Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Murdiningsih
Abstrak :
Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 390/100.000 kelahiran hidup (SDKI,1994). Angka tersebut masih relatif tinggi yaitu sebesar 3-6 kali bila dibanding negara-negara ASEAN, dan lebih dari 50 kali dari negara-negara maju. Sedangkan angka kematian ibu di Sumatera Selatan belum dapat diperkirakan, tetapi berdasarkan data dari beberapa Rumah Sakit dan Rumah Bersalin didapatkan pada tahun 1998 sebanyak 57 orang dan untuk cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas Gandus Kota Palembang pada tahun 1999 sebesar 85,26 % tetapi hanya 61,66 % ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. Salah satu komponen yang diduga mempunyai daya ungkit yang cukup besar dalam menurunkan angka kematian ibu adalah pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan yang baik diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga ibu dapat menyelesaikan persalinannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor pada ibu bersalin, fasilitas pelayanan dan faktor dukungan dari orang lain dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu yang melakukan antenatal care pada tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kota Palembang. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumah 98 orang yang terdiri dari 47 responden (Ibu bersalin) ditolong oleh dukun paraji (Bayi) dan 5l responden ditolong oleh tenaga kesehatan. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung, data kemudian diolah secara statistik menggunakan tehnik analisis Chi-Square dan Regresi Logistik. Dari hasil analisis bivariat diketahui ada empat variabel terbukti mempunyai hubungan bermakna terhadap pemilihan penolong persalinan yaitu variabel pendidikan, sikap, biaya dan dukungan orang lain Sedangkan variabel paritas tidak bermakna dan variabel riwayat sakit serta jarak tempuh tidak dapat dianalisis dikarenakan variabel tersebut dalam tabel silang ada sel yang kosong. Dari model regresi logistik diketahui ternyata variabel yang paling berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan adalah Sikap responden terhadap tenaga kesehatan yang dinyatakan dengan nilai Odds ratio terbesar yaitu 15,49 ( 95 % Cl = 1,708-140,57). Dari hasil uji interaksi tidak didapatkan hubungan yang bermakna antar setiap variabel setelah dilakukan interaksi berulang-ulang. Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilakukan oleh Dinas kesehatan kota Palembang untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang persalinan adalah diberikan penyuluhan tidak hanya pada ibu hamil dan menyusui saja tetapi juga pada ibu-ibu dalam masa reproduksi serta para pengambil keputusan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya dalam memilih penolong persalinan yaitu para suami atau keluarga yang disegani dalam keluarga yang bersangkutan sehingga mereka dapat mendukung dalam memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Untuk petugas Puskesmas perlu membina hubungan yang baik dengan dukun bayi serta dapat melakukan supervisi terhadap dukun bayi. Pada saat ibu hamil yang melakukan antenatal care di Puskesmas hendaknya diberikan konseling tentang masalah kesehatan ibu dan bayinya, dengan komunikasi yang efektif diharapkcn akan timbul keyakinan didalam diri ibu bahwa petugas kesehatan akan mampu menolong dirinya. ......The mother's mortality rate in Indonesia is about 390/100.000 life birth (SDKI, 1994). Those numbers is still high 3-6 times if we compare with another ASEAN countries and more then 50 times to other advance countries. While the mother's mortality rate in south Sunnatera cannot be predict yet, but based on several data from some of hospital and maternity clinic. at 1998 it is 57 people, and for antenatal care service at mess health center Gandus in Palembang at 1999 it's 85,26% but only 61,66% get proper health treatment from medical rep. One of component which can decrease mother's mortality rate is proper deliver service from medical rep, with good service, hopefully to keep and increase mother health and mother can finish her birth process and have healthy baby as well. The purpose of this research is to fill out the correlation between deliver mother, facility services, and other family support with selection of delivery helper to the mother who did antenatal care by health worker in Public Health Center Gandus working area Palembang. The design of this research is cross sectional, with 98 people as sample which consist of 47 respondents deliver mother with help from traditional birth attendant and 51 respondents is helped by medical rep. Data seeking is held by direct interview, and processed in statistic with using Chi-square analysis and logistic regression. From bivariat analysis, there are 4 variables which has correlation to delivery helper choosing proofed, i.e. education variable, attitude, cost and other people support. Paritas variable is not meaningful and illness history and also distance cannot be analyzed because in the cross tab there is empty column. From the logistic regression, the variable which effect to delivery helper chosen is attitude that declare with odds ratio value that is 15,49 (95% CI=1,708-140,57). From the interaction test there is no meaningful correlation between each variable, after continuous interaction. As suggestion for the next step, the better effort that has to be done by Palembang health Dept. to increase mother's knowledge about delivering a baby but also to the mother in reproduction period and also the decision maker in using the health service specifically in choosing the delivery helper which is the husband or family who being reluctant until they can support in choosing medical rep as a helper in delivering a baby. To the medical rep in Public Health Center, is important to build good relationship with traditional birth attendant and also supervising function to the traditional birth attendant. During pregnant period who take antenatal care in Public Health Center, is better if they have counseling about health problem, mother and the baby, with effective communication, in order to create self confidence that the medical rep is capable to help her.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Madiyaningsih
Abstrak :
PT Z merupakan pengelola dan pengembang IT PT ABC (sebuah perusahaan listrik yang dimiliki oleh pemerintah), dituntut untuk dapat memastikan keamanan siber yang tinggi dalam setiap layanan yang diberikan kepada PT ABC untuk mencegah kebocoran data, kerugian finansial yang dapat mencapai Rp. 300 Triliun, serta dampak non-finansial lainnya. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dan assessment IT Maturity Level untuk memastikan kehandalan manajemen keamanan siber PT Z. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis IT maturity keamanan siber pada PT Z menggunakan kerangka kerja COBIT 5 fokus pada domain proses Align, Plan, and Organize 13 (APO13) dan Deliver, Service, and Support 05 (DSS05). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah in-depth interview dan self evaluation assessment dengan menggunakan kuisioner kepada 33 pegawai STI selaku penanggung jawab IT. Berdasarkan pengolahan data menggunakan gap analysis, maka diperoleh tingkat kapabilitas pencapaian  APO13 PT Z adalah 3,06 (level 3) dengan gap tertinggi pada activity :APO13.2.3 gap 1.27, APO13.1.2 gap 1.06, APO13.2.1 gap 1.06. Sedangkan pencapaian domain DSS05 PT Z adalah 3,21 (level 3) dengan gap tertinggi berada pada DSS05.4.2 gap 1.64, DSS05.2.3 gap 1.15, DSS05.5.1 gap 1.09. Hasil ini menunjukkan bahwa PT. Z perlu membangun security information yang terintegrasi dan membentuk strategi keamanan IT selaras dengan strategi bisnis perusahaan dengan mendefinisikannya kedalam inisiatif keamanan: teknologi, people, dan proses. ...... PT Z is the IT manager and developer of PT ABC, a government-owned electricity company. They are required to ensure high cybersecurity in every service provided to PT ABC to prevent data breaches, and potential financial losses of up to Rp. 300 Trillion, and other non-financial impacts. Therefore, an evaluation and assessment of IT Maturlevelsevel need to be conducted to ensure the reliability of PT Z's cybersecurity management. This research aims to analyze the IT maturity of cybersecurity in PT Z using the COBIT 5 framework, focusing on the Align, Plan, and Organize 13 (APO13) and Deliver, Service, and Support 05 (DSS05) process domains. The methods used in this research are in-depth interviews and self-evaluation assessments, conducted through questionnaires distributed to 33 STI employees responsible for IT. Based on data processing using gap analysis, the achievement level of APO13 in PT Z is 3.06 (level 3) with the highest gaps identified in the following activities: APO13.2.3 (gap 1.27), APO13.1.2 (gap 1.06), APO13.2.1 (gap 1.06). Meanwhile, the achievement level of the DSS05 domain in PT Z is 3.21 (level 3) with the highest gaps identified in DSS05.4.2 (gap 1.64), DSS05.2.3 (gap 1.15), DSS05.5.1 (gap 1.09). These results indicate that PT Z needs to establish an integrated security information system and develop an IT security strategy that aligns with the company's business strategy by defining security initiatives in terms of technology, people, and processes.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arih Diyaning Intiasari
Abstrak :
Klaim persalinan yang rendah mengindikasikan ketidakpuasan bidan pada implementasi kebijakan jaminan persalinan (Jampersal) di Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi penyebabkan ketidak-puasan bidan dan hambatan implementasi kebijakan Jampersal di tingkat pelaksana. Penelitian deskriptif dengan desain studi kasus ini melakukan pengumpulan data kualitatif pada periode Maret - Juli 2012 terhadap informan empat bidan pegawai negeri sipil (PNS) dan empat bidan pegawai tidak tetap (PTT). Ditemukan ketidakpuasan bidan dan hambatan pelaksanaan kebijakan Jampersal tahun 2012, meliputi; besaran, pemotongan, dan lama klaim persalinan, penghapusan klaim persalinan komplikasi yang dirujuk, persaingan tidak sehat, dan proses administrasi. Ketidakpuasan bidan dan hambatan implementasi kebijakan Jampersal memerlukan kerja sama kalangan stakeholder untuk berkoordinasi secara mendalam untuk implementasi kebijakan Jampersal yang lebih baik pada masa mendatang.
The low service reimbursement indicates midwife unsatisfaction on policy implementation of delivery insurance in Purbalingga District. The objective of this study was to explore several cause factors of and to know the barrier problem on delivery insurance policy implementation at the ground level. This descriptive case study used qualitative data that collected in period March - July 2012. The Informants of this research include four civil servant midwives and four non civil servant midwives. This research found six factors causes midwives unsatisfaction at Jampersal policy implementation in 2012 include reimbursement payment reduction, amount of service reimbursement; delivery service complication referral payment; unfair competition practice; long time waiting for the reimbursement payment; delivery service reimbursement administration process. The midwife unsatisfaction and the delivery insurance policy implementation barrier need collaboration among stakeholders to deeply coordination for better delivery insurance policy implementation in the future.
Purwokerto: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnerita
Abstrak :
Di Indonesia, Angka Kematian Neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7 hari) 15 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 1997). Menurut survei kesehatan rumah tangga (START) tahun 1995), gangguan perinatal merupakan urutan penyebab kematian bayi di pulau Jawa-Bali (33,5%), diikuti kematian yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut (32,1%). Di luar Jawa-Bali, gangguan perinatal merupakan urutan kedua (26,9%) setelah infeksi saluran pernafasan akut (28%). (Depkes, 2000) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lama puput tali pusat bayi baru lahir dengan metode asuhan persalinan normal (APN) dibandingkan dengan metode alkohol.di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara tahun 2002. Studi ini menggunakan rancangan cross sectional, responden adalah ibu yang mempunyai bayi dengan menggunakan perawatan tali pusat dengan metode Asuhan Persalinan Normal (APN) di RB Tri TungaI dan ibu yang menggunakan perawatan tali pusat bayinya dengan metode alkohol di Bidan Praktek swasta (BPS) tahun 2003. Subjek / responden : sebanyak 138 orang , dimana 69 orang menggunakan perawatan tali pusat metode APN dan 69 orang dengan metode Alkohol kemudian ditanyakan lama puput tali pusat pada saat kunjngan pertarna neonatal dan dicatat lama puputtali pusat kedua metode. Hasil penelitian pada kedua metode tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam hal umur, pendidikan,BB bayi, jumlah anak, kondisi rumah dan lingkungan. Dari segi biaya lebih murah metode APN bila dibandingkan dengan metode Alkohol. Didapatkan Lama puput tali pusat Perawatan APN < 7 had 53 (76,8%) dan7 hari 16 (23,2%) sedangkan perawatan dengan Alkohol < 7 hari 17 (24,6 %) dan7 hari 52 (75,4%). Hasil studi menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara metode APN dengan alkohol didapatkan OR 1-0,13 (4,63 - 22,16 . CI 95 %). Perbedaan lama puput tali pusat metode APN dengan metode alkohol secara statistik bermakna (p = 0,00). artinya Efektifitas perawatan tali pusat metode alkohol memiliki kecendrungan 10,13 kali lebih tinggi untuk mengalami lama puput >7 hari bila dibandingkan dengan metode perawatan tali pusat metode APN, bukti-bukti menunjukan bahwa perawatan tali pusat memakai alkohol menyebabkan alkohol dapat membunuh flora normal yang ada pada tali pusat sehingga memperlambat proses puput tali pusat dan mempengaruhi pengeringan tali pusat secara alami (WHO,1999). Kesimpulan perawatan tali pusat metode Asuhan Persalinan Normal (APN) mempunyai efektivitas lebih baik , sekalipun di daerah prasejahtera I bila dibandingkan dengan perawatan tali pusat dengan metode alkohol terhadap lama puput tali pusat. Saran penelitian ini hanya dilakukan di Jakarta Utara, dengan karakteristik lingkungan dan perilaku yang berbeda diharapkan pada peneliti lain untuk dapat melakukan diluar DKI Jakarta. ...... In Indonesia, neonatal mortality is 2512000 live births and mortality rate of early neonatal (0-7 days) is 15/1000 live births (SDKI 1997). According to Household Health Survey (SKRT) 1995, prenatal problem is in the list of infants mortality in Java and Bali (33,5%), followed by acute respiratory infection (32,1%). Outside Java and Bali Island, prenatal is at second rank (26,9%) after acute respiratory infection (28%) (Depkes,2000) Object of this study is to find out duration of cord stump separation of newborn by normal practice method (APN) compared to alcohol method in sub district of Penjaringan, north Jakarta, 2002. This study is using cross sectional design, the cases are newborn used normal practice method (APN) Maternity Clinic of Tri Tunggal, and those who used alcohol method in practice of private midwives (BPS) 2003 Total respondents is 138 person, 69 using APN and 69 using alcohol method followed up until cord stump separated and record its duration in both method. Result of study in these two methods has no significant differences regarding age education, body weight of infant, house and neighborhood condition. From cost aspect APN method is less expensive than alcohol method. Cord stump separation in APN method < 7 days is 53 (76,8) and ≥ 7 days is 17 (23,2%).and in alcohol method 7 days is 17 (24,6%) and ≥ 7 days is 52 (75,4%). Result of this study shows that there is significant relationship between APN method and alcohol method OR 10,13 (4,63-22,16, 95%CI). Difference duration of cord stump separation between both methods is statistically significant (p=1,00), which mean effectiveness of alcohol method tend to have 10,13 times higher if duration ? 7 days compared to APN, there is evident that cord stump care by using alcohol could kill normal flora in cord stump and slowing down cord stump separation and draining process of cord stump naturally (WHO,1999). Normal practice method (APN) has better effectiveness, even in poor area compared to practice with alcohol method in regard to duration of umbilical cord stump separation. This study recommends conducting other studies in another location with different social demography outside Jakarta.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library