs (Perkemas) in handling TB patients used nursing process approach initiated from patient review to collect data, to analyze, and to identify the problems related to the patient, to conduct the treatment and acted as PMO and also to evaluate in monitoring the patient progress. The study was aimed to assess the performance of public health nurse, to assess relationship between the characteristics of respondent and research and the performance of public health nurse on handling TB patients in the District of Tanggamus. The study used cross sectional design in which the measurement of independent variables including individual, organization, and psychological variables were assessed at the same time with dependent variables of the performance of public health nurse. The measurement used questionnaire. The study resulted that proportion of respondent who had good performance and inadequate performance was equal, 50% in each There was significant relation between the characteristics of respondent (age and sex) and the performance level of public health nurse. Also there was significant relation between the characteristic of research (work span, experience, incentive, leadership, motivation) and the performance level of public health nurse. The most dominant variables towards the performance level of public health nurse were work span and motivation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library