Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Groenendael, Victoria M. Clara van
Doedrechc, Holland: Paris, 1985
791.53 GRO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Samsudjin Probohardjono
Solo: Budhi Laksana, 1954
784.926 SAM s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The Puppeter Mask Klaten is a form of ancient folk arts which the existence cannot be separated £rom the history of the kingdoms in Central Java. Klaten is becoming a place for creative community who are able to create many artistic expressions and one of them called as Dalang Mask. Agrarian culture, communality, family and togethemess are becoming the value of life which represented through Dalang Mask Klaten. However, because of the era change, Dalang Mask Klaten is isolating by modem culture. Also the passed away of the Puppeter, the absence of regeneration process are often occured in the family becomes the reason why this art is difficult to be preserved. This study uses a performance studies approach based on analysis system of performance studies to observe the layen of this arts including the story background, movement, actors, fashion, accompaniment, mask property and contextualization which apply to fmd out the purpose and the idea behind it.. The results showed Puppeter Mask Klaten is not just an object of artistic expression, but also a livehood and communal bonding power. This idea is essential to define Puppeter Mask Klaten in the context of artistic expression as an ideology, something that can be represent the pride of their owners. Art becomes a means of education for the community, both as history review, reflection and also as the provision of visionary towards its future."
780 MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Darto Harnoko
Yogyakarta: BPNB DI Yogyakarta, 2016
927 DAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Nugroho Adi
"Tulisan ini mengkaji proses penyampaian propaganda khususnya Jawa Tengah pada tahun 1986-198. Pendekatan yang dipergunakan adalah teori komunikasi massa pada pergelaran wayang kulit. Melalui penelitian terungkap adanya kooptasi terhadap dalang dalam melakukan penyampaian pesan-pesan pemerintah Orde Baru kepada masyarakat luas. Usaha pemerintah untuk melakukan propaganda melalui dalang begitu kentara pasca Gerakan 30 September. Akibatnya, terjadi perubahan konsep pertunjukan wayag kulit. Seringkali dalam menyisipkan pesan-pesan pemerintah, baik secara implisit maupun terang-terangan. Pesan-pesan ini disampaikan melalui janturan, ginem, gending, termasuk dalam adegan limbukan dan gara-gara. Namun pementasan wayang kulit pada Orde Baru juga mendorong kreativitas para dalang dalam menciptakan lakon baru, mengubah lakon, hingga menciptakan gending-gending bernuansa pembangunan"
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Qoyim
"Disertasi ini mengkaji konteks, dan fungsinya Dalang Jemblung sebagai tradisi lisan, bagi masyarakat Banyumas, Jawa Tengah. Dalang Jemblung adalah tradisi yang dituturkan dengan cara menggelar pertunjukan yang khas dalam bahasa Banyumas. Bentuk, cara penyajian, dan bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Dalang Jemblung dari dahulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan secara signifikan, tetapi lakon ceritanya dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan konteks perkembangan khalayaknya. Penciptaan lakon cerita dalam pertunjukan Dalang Jemblung dilakukan sekaligus dengan penuturannya. Lakon yang dibawakan dalam pertunjukan Dalang Jemblung diciptakan atas kondisi yang kontekstual. Struktur pertunjukan Dalang Jemblung terdiri atas: bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Dalang menciptakan jalannya cerita yang akan dilakonkan dalam pertunjukan dengan cara tidak menghafal, tetapi memanfaatkan persediaan formula di dalam ingatannya. Formula yang digunakannya berupa formula dalam dan formula luar. Pewarisan Dalang Jemblung dilakukan secara otodidak antara Dalang terdahulu dengan Dalang kemudian melalui proses mendengarkan penuturan, melakukan penuturan, dan mendialogkan hasil penuturan antar generasi Dalang. Adanya satu kesatuan konteks yang saling memengaruhi antara Dalang, penonton, penyelenggara pertunjukan, kesempatan pertunjukan, waktu dan tempat pertunjukan, imbalan jasa pertunjukan, dan inovasi pertunjukan menjadikan Dalang Jemblung dapat tetap bertahan hidup di dalam masyarakat Banyumas. Dalang Jemblung yang dikhawatirkan akan mati bahkan punah, ternyata masih berfungsi di dalam kehidupan masyarakat Banyumas dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakatnya. Fungsi-fungsi itu berguna bagi pembentukan karakter dan identitas panginyongan pada masyarakat Banyumas khususnya dan bagi pembentukan karakter bangsa Indonesia pada umumnya.

This dissertation examines the context and function of Dalang Jemblung as an oral tradition, for the people of Banyumas, Central Java. Dalang Jemblung is a tradition that is spoken by performing a peculiar show in Banyumas language. The form, way of presentation, and the language used in Dalang Jemblung 39;s show from the beginning until recent time has not changed significantly, but the story can change from time to time in accordance with the context of the development of the audience.The creation of story in Dalang Jemblung shows is done at once with the narration. The story performed in Dalang Jemblung 39;s show were created on contextual conditions. The performance structure of Dalang Jemblung consists of: the prologue, the contents, and the epilogue. The Dalang creates the story that will be performed in the show by not memorizing, but using the formula in his memory. Formula used in the form of inner formulas and outer formulas. The inheritance of Dalang Jemblung is done autodidactically between the former Dalang and the recent Dalang through the process of listening, telling, and dialogue between generations of Dalang.The existence of a unified context that affects the Dalang, the audience, the performance organizers, the performance opportunities, the time and place of the performance, the rewards of performing services, and the performance innovation make Dalang Jemblung able to survive in Banyumas society. Dalang Jemblung who is feared to be extinct, was still fully functioning in the life of Banyumas society from time to time in accordance with the demands of society change. These functions are useful for the formation of character and identity of panginyongan in Banyumas society in particular and for the character formation of Indonesian nation in general."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
D2447
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Seni sebagai kajian utama tidak terbatas pada ranah seni pertunjukan, tetapi turut membahas seni rupa, dan telaah seni itu sendiri. Jurnal ini menjadi sebuah alternatif baru dalampembacaan kajian seni yang tidak hanya bertolak dari perspktif tekstual, tekstuak berciri, kontekstual, tetapi juga postmodernis."
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
700 JKSUGM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi sejumlah tulisan, yaitu: 1. Babad Demak; 2. Dhaupipun Abumanyu lawan Utari (pejahipun Kalabendana) merupakan tuntunan bagi dalang, oleh Darmacarita; 3. Agama Buddha (Babadipun Sang Buddha); 4. Kagunaning wong wadon; 5. Pakem padhalangan (lampahan Irawan)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BKL.1099-SJ 75
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Suseno
"
ABSTRAK
Dalam khasanah kesusastaan Jawa, cerita pendek merupakan genre sastra yang dapat dikatakan masih baru. Istilah yang lazim digunakan untuk cerita pendek berbahasa Jawa adalah crita cekak atau biasa ditulis dengan cerkak. Kelahirannnya didukung penuh oleh majalah yang menjadi wahana tersiarnya jenis sastra ini dalam masyarakat Indonesia, khususnya di antara penutur Bahasa Jawa.
Jenis sastra yang satu ini diperkirakan telah ada sejak tahun 1930 walaupun belum secara eksplisit disebut cerkak. Cerita-cerita yang diangkat dalam cerkak, kebanyakan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kisah percintaan muda-mudi. Bahkan diketahui dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ratna Indriani, bahwa 50% cerkak yang dihasilkan pada yahun 1988 di Yogyakarta, memiliki ciri-ciri tersebut.
Pala tahun 1995, terbit sebuah antologi cerkak yang berjudul Kumpulan Crita Cerkak Ratu (KCCR) yang dapat dikatakan berbeda dengan cerkak-cerkak lainnya. KCCR, tidak lagi membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan percintaan muda-mudi. Hal ini membuat KCCR memiliki keunikan tersendiri daripada cerkak lainnya. Selain itu juga, cerkak-cerkak yang terdapat dalam KCCR memiliki banyak sindiran yang berupa kritik moral. Untuk itulah analisis terhadap struktur faktual di dalam skripsi ini, dilakukan untuk mengungkapkan keberadaan kritik moral."
1998
S11430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>