Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Atmaja K.J
Abstrak :
Daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fsb.) telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk terapi penyakit hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif infus daun sukun pada kerusakan hati tikus putih jantan yang diinduksi dengan karbon tetraklorida. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok I (kelompok kontrol normal) dan kelompok II (kontrol induksi karbon tetraklorida) hanya menerima larutan karboksimetilselulosa (CMC) 0,5%. Kelompok III-V masing-masing merupakan kelompok yang diberi infus daun sukun selama tujuh hari berturut-turut, yaitu 13,5 g/kg BB (dosis 1), 27 g/kg BB (dosis 2), dan 54 g/kg BB (dosis 3). Pada hari ke-7, semua kelompok selain kelompok normal diinduksi dengan karbon tetraklorida dosis 0,4 ml/kgBB secara peroral dua jam setelah pemberian infus terakhir. Parameter kerusakan hati diamati melalui pengukuran aktivitas alanin aminotransferase (ALT), kadar peroksida lipid hati, dan kadar kadar peroksida lipid plasma. Hasil uji ANOVA (p<0,05) memperlihatkan bahwa pemberian infus daun sukun dengan dosis 54 g/kgBB (dosis 3) selama tujuh hari berturut-turut sebelum induksi karbon tetraklorida dosis 0,4 ml/kgBB memiliki efek hepatoprotektif ditinjau dari parameter aktivitas ALT plasma dan kadar peroksida lipid hati.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33180
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rianti Adi Cahyaningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33114
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Yuhaniz
Abstrak :
[ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar kreatinin plasma tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley setelah pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis). Sebanyak 30 ekor tikus dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu 2 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 kemudian diberikan infusa daun sukun dengan dosis 1,35; 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB. Uji kualitatif pada infusa daun sukun menunjukkan bahwa infusa daun sukun memiliki aktivitas antioksidan serta mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Infusa diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu 12 jam. Pengambilan darah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu sebelum perlakuan, 12 jam setelah induksi CCl4, dan satu jam setelah pemberian infusa terakhir. Analisis sampel darah dilakukan menggunakan metode kolorimetri. Induksi CCl4 berhasil meningkatkan kadar kreatinin plasma tikus di atas batas normal. Rerata kadar kreatinin plasma tikus setelah pemberian infusa terakhir yaitu KK1 (0,80 0,11); KK2 (1,44 0,21); KP1 (1,12 0,42); KP2 (0,76 0,40); KP3 (0,56 0,06); dan KP4 (0,76 0,17). Uji LSD (P<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara KK2 dengan KK1, KP2, KP3, dan KP4. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sukun dengan dosis 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB berpengaruh terhadap kadar kreatinin plasma tikus. ABSTRACT
The present study was aim to assess plasma creatinine levels of male albino Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) after breadfruit leaf (Artocarpus altilis) infusion intake. Thirty male rats were devided into six groups, consisting of two control group and four treatment groups CCl4-induced and were given breadfruit leaves infusion at concentration dose of 1,35; 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg body weight, respectively. Qualitative test of breadfruit leaves infusion showed that it has antioxidant activity and positively contains alkaloid and flavonoid. Breadfruit leaves infusion were given orally and administered four times, with an interval of twelve hours. Plasma creatinine levels were measured three times, before treatment; 12 hours after CCl4-induced; and 1 hour after the last breadfruit infusion intake using colorimetric method. Plasma creatinine levels was elevated above the upper limits of normal after CCl4-induced. Mean of plasma kreatinine levels of the last analysis: KK1 (0,80 0,11); KK2 (1,44 0,21); KP1 (1,12 0,42); KP2 (0,76 0,40); KP3 (0,56 0,06); and KP4 (0,76 0,17) mg/dl. Least significant diffrence (LSD) test (P<0,05) showed a significant effect of breadfruit leaves infusion at dose of 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg bw on plasma creatinine levels of rats. , The present study was aim to assess plasma creatinine levels of male albino Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) after breadfruit leaf (Artocarpus altilis) infusion intake. Thirty male rats were devided into six groups, consisting of two control group and four treatment groups CCl4-induced and were given breadfruit leaves infusion at concentration dose of 1,35; 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg body weight, respectively. Qualitative test of breadfruit leaves infusion showed that it has antioxidant activity and positively contains alkaloid and flavonoid. Breadfruit leaves infusion were given orally and administered four times, with an interval of twelve hours. Plasma creatinine levels were measured three times, before treatment; 12 hours after CCl4-induced; and 1 hour after the last breadfruit infusion intake using colorimetric method. Plasma creatinine levels was elevated above the upper limits of normal after CCl4-induced. Mean of plasma kreatinine levels of the last analysis: KK1 (0,80 0,11); KK2 (1,44 0,21); KP1 (1,12 0,42); KP2 (0,76 0,40); KP3 (0,56 0,06); and KP4 (0,76 0,17) mg/dl. Least significant diffrence (LSD) test (P<0,05) showed a significant effect of breadfruit leaves infusion at dose of 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg bw on plasma creatinine levels of rats. ]
Universitas Indonesia, 2015
S62391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Visto Tjahjadi
Abstrak :
Sukun merupakan tumbuhan yang banyak digunakan secara empiris untuk berbagai macam penyakit, diantaranya diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari infus daun sukun pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang terbagi dalam lima kelompok. Sediaan uji diberikan per oral dengan variasi dosis setara dengan daun kering, yaitu 13,5 g; 27 g; dan 54 g/kg BB tikus. Sediaan uji disuspensikan dalam CMC 0,5%, sehingga untuk kontrol normal digunakan CMC 0,5% dan kontrol pembanding (Metformin HCl 270 mg/200 g BB tikus) disuspensikan dalam CMC 0,5%. Tikus dipuasakan ±18 jam, kemudian diukur kadar glukosa darah puasa, lalu diberikan larutan uji. Satu jam setelah perlakuan, kadar glukosa diukur kembali, kemudian diberikan glukosa 2 g/kg BB peroral. Pengukuran dilakukan pada menit ke-30, 60, 90, 120 setelah pemberian glukosa. Kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer Accu-Chek Active®. Pemberian infus daun sukun dengan dosis 27 dan 54 g/kg BB tikus dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna secara statistik pada setengah dan satu jam setelah pemberian glukosa, sedangkan dosis 13,5 g/kg BB tikus hanya dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna pada setengah jam setelah pemberian glukosa.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33208
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farah Safira
Abstrak :
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap kadar serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) dan serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) tikus (Rattus norvegicus) jantan yang diinduksi CCl4. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu: kelompok kontrol normal (KK1), kelompok kontrol perlakuan yang diinduksi CCl4 (KK2), kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 dan diberi infusa daun sukun dengan tiga dosis larutan yaitu 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB (KP1, KP2, dan KP3). Pemberian infusa daun sukun dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu 12 jam. Pengambilan darah dilakukan tiga kali, yaitu: sebelum diberikan perlakuan, 12 jam setelah diinduksi CCl4, dan satu jam setelah pemberian infusa daun sukun yang terakhir. Kemudian dilakukan analisis sampel darah berdasarkan metode IFCC. Data rerata kadar SGPT dan SGOT akhir adalah sebagai berikut: KKI (33,67 ± 5,5) dan (34,83 ± 8,01) U/L; KK2 (131,67 ± 4,76) dan (128 ± 12,93) U/L; KP1 (92,83 ± 3,76) dan (89,17 ± 4,71) U/L; KP2 (71,17 ± 5,15) dan (79,83 ± 10,3) U/L; serta KP3 (50,17 ± 4,17) dan (66,67 ± 7,61) U/L. Hasil uji LSD (P < 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol KK2. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis) berpengaruh terhadap kadar SGPT dan SGOT pada dosis 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB. ...... The present study was conducted to assess the effects of breadfruit leaf infusion (Artocarpus altilis) intake on serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) and serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) levels of CCl4-induced in male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.). Thirty male rats were devided into five groups, consisting of normal control group (KK1), treatment control group (KK2) CCl4- induced, and treatment group, CCl4- induced and breadfruit leaf infusion in different doses, 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg bw (KP1, KP2, and KP3), respectively. Breadfruit leaf infusion was given orally and administered four times, with an interval of twelve hours. SGPT dan SGOT levels were measured 3 times, before treatment, 12 hours after CCl4- induced, and one hour after the last breadfruit leaf infusion intake, using IFCC method. Mean of SGPT and SGOT levels : KKI (33,67 ± 5,5) and (34,83 ± 8,01) U/L; KK2 (131,67 ± 4,76) and (128 ± 12,93) U/L; KP1 (92,83 ± 3,76) and (89,17 ± 4,71) U/L; KP2 (71,17 ± 5,15) and (79,83 ± 10,3) U/L; after that KP3 (50,17 ± 4,17) and (66,67 ± 7,61) U/L. Least significant difference (LSD) (P<0,05%) test showed a significant effect of treatment. The result demonstrated potential beneficiary effect of breadfruit leaf infusion (Artocarpus altilis) for recovery SGPT and SGOT levels of 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg bw.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Ulfiarakhma
Abstrak :
Penyakit infeksi masih menjadi masalah terbesar di banyak negara, salah satunya infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA . Meskipun vankomisin merupakan antibiotik standar dalam mengobati infeksi MRSA, terdapat kekhawatiran munculnya galur yang resisten terhadap vankomisin, sehingga diperlukan pengembangan antibiotik alternatif untuk pengobatan MRSA yaitu dengan ekstrak daun sukun Artocarpus communis yang telah terbukti memiliki efek antibakteri berdasarkan penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun A. communis terhadap MRSA. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in vitro menggunakan metode makrodilusi. Uji aktivitas antibakteri ekstrak A. communis dilakukan dengan mencampurkan suspensi bakteri dan ekstrak kasar daun A. communis berkonsentrasi 1280 ?g/mL, 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, 160 ?g/mL, 80 ?g/mL, 40 ?g/mL, 20 ?g/mL, 10 ?g/mL, 5 ?g/mL, 2,5 ?g/mL, 1,25 ?g/mL, dan 0,625 ?g/mL, kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Uji diulang sebanyak dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tabung menghasilkan cairan yang keruh. Setelah larutan dari masing-masing tabung dikultur pada agar Mueller-Hinton, ditemukan pertumbuhan koloni bakteri pada seluruh agar. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak daun A. communis terhadap MRSA tidak ditemukan pada konsentrasi 1280 ?g/mL hingga 0,625 ?g/mL. ...... Infectious disease still remains a major problem in many countries, one of which is Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA infection. Although vancomycin is used to treat MRSA infection, there is concern about vancomycin resistant strain. Thus, the development of new alternative antibiotic such as breadfruit Artocarpus communis leaf rsquo s extract, which has antibacterial effect according to previous researches, is needed for more effective MRSA treatment. This research aims to know the antibacterial activity of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA. This in vivo experimental research uses macrodilution method which is performed by mixing bacterial suspension and A. communis leaf rsquo s crude extract with concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2,5 g mL, 1,25 g mL, and 0,625 g mL, then incubated at temperature of 37o C for 24 hours. The result shows that all tubes give cloudy solution. After all of concentration from each tubes is cultivated in Mueller Hinton agar, the growth of bacteria colony was found in all agar. In conclusion, minimum inhibitory concentration MIC and minimum bactericidal concentration MBC of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA cannot be obtained at the concentration range from 1280 g mL to 0,625 g mL.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library