Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roid, Galeh H.
New York: Academic Press, 1982
371.2 ROI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremiah Marcel Eliasaputra
Abstrak :
Frekuensi klaim umumnya dimodelkan dengan Generalized Linear Model dan model-model lainnya yang serupa seperti regresi Poisson dan regresi Logistik. Akan tetapi, model-model tersebut tidak memperhitungkan adanya autokorelasi spasial, atau terjadinya hubungan yang erat antara daerah-daerah yang berdekatan, sedangkan frekuensi klaim dibuktikan bahwa ia dipengaruhi oleh lokasi yang diamati. Model spasial Besag-York-Mollié (BYM) dapat diimplementasikan ke dalam data klaim pada beberapa daerah yang berdekatan dan memiliki potensi untuk menghasilkan prediksi yang lebih akurat dibanding dengan model-model non-spasial. Akan dilakukan penelitian terhadap model BYM untuk menjelaskan kegunaan model tersebut dan memberikan alternatif bagi model-model yang biasa digunakan untuk pemodelan frekuensi klaim. Untuk mengevaluasi performa dari model BYM, maka model tersebut akan diimplementasikan kepada data simulasi, kemudian efektivitas dari model juga akan dibandingkan terhadap model-model lainnya menggunakan ukuran Deviance Information Criterion atau DIC. Hasil analisis menunjukkan bahwa model BYM memiliki potensi untuk menjadi model yang paling akurat dalam memprediksikan frekuensi klaim pada daerah-daerah dengan autokorelasi spasial yang kuat. ......Claims frequency modelling is usually done using Generalized Linear Models or other similar models such as Poisson regression and Logistik Regression. However these models do not take in account spatial autocorrelation, or the event in which neighboring areas would have a close relationship, even though claims frequency has been proven to be influenced by the observed locations. The spatial Besag-York-Mollié model can be implemented in claims data for several neighboring areas and has potential to be more accurate than non-spatial models in predicting claims frequency. Research towards the BYM model will be done to explain the usage of the model and provide an alternative to other models usually used for claims frequency. To evaluate the effectiveness of the model, the BYM model is then implemented into simulation data, and its effectiveness is compared to other models using the Deviance Information Criterion or DIC. The result of the analysis shows that the BYM model has potential to be the best model for cases that have a strong spatial relationship.
Depok: Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Carisa Putri Salsabila Purnamasari
Abstrak :
Pengangguran merupakan fenomena sosial yang menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi setiap daerah di Indonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka pengangguran adalah dengan melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka (TPT). Dibandingkan dengan metode analisis regresi linier, metode Geographically Weighted Regression (GWR) lebih diunggulkan karena dapat menangani masalah ketidakstasioneran spasial yang biasanya terjadi pada data fenomena sosial. Ketidakstasioneran spasial adalah situasi dimana hubungan antar variabel berbeda-beda secara signifikan di setiap lokasi pengamatan. Ketidakstasioneran spasial ini sering disebut juga dengan heterogen spasial. Heterogenitas spasial mengakibatkan hasil analisis regresi linier menjadi tidak akurat di beberapa lokasi. GWR menangani masalah tersebut dengan membangun model regresi di setiap lokasi pengamatan sehingga memungkinkan parameter regresi menjadi berbeda di setiap lokasi pengamatan. Pendugaan parameter pada model GWR menggunakan pembobot berdasarkan lokasi setiap pengamatan sehingga model yang diperoleh berlaku hanya untuk lokasi tersebut. Penentuan pembobot bergantung pada nilai bandwidth. Bandwidth merupakan lingkaran dengan radius ℎ dari titik pusat lokasi pengamatan yang digunakan sebagai dasar penentuan pembobot setiap lokasi pengamatan. Nilai bandwidth yang sangat kecil akan mengakibatkan variansi yang besar. Hal tersebut disebabkan karena jika nilai bandwidth sangat kecil maka jumlah pengamatan yang berada pada radius h menjadi sedikit, sehingga menyebabkan model yang diperoleh sangat kasar (undersmoothing) karena menggunakan sedikit pengamatan, dan sebaliknya. Oleh karena itu, pemilihan bandwidth optimum sangat penting dalam menentukan pembobot karena dapat mempengaruhi ketepatan model yang terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan performa model GWR yang menggunakan metode bandwidth CV, AICc, dan BIC dalam pembentukan fungsi pembobot Fixed Gaussian Kernel yang diterapkan pada data pengangguran di kabupaten/kota di Pulau Jawa. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengangguran terbuka kabupaten/kota di Pulau Jawa, dan variabel independen yang digunakan adalah kepadatan penduduk, indeks pembangunan manusia, tingkat partisipasi angkatan kerja, upah minimum kabupaten/kota, rata-rata upah sebulan pekerja formal, dan rata-rata pendapatan bersih sebulan pekerja informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kabupaten/kota memiliki model GWR yang berbeda-beda. Model GWR bandwidth CV lebih baik dalam menjelaskan data pengangguran kabupaten/kota di Pulau Jawa tahun 2020 karena memiliki nilai RMSE paling kecil, yaitu 1,0904 serta nilai R2 dan Adjusted-R2 paling besar, yaitu 0,8539011 dan 0,7937159. ......Unemployment is a social phenomenon, a problem faced by every region in Indonesia. One way that can be carried out to reduce the unemployment rate is analyzing the factors that affect the open unemployment rate (TPT). Rather than using linear regression analysis, Geographically Weighted Regression (GWR) was preferable since it gave a better representative model by effectively resolve spatial non-stationary problem which is generally exist in spatial data of social phenomenon. Spatial non-stationary is a situation when the relationship between variables are significantly different in each location of observation point. This spatial non-stationary is often refer to spatial heterogeneity. Spatial heterogeneity show that linear regression analysis will give a misleading interpretation results in some locations. GWR solve this problem by generating a single model in each observation location so the regression parameters can be different at each observation location. Parameter estimation in the GWR model uses weights based on the location of each observation so that the estimate model applies only to this location. The weighting determination depends on the bandwidth value. Bandwidth is a circle with radius ℎ from the center point of the observation location which is used as the basis for determining the weight of each observation location. Smaller bandwidth value will result a large variance. It can happen because when the bandwidth is very small, there will be a small number observations in the radius h, which can makes the estimate model is very rough (undersmoothing) because it uses few observations, and vice versa. Therefore, choosing the optimum bandwidth is very important in determining the weights where it can affect the accuracy of the model formed. This study aims to compare the performance of the GWR model using the CV, AICc, and BIC bandwidth methods in the formation of Fixed Gaussian Kernel weighted function which is applied to unemployment data in districts/cities in Java. The dependent variable used in this study is the district/city open unemployment rate in Java, and the independent variables are population density, human development index, labor force participation rate, district/city minimum wage, the average monthly wage of formal workers, and the average monthly net income of informal workers. The results show that each district/city has a different GWR model. The GWR model with CV bandwidth is better at explaining district/city unemployment data on Java Island in 2020 which it has the smallest RMSE value, 1.0904, and the largest R2 and Adjusted-R2 values, namely 0.8539011 and 0.7937159, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalendra Dwimantara
Abstrak :

Kambuhnya kanker payudara bergantung pada stadium tumor awal, terapi yang dilakukan sebelumnya, dan tumor biologi. Pengukuran darah lengkap merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang relatif murah, mudah dan efektif dalam mendiagnosis kanker. Analisis regresi kesulitan dalam membuat kesimpulan dari data yang mengandung sejumlah besar variabel penjelas yang saling berkorelasi. Profile regression mengadopsi sudut pandang yang lebih global, dimana kesimpulan didasarkan pada kelompok yang mewakili pola variabel penjelasnya. Pengelompokan dilakukan untuk menganalisis suatu data dengan melihat karakteristik tiap pengamatan pada data. Suatu data jika dibagi menjadi beberapa kelompok mengartikan data tersebut memiliki karakteristik pengamatan yang berbeda-beda. Analisis pada data yang heterogen bertujuan untuk mengidentifikasi subpopulasi yang homogen dan menentukan hubungan antar variabel dalam setiap subpopulasi. Finite Mixture Model (FMM) dengan pendekatan Bayesian digunakan untuk mengidentifikasi subpopulasi dari pasien kanker payudara berdasarkan pengukuran darah. Berdasarkan nilai Deviance Information Criterion (DIC) didapatkan bahwa subpopulasi yang terbentuk untuk data rasio pengukuran darah pasien kanker payudara adalah dua subpopulasi. Peluang pasien mengalami kekambuhan pada subpopulasi 1 sebesar 35% dan 72% pada subpopulasi 2. Sedangkan subpopulasi yang terbentuk untuk data inter-rasio pengukuran darah pasien kanker payudara yang terbentuk adalah dua subpopulasi. Peluang pasien mengalami kekambuhan pada subpopulasi 1 sebesar 9% dan 3% pada subpopulasi 2.


Recurrence of breast cancer depends on the initial tumor stage, previous therapies, and biological tumors. A complete blood test is one of the relatively inexpensive, easy and effective laboratory tests in diagnosing cancer. Simple regression analysis has difficulties in drawing conclusions from data that contain large numbers of explanatory variables that are correlated.  Profile regression adopts a more global perspective, where conclusions are based on groups representing covariate patterns. Clustering method aims to analyze data by looking at the characteristics of each observation in the data. If the data is divided into groups, that means that the data has different observational characteristics. Analysis of heterogeneous data purposes to identify homogeneous subpopulations and determine the relationships between variables in each subpopulation. Finite Mixture Model (FMM) with Bayesian approach is used to identify subpopulations of breast cancer patients based on blood measurements. Based on the value of the Deviance Information Criterion (DIC), it was found that the number of subpopulations formed for the data of the ratio of blood measurements for breast cancer patients are two subpopulations.  The probability of patients experiencing recurrence in subpopulation 1 was 35% and 72% in subpopulation 2. Whereas the number of subpopulations formed for the data of the inter-ratio data of breast cancer patients formed are also two subpopulations.  The probability of patients experiencing recurrence in subpopulation 1 is 9% and 3% in subpopulation 2.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Sakina
Abstrak :
"ABSTRAK
" Tugas akhir ini bertujuan untuk mencari kriteria seleksi model untuk model linier campuran. Kriteria seleksi model adalah kriteria yang dapat menyeleksi model terbaik dari sehimpunan model kandidat dari suatu data yang sama. Kriteria seleksi model yang dibahas pada tugas akhir ini yaitu kriteria seleksi model yang berdasarkan pada seleksi subset yang bertujuan untuk mendapatkan model kandidat yang paling sesuai untuk memodelkan data. Seleksi subset bekerja berdasarkan nilai discrepancy terkecil. Karena discrepancy tidak dapat dihitung secara langsung, maka ditaksir dengan kriteria seleksi model. Kriteria seleksi model yang digunakan untuk menaksir discrepancy pada tugas akhir ini yaitu Mallow rsquo;s Conceptual Predictive Statistic marginal MCp , dan improved MCp IMCp . Sebagai pembanding dari kedua kriteria seleksi model tersebut akan dibahas juga mengenai Akaike Information Criterion marginal mAIC . Untuk menilai kemampuan ketiga kriteria seleksi model tersebut dalam memilih model, dilakukan simulasi sebanyak 1000 kali. Dua ukuran efek acak yang berbeda dan dua nilai yang berbeda dari korelasi antar pengamatan dari suatu efek acak yang sama diterapkan pada simulasi untuk melihat kondisi kerja optimal dari kriteria seleksi model tersebut. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kriteria seleksi model MCp, dan IMCp bekerja lebih optimal saat ukuran efek acak kecil dibandingkan saat ukuran efek acak besar. Sementara besarnya korelasi antar pengamatan dalam efek acak yang sama tidak terlalu mempengaruhi kinerja MCp, dan IMCp. mAIC bekerja lebih optimal saat ukuran efek acak kecil dan korelasi antar pengamatan dari efek acak yang sama kecil dibandingkan dengan kondisi yang lain. "
" "ABSTRACT
" This final project aims to find the model selection criterion for linear mixed model, that is a criterion that can identify the best model provided a set of candidate models. The criterion discussed in this study is based on a subset selection. The subset selection works by finding the smallest discrepancy value of all candidate models. Since the discrepancy can not be directly calculated, it is estimated by the model selection criterion. The selection criterion that is used in this study is based on Mallow 39 s Conceptual Predictive Statistic Marginal MCp , and Improved MCp IMCp . Akaike Information Criterion marginal mAIC will also be discussed as a comparison to the MCp and IMCp. To assess the performances of the three criteria 1000 simulations were conducted. Two different sizes of random effects and two different values of correlation between observations of a same random effects were design to the simulation. Based on the simulation, MCp, and IMCp performed better for data with small size of random effects compared to that with large random effects. The correlations between observations of the same random effect did not significantly affect MCp 39 s, and IMCp rsquo s performance. mAIC performed better with small size of random effect and small correlations between observations of the same random effects.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Yugitama
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pengembangan Algoritma KASUMI dengan Penerapan fungsi F MISTY1 dan S-box AES. Algoritma hasil pengembangan diberi nama KAMIES. Untuk membandingkan tingkat keamanan KASUMI dan KAMIES dilakukan beberapa pengujian pada masing-masing komponen. Komponen yang dilakukan pengujian diantaranya adalah fungsi F yang terdiri dari FI, FL dan FO, kemudian S-box yang terdiri dari S7, S8, dan S9 yang terdapat pada masing-masing algortima. Metode pengujian yang digunakan diantaranya Bit Independence Criterion BIC dan Strict Avalanche Criterion SAC pada fungsi F sedangkan pada S-box digunakan metode pengujian Avalanche Criterion AC , SAC, BIC, XOR Table, LAT dan Nonlinearity. Hasil yang didapat dari penelitian ini membuktikan bahwa penerapan F MISTY1 dan S-box AES memiliki pengararuh terhadap tingkat keamanan algoritma KASUMI. Hal ini berdasarkan hasil pengujian Strict Avalanche Criterion SAC dan Avalanche Weight Distribution AWD pada algoritma keseluruhan KASUMI dan KAMIES yang menunjukkan bahwa KAMIES memiliki nilai difusi yang lebih baik dibandingkan KASUMI. ......This thesis discusses the development of KASUMI Algorithm with Application of F Function MISTY1 and S box AES. The result of development algorithm is named KAMIES. To compare the level of security KASUMI and KAMIES performed some testing on each component. Components that are tested are F functions consisting of FI, FL and FO, then S boxes consisting of S7, S8, and S9 are present in each algortima. Test methods which used include Bit Independence Criterion BIC and Strict Avalanche Criterion SAC on F function while in S box used Avalanche Criterion AC , SAC, BIC, XOR Table, LAT and Nonlinearity testing methods. The results obtained from this study prove that the application of F MISTY1 and S box AES have influence to the security level of KASUMI algorithm. This is based on the results of Strict Avalanche Criterion SAC and Avalanche Weight Distribution AWD testing on the overall algorithm of KASUMI and KAMIES which shows that KAMIES have better value than KASUMI.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurellia Surya
Abstrak :
Model kredibilitas mengestimasi frekuensi klaim tahun berikutnya dengan menggunakan data klaim masa lalu. Model kredibilitas Buhlmann dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari Linear Mixed Models (LMM) dengan asumsi banyak klaim dan random effect berdistribusi normal. Namun, banyak klaim lebih tepat dimodelkan dengan distribusi diskrit sehingga LMM perlu diperluas ke Generalized Linear Mixed Models (GLMM) yang dapat mencakup variabel respons mengikuti keluarga eksponensial. Pada tugas akhir ini, dikonstruksi model kredibilitas Buhlmann untuk frekuensi klaim yang diperluas berdasarkan kerangka GLMM dengan variabel respon berdistribusi Poisson dan binomial negatif. Parameter dari model kredibilitas Buhlmann yang diperluas berdasarkan kerangka GLMM diestimasi menggunakan metode numerik adaptive Gaussian quadrature. Data yang digunakan untuk penerapan model adalah data frekuensi klaim yang dibangkitkan dengan menggunakan software R. Pada akhir tulisan, performa model kredibilitas Buhlmann yang diperluas berdasarkan kerangka GLMM dibandingkan terhadap model kredibilitas Buhlmann menggunakan nilai Akaike Information Criterion (AIC), Bayesian Information Criterion (BIC) serta Mean Squared Prediction Error (MSPE). Berdasarkan kriteria model terbaik serta nilai MSPE, model kredibilitas Buhlmann yang diperluas berdasarkan kerangka GLMM memiliki performa yang lebih baik dibanding model kredibilitas Buhlmann dalam memprediksi frekuensi klaim. ......The credibility model estimates claim frequency in the following year by using past claims data. Buhlmann credibility model can be expressed as a special case of Linear Mixed Model (LMM) assuming claim frequency and random effects are normally distributed. However, claim frequency is more precisely modelled with discrete distributions so that LMM needs to be extended to Generalized Linear Mixed Model (GLMM) which can include response variables following an exponential family. In this final project, extended Buhlmann credibility model is constructed for predicting claim frequency based on the Generalized Linear Mixed Model (GLMM) framework with response variables following Poisson distribution and negative binomial distribution. The parameters of the extended Buhlmann credibility model based on the GLMM framework were estimated using the adaptive Gaussian quadrature numerical method. The data used for application of the model is claim frequency data generated using R software. At the end of this paper, the performance of extended Buhlmann credibility model based on the GLMM framework is compared to Buhlmann credibility model using AIC (Akaike Information Criterion), BIC (Bayesian Information Criterion), and MSPE (Mean Squared Prediction Error) values. Based on the criteria of the best model and the MSPE value, the extended Buhlmann credibility model based on the GLMM framework has better performance than Buhlmann credibility model in predicting claim frequency.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rizal
Abstrak :
Sampai saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV tetapi ada pengobatan yang bisa memperlambat perkembangan HIV dalam tubuh yang disebut Antiretroviral Treatment. Perkembangan HIV secara in vivo dapat dimodelkan ke dalam sistem persamaan diferensial biasa menggunakan pendekatan deterministik. Pada tesis ini dibentuklah model matematika untuk dinamika virus HIV di dalam tubuh dengan adanya intervensi Antiretroviral Treatment dan memperhitungkan pengaruh Apoptosis pada sel-T. Analisis sistem dinamik pada model untuk menentukan kestabilan dari titik keseimbangan bebas infeksi dan titik keseimbangan endemik menggunakan kriteria Routh-Hurwitz. Simulasi numerik menunjukkan bahwa penurunan jumlah sel-T sehat (T) dan perkembangan jumlah virus HIV (V) di dalam tubuh dapat dihambat dengan signifikan jika pengobatan ART diberikan setiap hari secara teratur dan pemilihan nilai parameter Apoptosis (A) berada pada interval [0,1 ; 0,5]. ......Until now, there is no medicine to cure HIV infection, but there is a treatment that can slow the progression of HIV in the body called Antiretroviral Treatment. The development of HIV, when evaluated in vivo can be modeled into a system of ordinary differential equations using a deterministic approach. In this paper, be formed a mathematical model for the dynamics of HIV in the body with the intervention of Antiretroviral Treatment and take into account the influence of Apoptosis on T-cells. The dynamic system analysis of the model to determine the stability of the infectious free equilibrium point and the endemic equilibrium point uses the Routh-Hurwitz criterion. Numerical simulations show that a decrease in the number of healthy T-cells (T) and the proliferation of HIV virus (V) in the body can be significantly impeded if ART treatment is administered daily on a regular basis and the selection of Apoptosis (A) parameter values is at interval [0.1 ; 0.5].
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan
Abstrak :

ABSTRAK
Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membantu dalam menganalisis kendala-kendala pada operasi Sistem Tenaga Listrik (STL). Pengetahuan dan teknologi STL yang berkembang ini sangat bervariasi sehingga menghasilkan berbagai model analisis pendekatan. Model-model ini berkembang mengikuti kecenderungan kemajuan-kemajuan di bidang tenaga Listrik.

Pada skripsi ini akan diterapkan dan dianalisis metode Extended Equal-Area Criterion (EEAC) yang digunakan untuk penanganan stabilitas peralihan (transient stability). Waktu pemutusan kritis yang teliti dapat ditentukan bersama-sama dengan Equal-Area Criterion (EAC), One Machine Infinite Bus (OMIB) dan Deret Taylor. Perhitungan-perhitungan menggunakan contoh STL yang terdiri dari 9 simpul dan 3 generator.
1997
S39424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>