Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asyari
Abstrak :
Investigate the optical properties and structures of CdS thin film as functions of deposition rate and annealing process, it was made the CdS thin film on the substrate glass by thermal co-evaporation CdS+S methode.To investigate the optical properties and structures of CdS thin film as functions of deposition rate and annealing process, it was made the CdS thin film on the substrate glass by thermal co-evaporation CdS+S methode. The deposition rates were adjusted to 4 A/s, 8 A/s, 12 A/s and 16 A/s and the annealing temperatures were to 200 °C, 300 °C and 400 °C- The thickness of thin films were around 7000 A. The optical constant and band gap energy were calculated from the Reflectance ( R ) and Tansmittance (T) by using O.S. Heavens formula. The value of R and T were obtained from UV-VIS Spectrofotometre with the wavelength from 400 inn to 800 run. From the calculations it was found that the deposition rate affected the optical properties and structures. At wave length 550 nm, the deposition rates 4 A/s, 8 A/s, 12 A/s and 16 A/s give the real refractive index n 2.534; 2.503; 2.46; 2.505 respectively and the absorption coefficient a 1.15 x 103, 5.96 x 103, 4.38 x 103, 7.33 x 103 /cm respectively and the band gap energy 2,46 eV, 2,44 eV, 2,42. eV, 2.40 eV respectively and the grain sizes 816 4 A, 291.5 A, 256.7 A, 251.1 A respectively. The annealing process to 200 °C, 300 0C and 400 0C also affected the optical properties and structures. At deposition rate 4 A/s the process without annealing, annealing to 200 °C, 300 °C and 400 °C give the real refraction index 2.513, 2.56, 2.54, 2.53 respectively and the absorption coefficient l .15x 103, 6 x 103, 7 x 103, 4 x 103 /cm respectively and the band-gap energy 2.46 eV, 2,43 eV, 2,40 eV, 2,42 eV respectively. At deposition rate 8 A/s the process without annealing, annealing to 200 °C, 300 °C and 400 0C give the real refraction index n 2.503, 2.527, 2.504, 2.505 respectively and the absorption coefficient 5.96x103, 6.5 x I03, 7.17 x l03 , 3-37 x 103 /cm respectively and the band gap energy 2,44 eV, 2,43 eV, 2.40 eV, 2,41 eV respectively. At deposition rate 12 A/s the process without annealing, annealing to 200 °C, 300 °C and 400 0C give the real refraction index n 2.46, 2.546, 2.495, 2.485 respectively and the absorption coefficient 4.38 x 103, 1.27 x 103, 0.15 x 103, 0.23 x 103 /cm respectively and the band gap energy 2.42 eV, 2,42 eV, 2,43 eV, 2,44 eV respectively. At deposition rate 16 A/s the process without annealing, annealing to 200 °C. 300 °C and 400 0C give the real refraction index n 2.505, 2.498, 2.499, 2.497 respectively and the absorption coefficient 7.33 x 103, 2.9 x 103, 1.7 x 103, 1.95 x 103 1cm respectively and the band gap energy 2,40 eV, 2,41: eV, 2,4.2 eV, 2,43 eV respectively. The c3-stall structures of thin film are found to be hexagonal with preferred orientation (002). The annealing processes affect the grain size. At the deposition rate 4 A's, the annealing process to 400 °C changed the grail? size from 816 A to 193,5 A. At the deposition rate 8 A/s, the amtealing process to 400 0C changed the grain size from 291,5 A to 168 A. At the deposition ratel2 A/s, the annealing process to 400 °C changed the grain size from 256,7 A to 198,2 A. At the deposition rate 16 A/s, the annealing process to 400 °C also changed the grain size from 251,1 A to 235,9 A.
Guna mengetahui perubahan sifat optis dan struktur terhadap laju deposisi pembuatan lapisan tipis dan juga terhadap anil, dibuat lapisan Cds dengan co-evaporasi termal CdS dan S diatas substrat kaca. Laju deposisi dibuat pada 4 A/s, 8 A/s, 12 As dan 16 A/s. Anil dilakukan pada setiap laju deposisi dengan 3 macam teinperatur yaitu: 200 0C, 300 oC dan 400 0C_ Ketebalan lapisan yang dibuat berkisar 7000 A. Konstanta optis yaitu koefisien absorpsi dan indek bias dihitung dari reflektansi R dan transmisi T berdasarkan metode fungsi minimal dengan menggunakan persamaan O.S. Heavens. Dad kurva koefisien abrsoipsi terhadap energi foton dibuat lebar pita terlarang CdS. Pengukuran nilai R dan T dilakukan dengan alat UV-VIS Spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm - 800 nm. Dari penelitian didapatkan bahwa laju deposisi mempengaruhi sifat optis material. Didapatkan nilai indek bias nyata pada laju deposisi 4 Als, 8 A/s, 12 A/s dan 16 A/s pada panjang gelombang 550 nm masing masing 2,534; 2,503; 2,46; 2,505 dan koefisien absorpsi masing-masing adalah 1,15 x 103; 5,96 x 103; 4,38 x I03; 7,33. x 103 /cm dan lebar pita terlarang masing-masing adalah 2,46 eV, 2,44 eV, 2.42 eV dan 2,40 eV. Besar butir menurun dengan meningkatnya laju deposisi. Besar butir pada laju deposisi 4 Als. 8 A/s, 12 AN dan 16 A/s berturut-turut adalah 816 A , 291,5 A, 256,7 A dan 251,1 A. Proses anil memberikan basil bahwa dari suhu 200 0C sampai 400 oC terjadi perobahan sifat optis dan struktur. Pada laju deposisi 4 A/s berturut-turut untuk proses tanpa anil, anil 200 0C, 300 oC dan 400 oC indek bias nyata n adalah 2,513; 2,56; 2,54 dan 2.53 dan nilai koefisien absorpsi adalah 1,15x103; 6 x 103; 7 x 103; 4 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2.46 eV, 2,43 eV, 2,40 eV dan 2,42 eV. Piida laju deposisi 8 A/s berturut-turut untuk proses tanpa anil, anil 200 0C, 300 oC dan 400 oC indek bias nyata n adalah 2,503; 2,527; 2,504 dan 2,505 dan nilai koefisien absorpsi adalah 5.96x 103; 6,5 x 103; 7,17 x 103; 3,37 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2,44 eV, 2,43 eV, 2,40 eV dan 2,41 eV. Pada laju deposisi 12 A/s berturut-turut tmtuk proses tanpa anil, anil 200 0C, 300 'DC dan 400 oC indek bias nyata n adalah 2,46; 2,546: 2,495 dan 2,485 dan nilai koefisien absorpsi adalah 4,38 x 103; 1,27 x 103; 0,15 x 103; 0,23 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2.42 eV, 2,42 eV, 2,43 eV dan 2,44 eV. Pada laju deposisi 16 A/s berturut-turut untuk proses tanpa aril, aril .200 0C, 300 oC dan 400 0C indek bias nyata n adalah 2,505; 2,498; 2,499 dan 2.497 dan nilai koefisien absorpsi adalah 7,33 x 103; 2,9 x 103; 1,7 x 103; 1,95 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2,40 eV, 2,41 eV, 2,42 eV dan 2,43 eV. Stniktur kristal lapisan tipis CdS yang terbentuk adalah heksagonal dengan prefi-'rred 0i-lank-Ilion (002). Proses anil inerubah besar ukuran butir. Pada sampel dengan laju deposisi 4 A/s anil 400 oC inerubah besar butir dart 816 A ke 193,5 A. Sampel dengan laju deposisi 8 A/s anil 400 oC merubah besar butir dari 291,5 A ke 168 A. Sampel dengan laju deposisi l2 A/s anil 400 oC merubah besar butir dari 256,7 A ke 198,2 A. Sampel dengan laju deposisi 16 A/s anif 400 oC merubah besar butir dari 251,1 Ake 235,9 A.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Aulia
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Prosedur untuk menutup luka laserasi bervariasi. Paradigma baru dalam menggunakan plester luka menimbulkan pertanyaan dalam hal efikasi dan perananannya pada penyembuhan luka. Kulit babi memiliki kesamaan terhadap kulit manusia. Metode: Tujuh babi jenis York Pork digunakan dalam penelitian yang dilaksanakan pada laboratorium Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Institut Pertanian Bogor pada Agustus - September 2016. Tiga luka laserasi dibuat pada punggung babi yang ditutup menggunakan jahitan kulit kelompok 1 , plester luka yang direkomendasikan kelompok 2 dan plester luka modifikasi kelompok 3 . Evaluasi histopatologi dibuat pada hari ke-7 dan ke-30 dengan cara biopsi. Pemeriksaan kekuatan regangan dilakukan pada minggu ke-6. Hasil: Deposisi kolagen pada hari ke-7 menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok 3 dan 2, tetapi tidak berbeda bermakna terhadap kelompok 1. Berdasarkan evaluasi fibroblas dan fibrosit pada lapisan subkutan pada ketiga group tidak berbeda bermakna. Pada pemeriksaan kekuatan regangan tidak ada perbedaan bermakna di antara ketiga kelompok. Kekuatan maksimum sebelum kulit terobek adalah 380 68.12 Newton. Kesimpulan: Plester luka dengan cara modifikasi membuat deposisi kolagen dan adaptasi tepi luka lebih baik dibandingkan dengan cara rekomendasi, namun tidak memiliki perbedaan bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan luka dengan jahitan kulit. Jahitan intradermal memiliki peranan penting dalam memberikan kekuatan regangan.
ABSTRACT
Background The procedure closing a laceration wound might be varies. The new paradigm of using adhesive skin tape makes questionable efficacy and its role in wound healing. The porcine skin astonishingly has close similarity to human rsquo s. Methods Seven York Pork porcine underwent study on Laboratory Veterinary Teaching Hospital, Institut Pertanian Bogor from August September 2016. Three laceration wounds were made on the porcine back and closed using skin suture group 1 , recommended application group 2 , and modified application group 3 . The histopathological evaluation was done on day 7 and 30 by biopsy. The tensile strength is also evaluated after 6 weeks of the treatment. Results The collagen deposition in day 7 shows significant difference between group 2 and 3, but no significant difference to group 1. Based on fibroblast and fibrocytes evaluation on subcutaneous layer, those three groups have no significant difference, same as the tensile strength evaluation. The maximum force at break is 380 68.12 Newton. Conclusion The modified application of adhesive skin tapes gives better collagen deposition and wound edge adaptation than the recommended. However, it shows no significant difference compared to the wound that used skin suture. The intradermal suture has major role in giving the tensile strength.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Meilani Mandhalena
Abstrak :
ABSTRAK
Gas CO adalah gas yang berbahaya, tidak hanya karena bersifat racun tetapi juga dikarenakan karakteristiknya yang tidak berbau, berwana dan tidak berasa. Pendeteksian secara konvensional tidak memadai untuk diaplikasikan di industri yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan pendeteksian. Pengembangan sensor gas mengarah pada bahan metal-oksida semikonduktor seng oksida ZnO . Untuk meningkatkan performa sensor, reduksi ukuran dan proses pendopingan telah menjadi alternatif yang mumpuni. Dopan dengan sifat katalitik, yaitu serium CeO2 , dipilih dalam penelitian ini. Nanopartikel CeO2 disintesis melalui metode presipitasi dengan presipitator NH4OH. Proses optimasi ukuran nanopartikel CeO2 dilakukan dengan memvariasikan temperatur kalsinasi, yaitu 300 oC, 400 oC, 500 oC, 600 oC dan 700 oC . Karakterisasi CeO2 hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan FTIR, XRD, PSA, dan TEM. Hasil FTIR mengidentifikasikan bahwa seluruh hasil sintesis mengandung gugus CeO2. Dari hasil karakteriasi XRD dapat diketahui ukuran kristalinitas CeO2 secara berurutan dari temperatur kalsinasi terkecil, yakni 5,3 nm, 5,7 nm, 6,5 nm, 9,9 nm, dan 12,3 nm. Selanjutnya nanopartikel CeO2 dengan ukuran terkecil, yakni hasil kalsinasi dengan temperatur 300 oC, dikarakterisasi lebih lanjut dengan menggunakan PSA dan TEM untuk memastikan sebaran ukurannya. Dari hasil PSA dan TEM diperoleh ukurannya adalah 113 nm dan 4 nm. CeO2 digunakan sebagai dopan dalam pembuatan lapisan tipis dengan memvariasikan konsentrasinya, yakni 0 wt , 4 wt , dan 8 wt . Pada penelitian ini digunakan tiga jenis metode deposisi yakni ultrasonic spray pyrolysis USP , dip-coating, dan spin-coating. Proses pendeposisian lapisan tipis ZnO yang didoping CeO2 dilakukan di atas substrat kaca terlapis emas. Selanjutnya hasil deposisi akan dianalisis morfologi kristalnya dengan menggunakan SEM, komposisi dengan EDS dan performa sensor dengan rangkaian alat deteksi. Morfologi lapisan tipis hasil deposisi dengan metode ultrasonic spray pyrolysis USP dan dip-coating menghasilkan bentuk partikel bulat sementara metode spin-coating menghasilkan bentuk nanowire. Performa sensor diuji dengan mengalirkan gas CO ke ruang uji dengan konsentrasi 100 ppm. Nilai sensitivitas sensor tertinggi bernilai 41 yang diperoleh pada sensor gas lapisan tipis ZnO yang didoping 4 CeO2 hasil deposisi dengan menggunakan metode dip-coating. Waktu respon dan waktu pulih tercepat adalah 5,5 detik dan 7 detik yang diperoleh pada sensor gas lapisan tipis ZnO yang didoping 8 CeO2 hasil deposisi dengan menggunakan metode dip-coating.
ABSTRACT
Carbon monoxide is a dangerous air pollution gas, not only due to its high toxicity but also because of its chemical characteristics exposure to CO occurs without the awareness of an individual. This gas is odorless, tasteless and colorless. Conventional detection is inadequate to apply in industries that require speed and accuracy of detection. The development of gas sensors leads to a metal oxide material of zinc oxide ZnO semiconductors. To improve sensor performance, reduction of size and preparation process has become a viable alternative. Dopants with catalytic properties, ie cerium CeO2 , were selected in this study. The CeO2 nanoparticles were synthesized by precipitation methods with NH4OH precipitators. The process of optimizing the size of CeO2 nanoparticles is done by varying the calcination temperature, 300 oC, 400 oC, 500 oC, 600 oC, and 700 oC. The synthesis of CeO2 characterization was performed using FTIR, XRD, PSA, and TEM. The FTIR results identify that all synthesis products contain the CeO2 group. The XRD result shows that the crystallite size of the cerium oxide increased from 5.3 nm to 12.3 nm as the calcining temperature increased from 300 to 700 oC. Furthermore, CeO2 nanoparticles that calcined at 300 C, are further characterized by using PSA and TEM to confirm the size distribution. From the results of PSA and TEM obtained size is 113 nm and 4 nm. CeO2 was used as a dopant in the manufacture of the thin films with different CeO2 Zn ratios, various concentrations were 0 2 and 6 wt . Ultrasonic spray pyrolysis USP , dip coating, and spin coating are used as the deposition method. The thin films deposited on top of a glass substrate with gold interdigitated electrode for electrical measurements . Furthermore, the deposition results will be analyzed by using SEM, EDS and sensor performance. In order to investigate gas sensing properties, the films deposited on top of glass substrates with gold interdigitated electrodes was heated at various temperature 150 oC, 200 oC, and 250 oC in chamber gas to collect resistance data. The volume of gas CO 100 ppm to be injected was controlled by the duration. The highest sensitivity sensor value is 41 obtained in the 4 CeO2 doped ZnO by dip coating method. Response time and recovery time is 5.5 seconds and 7 seconds is obtained in ZnO layer sensor which is doped 8 CeO2 with deposition using the dip coating method.
2018
T50691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joddy Arya laksmono
Abstrak :
Pada penelitian ini, telah dilakukan preparasi nanokomposit serat nilon-nanosilver yang memiliki sifat antimikroba dengan metode deposisi nanosilver pada serat nilon. Nanosilver dipreparasi dengan menggunakan asam askorbat, natrium borohidrat dan trisodium sitrat, serta dilakukan penambahan polivinil alkohol (PVA) sebagai stabilizer. Proses deposisi nanosilver pada serat nilon dilakukan dengan penambahan polisiloksan sebagai bahan pengikat perak terhadap serat nilon. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil uji antibakteri terhadap sample koloid nanosilver, sample dengan konsentrasi AgNO3 750 ppm dengan reduktor asam askorbat (P3R1) menghasilkan aktivitas antibakteri yang paling optimal dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan nilai hambatan yang lebih besar untuk bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan Eschericia coli, dengan panjang gelombang maksimum (λmaks) yang dihasilkan oleh koloid nanosilver adalah 418,5 nm dengan nilai absorbansi 2,052. Berdasarkan analisis ukuran partikel, sampel P3R1 memiliki ukuran partikel sebesar 87,5 nm dengan prosentase kumulatif sebesar 68,5%, indeks refraktif sebesar 1,3328, viskositas koloid nanosilver 0,8878, dan konstanta difusi sebesar 1,797 x x10^-8 cm²/sec. Secara keseluruhan ukuran partikel koloid nanosilver antara 50-150 nm memberikan hasil yang baik terhadap aktivitas antibakteri. Hasil analisis FTIR spectrum untuk komposit serat nilon-nanosilver menunjukkan terdapat gugus-gugus amida, vinil alkohol, dan siloksan. Selain itu juga menunjukkan adanya peak baru karena terjadi crosslinking antara nilon, PVA dan polisioksan pada komposit, yang ditunjukkan pada peak 2800-3000 cm^-1. waktu deposisi tidak memberikan pengaruh terhadap kerusakan serat. Uji antibakteri untuk komposit dilakukan dengan metode Colony Forming Units (CFU). Dari uji antibakteri menunjukkan bahwa konsentrasi polisiloksan 2% dan waktu deposisi 5 menit memberikan hasil stabilitas antibakteri yang baik dengan perlakuan beberapa kali pencucian. Analisis morfologi komposit nilon-nanosilver yang telah diinkubasi oleh bakteri, menunjukkan adanya partikel nanosilver yang terdifusi kedalam sel bakteri yang menyebabkan matinya bakteri.
In this study, we have performed the preparation composite nylon fibers - nanosilver that have antimicrobial properties nanosilver deposition method on nylon fibers. Nanosilver prepared using ascorbic acid, sodium borohidrate, and trisodium citrate via reduction reaction, as well as the addition of polyvinyl alcohol (PVA) as stabilizer. Nanosilver deposition process performed with the addition of Polysiloxane as nanosilver's binder on nylon fibers. The result showed that of the antibacterial test results on samples of colloidal nanosilver, the sample with a concentration of 750 ppm of AgNO3 with the reducing agent ascorbic acid (P3R1) produce the most optimal antibacterial activity compared with the others, and have a greater resistance value to the bacteria Staphylococcus aureus than Eschericia coli. The maximum wavelength (λmaks) produced by colloidal nanosilver is 418.5 nm with the absorbance value of 2.052. According to the analysis of particle size, sample P3R1 have particle size 87.5 nm with a cumulative percentage is 68.5%, the refractive index 1.3328, nanosilver colloidal viscosity 0.8878, and diffusion constants 1.797x10^-8 cm²/sec. Overall, particle size of nanosilver colloidal between 50-150 nm give good results on antibacterial activity. FTIR spectrum analysis results for nylon-liber composites showed that there were clusters nanosilver-amide group, vinyl alcohol, and siloxane. It also showed a new peak due to the crosslinking between nylon, PVA and polysiloxane on the composite, which is shown at peak 2800-3000 cm^-1. The deposition time does not give effect to the fiber damage. Antibacterial test for composites has been carried out by Colony Forming Units (CFU) methods. From the antibacterial tests showed that the concentration of Polysiloxane 2% and deposition time 5 minutes gave good results with the stability of antibacterial with treatment of several times of washing. Morphology analysis of nylon-nanosilver composite which has incubated by bacteria, indicating the existence of nanosilver particles diffused into the bacterial cell that caused bacterial death.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27897
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Marianingsih
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menginduksi respons pertahanan tanaman tembakau oleh lipopolisaakrida (LPS). LPS diekstraksi dari bakteri Pseudomonas syringae pv. tabaci (Pta) dan P. syringae pv. glycinea (Pgl). Respons pertahanan tanaman yang diamati adalah deposisi callose dan ekspresi gen terkait pertahanan (PAL, HIN 1 dan HSR 203J). Untuk pengamatan deposisi callose, daun tembakau diinfiltrasi dengan LPS Pta dan Pgl (400 µg/ml dan 800 µg/ml) serta diinkubasi selama 24 dan 48 jam. Selanjutnya, klorofil daun diluruhkan menggunakan larutan laktofenol dan diwarnai dengan aniline blue. Deposisi callose diamati dibawah mikroskop fluoresensi. Hasil pengamatan menunjukkan LPS bakteri Pgl menginduksi deposisi callose lebih banyak dibandingkan LPS bakteri Pta. Pengamatan ekspresi gen-gen terkait pertahanan dilakukan pada daun tembakau yang diinfiltrasi dengan 400 µg/ml LPS bakteri Pta and Pgl, serta diinkubasi selama 6 jam. Hasil RT-PCR terhadap daun tembakau menunjukkan LPS bakteri Pta dan Pgl mampu menginduksi ekspsresi gen HIN 1, tetapi tidak mampu menginduksi ekspresi gen PAL dan HSR 203J. Gen HIN 1 terekspresi lebih kuat pada daun tembakau yang diinduksi oleh LPS bakteri Pgl daripada LPS Pta. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa LPS bakteri Pgl menginduksi respons pertahanan daun tembakau lebih baik daripada LPS bakteri Pta.
Abstract
The aim of this study is to know the induction of tobacco defense responses by using lipopolysaccharides (LPS) which extracted from two phytopathogen, Pseudomonas syringae pv. tabaci (Pta) and P. syringae pv. glycinea (Pgl). The plant defense responses that observed are callose deposition and expression of defense-related genes (PAL, HIN 1 and HSR 203J). To detect callose deposition, tobacco leaves were infiltrated with 400 µg/ml and 800 µg/ml LPS Pta and Pgl, then incubated for 24 or 48 hr. Tobacco leaves were cleared in lactophenol solution, stained with aniline blue, then visualized by fluorescence microscopy. The result showed that LPS from Pgl induced more callose deposition than that from Pta in tobacco leaves. To investigate defense-related genes expression, tobacco leaves were infiltrated with 400 µg/ml LPS extracted from Pta and Pgl, then incubated for 6 hr. Analysis of defense-related genes expression were conducted by RT-PCR and visualized by electrophoresis on a 1.8% agarose gel. The result showed LPS Pta and Pgl can induce expression of HIN 1 gene in tobacco leaves, but can not induce the PAL and HSR 203J genes. The HIN 1 gene was highly expressed in tobacco leaves induced by LPS Pgl. The result indicates that tobacco could effectively recognize LPS of nonhost pathogen Pgl but not in host pathogen Pta.
2012
T30906
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dibuat suatu alat ukur untuk menetukan konstanta dielektrik lapisan tipis dengan metode arus konstan. Alat itu, dicoba untuk mengukur lima sampel yaitu substrat corning dideposisi lapisan tipis dengan teknik spin coating dari PIZT 8%, PVZT 8%, PNT8%, dan PGZT 8%. Hasil yang diperoleh dari pengukuran mengalami problem sehingga tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu penghitungan konstanta dielektrik dilakukan dengan menggunakan bantuan RCL meter tipe Fluke PM6306. Hasil penghitungan konstanta memakai alat yang dibuat yang diprogram dengan Labview diperoleh Hasil penghitungan konstanta masing-masing sampel tersebut adalah dengan program Labview diperoleh K substrat corning = 3,33; K PIZT 8% = 9,97; K PVZT 8% = 19,88; K PNZT 8% = 11,60 dan K PGZT 8% = 8,06. Dibandingkan dengan hasil pengukuran memakai RCL meter Fluke PM 6306 diperoleh K substrat corning = 2,061; K PIZT 8% = 20,178; K PVZT 8% = 22,923; K PNZT 8% = 22,211 dan K PGZT 8% = 20,062. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang berarti. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut.
[Universitas Indonesia, ], 2006
S29147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Jhonny H
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu penggunaan bahan bakar sebagai energi yang ramah lingkungan yang mulai diperkenalkan di Indonesia untuk kendaraan bermotor adalah bioetanol. Sangat sulit didapatkan etanol yang kemurniannya lebih dari 99% (fuel grade). Hal ini dikarenakan etanol memiliki titik didih yang berdekatan dengan titik didih air atau yang dinamakan titik azeotrop. Teknologi yang semakin modern dan canggih menuntut peneliti untuk bekerja lebih giat, tidak hanya pada bidang dengan cakupan skala mikro akan tetapi pada skala nano. Seperti halnya penelitian kali ini telah dilakukan sintesis zeolit NaA. Zeolit NaA memiliki diameter pori 3-4 Å sehingga secara teoritis dapat memisahkan molekul air yang memiliki diameter 2,8 Å dan etanol yang diameter porinya 4,4 Å. Zeolit NaA pada penelitian ini disintesis melalui proses reaksi hidrotermal dengan komposisi molar yang digunakan untuk membuat gel adalah Al2O3 : Na2O : SiO2 : H2O = 1 : 3,1 : 1,6 : 125. Deposisi Si pada zeolit NaA secara Chemical Vapor Infiltration (CVI) yang dilakukan bertujuan untuk mempersempit pori dari zeolit NaA. Hasil XRD menunjukkan bahwa reaksi hidrotermal selama 24 jam yang optimum dicapai pada suhu 130 °C dan deposisi Si pada zeolit NaA tidak mengubah struktur dari kristal zeolit NaA. Dengan membandingkannya terhadap difraktogram standar membuktikan zeolit NaA dan zeolit NaA terdeposisi Si berhasil disintesis. Foto SEM menunjukkan partikel kristal dari zeolit NaA dan zeolit NaA terdeposisi Si berukuran sekitar 1-3 μm. Dengan deposisi Si pada zeolit NaA, keadaan topografi dari kristal menjadi lebih rapat. Analisis dengan EDX menunjukkan Rasio Si/Al pada zeolit NaA dan NaA terdeposisi Si (+ TEOS 1%) secara berturut-turut adalah 0,5839 dan 0,5975. Dari hasil spektrum IR yang diperoleh terlihat bahwa zeolit NaA dan zeolit NaA terdeposisi Si memiliki komposisi kimia yang sama, adanya deposisi Si pada zeolit NaA tidak menimbulkan adanya perubahan spektrum dari zeolit NaA yang signifikan. Hasil karakterisasi BET menjelaskan bahwa deposisi Si dengan teknik CVI berhasil mempersempit pori dengan cara infiltrasi pada permukaan internal dari pori zeolit NaA, sehingga ukuran pori zeolit NaA menjadi berkurang dengan adanya deposisi Si yang mempengaruhi terjadinya reduksi volume pori (pore volume) dan luas permukaan (surface area). Hasil uji kinerja dari zeolit NaA dan NaA terdeposisi Si pada proses pemisahan etanolair menunjukkan performans yang sangat baik. Ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan kemurnian etanol umpan dengan konsentrasi 94,18% naik hingga diatas 99,6% pada perbandingan 6:1 (ml etanol / g zeolit). Uji kinerja terbaik diberikan oleh zeolit NaA terdeposisi Si ( + TEOS 0,25%) yang menghasilkan etanol dengan kemurnian/konsentrasi 99,75%.
2007
S30651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Respati Kevin Prama Dewandaru
Abstrak :
Penelitian ini mempelajari elektroreduksi karbon dioksida CO2 pada permukaan boron-doped diamond BDD termodifikasi iridium Ir-BDD . BDD diketahui sebagai suatu kandidat yang menarik untuk aplikasi dalam proses elektroreduksi CO2 karena dilaporkan memiliki kestabilan yang tinggi dan kemampuan menghasilkan radikal bebas dengan persen hasil yang tinggi. Modifikasi elektroda BDD dilakukan dengan teknik kronoamperometri pada potensial reduksi 0,60 V vs. Ag/AgCl menggunakan larutan K2IrCl6 dalam H2SO4. Karakterisasi dilakukan menggunakan instrument X-Ray Photoelectron Spectroscopy XPS , Scanning Electron Microscopy SEM, dan Raman Spektroskopi. Teknik kronoamperometri juga digunakan untuk proses elektroreduksi CO2 dalam sel elektrokimia yang memiliki dua kompartemen yang dipisahkan oleh membran Nafion. Potensial reduksi yang digunakan adalah -1.5 V dan -2.5 V vs. Ag/AgCl. Karakterisasi hasil elektroreduksi CO2 yang dilakukan dengan menggunakan High Performance Liquid Cromatograph HPLC dan Gas Chromatography GC. Perbandingan dengan elektroda BDD, Ir-BDD, dan BDD termodifikasi IrO2 IrO2-BDD menunjukkan bahwa Ir-BDD dan BDD menghasilkan asam format, sedangkan IrO2-BDD menghasilkan asam asetat. ......This research studied about electroreduction carbodioxide CO2 at the surface of boron doped diamond BDD modified by iridium Ir BDD. BDD is known as an attractive candidate for applications in the electroreduction of CO2 due to its high stability and its ability to produce radicals in high percent yields. Modification of BDD was performed using chronoamperometry method in a solution of K2IrCl6 in H2SO4 at the potensial of reduction of 0.60 V vs. Ag AgCl. Characterization was performed by X Ray Photoelectron Spectroscopy XPS, Scanning Electron Microscopy SEM, and Raman Spectroscopy. Chronoamperometry technique was also employed for the electroreduction process of CO2 using an electrochemical cell with 2 compartments separated by a Nafion membrane. The reduction potentials of 1.5 V and 2.5 V vs. Ag AgCl were applied. The results of electroreduction process of CO2 were characterized by High Performance Liquid Cromatography HPLC and Gas Chromatography GC. Comparison of Ir BDD with BDD and BDD modified by iridium oxide IrO2 BDD suggested that Ir BDD and BDD produced formic acid, while IrO2 BDD produced acetic acid.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Bastian
Abstrak :
Sel surya perovskite merupakan sel surya yang menggunakan organic-metal halide sebagai lapisan aktif pada sel surya. Pada tahun 2009, sel surya perovskite pertama kali difabrikasi dan mencapai efisiensi sebesar 3,8% dan pada tahun 2014 sudah mencapai 19,3%. Efisiensi tertinggi yang tercatat adalah sebesar 23,3%. Dalam kurun waktu 4-5 tahun sel surya perovskite sudah menunjukkan potensinya yang besar karena sudah hampir dapat menyaingi sel surya berbahan silikon. Biaya fabrikasinya yang murah, stabilitas yang baik, dan proses fabrikasi yang mudah membuat sel surya perovskite sangat menjanjikan untuk bersaing dengan sel surya silikon. Salah satu metode fabrikasi sel surya perovskite adalah dengan menggunakan proses annealing. Proses annealing merupakan proses pemanasan subtrat sampai suhu tertentu sehingga zat pelarut mulai menguap. Penelitian tentang sel surya perovskite sudah banyak, tetapi belum ada yang membahas secara langsung pengaruh suhu annealing pada struktur sel surya perovskite yang dipakai pada penelitian ini. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan variasi suhu annealing 110ºC, 120ºC, dan 130ºC pada proses deposisi lapisan aktif sel surya perovskite dengan tujuan mencari suhu yang paling tepat terhadap efisiensi sel surya. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pada suhu 130ºC, sel surya perovskite mencapai efisiensi tertinggi yaitu sebesar 1,91%.
Perovskite solar cell is a solar cell using organic-inorganic metal halide material as active layer of the solar cell. In 2009, perovskite solar cell is firstly fabricated with efficiency of 3.8% and in 2014 perovskite solar cell has achieved efficiency of 19.3%. Highest efficiency of perovskite solar cell that has been reported is 22.1%. In 4-5 years of development, perovskite solar cell has proved its high potential to become a high efficiency solar cells. Cheap fabrication, good stability and easy fabrication processes make perovskite solar cells very promising to compete with silicon solar cells. One of the fabrication method of perovskite solar cells is by using annealing process. Annealing process is the process of heating the substrate to a certain temperature so that the solvent begins to evaporate. There have been many studies on perovskite solar cells, but no one has directly discussed the effect of annealing temperature on the structure of perovskite solar cells used on this research. Therefore in this study, annealing temperature variations of 110ºC, 120ºC, and 130ºC will be carried out in the active layer deposition process of perovskite solar cells in order to find the most optimum temperature for the solar cells efficiency. The results of this study state that at 130ºC, perovskite solar cells reach the highest efficiency of 1.91%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radifan Abrar Tahrizi
Abstrak :
Fused depositiom modeling (FDM) menawarkan keuntungan unik menuju manufaktur fleksibel, yang dapat digunakan untuk membuat scaffold dengan geometris kompleks dan struktur internal yang berpori. Untuk meningkatkan kinerja biologis printedscaffold, sangat penting untuk menentukan biomaterial yang sesuai dan sifat mekanisnya yang terikat. Sifat mekanik memiliki peran penting dalam menentukan kinerja scaffold medis, sehingga mempengaruhi kinerja produk medis rekayasa jaringan. Akibatnya, pengaruh parameter printing pada berbagai jenis biopolimer yang berbeda untuk pembuatan scaffold masih bervariasi dan memerlukan pendalaman lebih lanjut. Penelitian yang diusulkan bertujuan untuk mempelajari pengaruh dan kelayakan parameter printing 3D dalam meningkatkan sifat mekanik, sekaligus memahami faktor biologis perancah TEMP (Tissue Engineered Medical Product) berdasarkan bahan biopolimer yang berbeda. Tujuannya adalah langkah awal menuju pemanfaatan pendekatan baru dalam pembuatan TEMP dengan cara yang lebih canggih melalui penggunaan teknik 3D pemodelan deposisi fusi. Penelitian dilakukan dengan membandingkan berbagai kinerja mekanik dan aspek biologis yang sesuai antara ABS (acrylonitrile butadiene styrene) dengan PLA (poly-lactic acid). ...... Fused deposition modeling (FDM) offers unique advantages for flexible manufacturing, which can be employed to fabricate scaffolds with complex shapes and internal porous structures. To improve the biological performance of printed scaffolds, it is crucial to determine suitable biomaterials and their mechanical attached properties. Mechanical properties have a significant role in establishing the functionality of a medical scaffold, thus affecting the performance of the tissue-engineered medical product. Consequently, the influence of printing parameters in different biopolymer for scaffold manufacturing still varies and require further investigation. The proposed research aims to study the influence and feasibility of 3D printing parameters in improving mechanical properties, while also understanding biological factors of TEMP (Tissue Engineered Medical Product) scaffold based on different biopolymer materials. The aim is an initial step toward utilizing a novel approach in manufacturing TEMP in a more sophisticated manner through employing the fused deposition modeling 3D technique. Research is conducted by comparing various mechanical performances and the corresponding
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>