Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tegar Satrio Dwiputro
Abstrak :
DWDM adalah salah satu teknik multiplexing dengan media transmisi serat optik yang menggunakan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanalkanal informasi sehingga memungkinkan beberapa informasi (data, voice, dan video) ditransmisikan dalam satu serat optik saja dalam waktu yang bersamaan. Dalam skripsi ini, akan dijelaskan analisis tentang penggunaan teknologi DWDM pada jaringan backbone, terutama penggunaan teknologi DWDM pada backbone Jawa Barat. Untuk menganalisis, mengambil data-data yang diperlukan dari PT. TELKOM seperti konfigurasi jawa backbone, konfigurasi backbone jawa barat, dan perkembangan kapasitas atau trafik data dari tahun 2006-2011. Dari data yang didapat terlihat bahwa untuk jaringan backbone jawa barat teknik multiplexing yang tepat adalah DWDM karena hanya DWDM yang dapat memenuhi pertumbuhan kapasitas dan trafik pada backbone jawa barat. Sedangkan untuk konfigurasi, serat optik yang paling tepat untuk backbone jawa barat adalah G.652 dan G.655. Dan jarak antar terminal maksimal 97 km. ......DWDM is a multiplexing technique with optical fiber transmission media that uses different wavelengths as different channels of information to allow some information (data, voice, and video) is transmitted in only one optical fiber at the same time. In this thesis, will be explained the analysis of the use of DWDM technology in backbone networks, especially the use of DWDM technology in the backbone of West Java. To analyze the authors take the necessary data from the PT. TELKOM as backbone configuration of Java, West Java backbone configuration, and development of the capacity or the traffic data from the years 2006-2011. From the data obtained shows that for western Java backbone, network multiplexing technique which is appropriate is DWDM. Because only DWDM can fullfill the growing capacity and traffic on the backbone of west java. As for the configuration, the optical fiber which is most appropriate for western Java is G.652 and G.655. And the maximum distance between the terminal is 97 km.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42056
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kushartadi
Abstrak :
Teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) telah mengalami perkembangan pesat, di mana beberapa vendor telah meningkatkan kapasitas per frekuensi hingga mencapai 1 Tbps (Tera Bit Per Second). Dalam tesis ini, penelitian dilakukan untuk menentukan pola data yang digunakan oleh engineer guna mencapai hasil yang optimal dengan menggunakan kecerdasan buatan. Penelitian ini berfokus pada simulasi jaringan DWDM di Microsoft di Amerika Utara, yang melibatkan beberapa repeater dan mempertimbangkan berbagai faktor yang terjadi dalam jaringan tersebut. Dengan menggunakan data hasil performansi lapangan, ditemukan data yang paling optimal untuk jaringan DWDM tersebut. Dengan mencapai kinerja Q-Factor yang baik, diperoleh juga margin pada jaringan berdasarkan perhitungan kabel optiknya. Estimasi kinerja Q-Factor dapat diperoleh melalui fungsi regresi linear yang bergantung pada perangkat yang dilalui dalam jaringan, seperti Transponder, EDFA, dan media transmisi berupa serat optik. Data hasil pengukuran merupakan data perubahan daya transmisi pada sisi penguat, yang menyebabkan perubahan daya per kanal pada setiap transponder di sisi penerima. Setiap perubahan nilai kinerja Q-Factor pada setiap kanal dianalisis polanya menggunakan machine learning. Data tersebut akan dilakukan proses pelatihan berulang kali guna meminimalkan kesalahan dan mencapai kinerja Q-Factor yang lebih baik. Secara keseluruhan, hasil yang dicapai dalam tesis ini membentuk dasar bagi skema pemodelan kinerja Q-Factor yang akurat serta mendapatkan nilai Q-Factor yang optimal. Hasil penelitian ini memberikan wawasan tentang penggunaan machine learning di masa depan dalam perencanaan jaringan optik DWDM. ......This research investigates the development of Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) technology in conjunction with 6G technology to meet the growing demands for high-speed data transmission. Vendors have significantly increased the capacity per channel enabling speeds of up to 1 Tera Bit Per Second. The Q-Factor is one of the indicators that determines the quality of the optical system. Q-Factor plays a crucial role in evaluating these technological advancements. In actual practice, engineers need to conduct manual field tests to obtain the Q-factor value. Engineers must calibrate the equipment manually onsite. This procedure is time consuming and inefficient. Machine learning can be used to calculate and forecast the Qfactor quickly and automatically. This study designs a machine learning algorithm to forecast the Q-factor value based on the equipment parameters in the field. This study evaluates 4 machine learning algorithms. The data used is obtained from the Microsoft optical network in North America. The Decision tree model archives the best results with an impressive accuracy of 99.5% and low mean squared error (MSE) of 0,00104. The proposed algorithm achieved better results than the previous research.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Gerson Batara
Abstrak :
Jaringan backbone bawah laut merupakan salah satu faktor utama yang menjaga suatu sistem jaringan dapat berjalan dengan lancar, terutama di Indonesia ini sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Skripsi ini membahas mengenai rencana pengembangan jaringan backbone bawah laut berkapasitas 40G dengan kanal yang tersedia sebanyak 25 kanal. Jaringan ini menghubungkan kota Surabaya dengan kota Banjarmasin yang terpasang sepanjang 450 km dan melewati bagian timur Laut Jawa. Jaringan dibuat menggunakan serat optik Z-Fiber buatan Sumimoto Electric Industries, serta Unitrans ZXWM M920 dari ZTE. Hasil yang didapat berupa perhitungan setiap parameter kerja jaringan tersebut serta analisis kehandalan jaringan yang dibuat. Jaringan milik Indosat akan digunakan sebagai acuan yang akan dikembangkan, dimana pada awalnya hanya berkapasitas 10G akan dikembangkan menjadi 40G. Terdapat juga pembahasan mengenai pemilihan sistem proteksi jaringan serat optik bawah laut yang akan digunakan, serta perangkat serat optik yang digunakan pada jaringan tersebut. ......Submarine backbone network is one of the main factors that keep a network system to run smoothly, especially in Indonesia as the largest archipelago in the world. This thesis discusses the development plan of the network backbone capacity 40G submarine channels available with as many as 25 channels. This network connects the city of Surabaya to Banjarmasin city is built along the 450 km and pass east of the Java Sea. Network created using Z-Fiber optical fiber madeSumimoto Electric Industries, as well as from ZTE Unitrans ZXWM M920. The results form each network parameter calculation and network reliability analysis made. The author uses as Indosat's network of reference will be developed, which was originally only going to be developed with a capacity of 10G to 40G. There is also discussion on the selection of protective systems submarine fiber optic network that will be used, as well as fiber optic devices used on the network.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Juwita
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam tujuh tahun terakhir, jaringan fiber optik koheren telah memungkinkan berkembangnya generasi komunikasi optik digital berkecepatan tinggi. Teknologi transmisi koheren meningkatkan kapasitas dan jangkauan sistem transmisi fiber optik jarak jauh. Dengan didukung oleh teknologi laser koheren linewidth sempit, sistem modulasi multilevel, dan sistem deteksi koheren, transmisi optik digital koheren dapat mencapai bit rate hingga 100 Gbit/s. Jaringan fiber optik koheren dengan kapasitas tinggi dapat memenuhi permintaan bandwidth yang tumbuh dengan cepat di industri telekomunikasi dan merupakan solusi paling efisien untuk mentransmisikan data berkecepatan tinggi pada jarak jauh (long haul). Fiber optik menyediakan bandwidth besar dengan latency yang rendah. Perkembangan layangan dengan konsumsi bandwidth besar memerlukan jaringan transmisi long haul yang dapat membawa data berkecepatan 40Gbps -100 Gbps, dan diharapkan mencapai 400 Gbps - 1 Tbps di masa datang. PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) akan membangun sistem kabel laut optik koheren dengan sistem DWDM berkapasitas 80x100Gbps dan jarak terpanjang sejauh 3.672 km, menghubungkan Dumai sampai ke Menado, dengan nama Indonesia Global Gateway (IGG). Kabel laut ini menjadi jalur kontingensi layanan PT Telkom ke arah global yang selama ini hanya melalui Singapura, dengan memberikan jalur alternatif melalui Menado. Dalam pelaksanaannya, diperlukan evaluasi dan verifikasi terhadap desain yang telah dibuat oleh tim pembangunan IGG untuk menentukan optimal tidaknya sistem yang akan dibangun. Dalam tesis ini, dilakukan evaluasi terhadap desain sistem IGG, dengan pemodelan menggunakan aplikasi simulasi jaringan optik Optisystem. Pemodelan dilakukan dengan mempergunakan spesifikasi teknis perangkat pembentuk sistem jaringan IGG, dan diverifikasi dengan memperhatikan pengaruh dispersi terhadap sistem dengan kecepatan tinggi (100 Gbps) long haul, pemilihan jenis modulasi, pemilihan jenis fiber optik, penggunaan sistem deteksi koheren, penyempitan linewidth dan pemodelan sistem DWDM. Parameter yang menjadi acuan evaluasi adalah bentuk konstelasi sinyal terima di penerima dan BER
ABSTRACT
In the last seven years, the fiber optic network has enabled the development of nextgeneration coherent optical high-speed digital communications. Coherent transmission technology increases the capacity and coverage of fiber optic long haul transmission systems. Supported by a coherent narrow line width laser technology, along with the system of multilevel modulation and coherent detection systems, the digital coherent optical transmission bit rate can reach up to 100 Gbit / s. Coherent optical fiber network with high capacity can meet the demand for bandwidth and it is growing rapidly in the telecommunications industry since it is the most efficient solution for transmitting high speed data. Fiber optics provides a large bandwidth with low latency. The development of services with a large bandwidth consumption require transmission long haul networks that can carry data speed 40Gbps -100 Gbps, and is expected to reach 400 Gbps- 1 Tbps in the future. PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) is intentionally going to build a coherent optical submarine cable system with a capacity of 80x100 Gbps DWDM systems and the longest distance as far as 3,672 km, connecting Dumai to Manado, under the name Indonesia Global Gateway (IGG). This sea cable into contingency lines PT Telkom towards global service, during which in the past only through Singapore, by providing an alternative route via Manado. In the implementation, evaluation and verification of the design that has been created by the IGG development team are needed, in order to determine whether or not the optimum system to be built. In this thesis, evaluation of the IGG system design, modeling simulation of optical network using the application Opti-system. Modeling done by using technical specifications of devices forming the IGG network system, and verified by observing the effect of dispersion of the system at high speed (100 Gbps) long haul, the selection of modulation type, the choice of optical fiber, the use of the system coherent detection, narrowing the line width and modeling DWDM system. As parameter, the researcher uses the reference signal constellation form which is received in the receiver and BER.
2016
T45402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library