Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chichester: Wiley-Blackwell, 2010
417.7 HAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rustikawati
Abstrak :
Bahan swabersih (self cleaning) dapat dibuat dengan merubah struktur permukaan substrat menjadi superhidrofilik atau superhidrofobik. Struktur permukaan yang bersifat superhidrofilik salah satunya dapat diperoleh dengan membuat lapisan tipis katalis TiO2 pada permukaan kaca dengan metode sol-gel. Ketika permukaan kaca disinari lampu UV, semakin lama permukaan tersebut kontak dengan UV, semakin superhidrofilik permukaan kaca itu. Hal ini ditandai dari nilai sudut kontak air yang terbentuk semakin kecil yakni mendekati 00. Pengukuran penurunan sudut kontak air di permukaan film katalis biasanya dilakukan dengan alat komersial yang dinamakan contact anglemeter. Dalam penelitian ini,peneliti melakukan preparasi permukaan bersifat superhidrofilik dengan cara melapisi kaca preparat dengan katalis TiO2 menggunakan metode sol-gel, selanjutnya peneliti mengembangkan (konstruksi) alat evaluasi sudut kontak yang akurasinya tidak berbeda secara signifikan dengan alat komersial yang sudah ada. Permukaan kaca yang dilapisi TiO2 menunjukkan aktifitas superhidrofilik dalam waktu sekitar tiga jam setelah penyinaran UV, ini ditunjukkan dari nilai sudut kontak air yang lebih kecil dari 100. Setelah dilakukan pengukuran sudut kontak air secara berulang antara Face Contact Anglemeter dan contact anglemeter hasil konstruksi, diperoleh kesimpulan bahwa contact anglemeter hasil konstruksi memiliki nilai akurasi yang tidak berbeda secara signifikan terhadap alat komersial yang telah ada. Self cleaning materials can be created by changing the structure of the substrate surface into superhydrophilic or superhydrophobic. One of the Superhydrophilic surface structures can be obtained by making a thin layer of TiO2 catalyst on the glass surface with the sol-gel method. When the surface of the glass irradiated UV light, the longer the surface is in contact with UV, the more superhydrophilic the glass surface. This marked the value of contact angle of water formed the less that is closer to 00. Measurement of water contact angle decreased in the surface film of catalyst is usually done with a commercial instrument that called contact anglemeter. In this study, researchers conducted a superhydrophilic surface preparation by coating glass with TiO2 catalysts using sol-gel method. Farther, researchers developed (construction) contact angle evaluation tools that have no significantly different from existing commercial instrument. TiO2-coated glass surface showed superhydrophilic activity for about three hours after UV irradiation. It is shown from the water contact angle value smaller than 100. After the water contact angle measurements were taken repeatedly from Face Contact Angle meter and the contact anglemeter construction, we concluded that the construction contact anglemeter has no significantly difference with the commercial instrument that already exist.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S54643
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Ruhdiat
Abstrak :
Penyakit kulit akibat kerja merupakan tiga besar penyakit akibat kerja yang banyak dilaporkan. Penyebab yang paling banyak terjadinya dermatitis kontak dengan bahan kimia, yang menyebabkan dermatitis kontak sebanyak 80%. Dermatitis kontak akibat kerja akan menyebabkan gangguan kenyamanan dan penurunan produktifitas kerja sehingga perlu diketahui dan dikendalikan. Penelitian ini merupakan sebuah observasi bersifat deskriptif yang dilihat secara cross sectional di laboratorium kimia di Jawa Barat tahun 2006. Tujuan utama untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja laboratorium kimia di PT Sucofindo. Dengan subyek penelitian adalah populasi pekerja analis. Seluruh subyek di wawancarai dengan kuesioner dan dilakukan pemeriksaan fisik ujud kelainan kulit. Suhu dan kelembaban udara dilihat dari data sekunder yang dilakukan oleh perusahaan setiap bulan. Dari 61 subyek penelitian yang diwawancara dan diperiksa, 100% kontak dengan bahan kimia, 86,86% dermatitis kontak akibat kerja, dengan insidensi rate sebesar 75,41 per seratus pekerja dan prevalensi rate sebesar 86,88 perseratus pekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak adalah lama kontak, frekuensi kontak, dan pemakaian APD (sarung tangan dan jas lab). Resiko terjadinya dermatitis kontak, sebesar 116 kali pada pekerja tanpa APD, sebesar 3,9 kali pada pekerja dengan riwayat atopi, dan sebesar 0,4 kali pada pekerja mempunyai perilaku mencuci tangan. Kesimpulannya adalah insidensi dan prevalensi rate dermatitis kontak akibat kerja di PT Sucofindo Laboratorium masih tinggi. Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah adanya kontak, pemakaian alat pelindung diri, lama kontak dan frekuensi kontak, dengan faktor yang paling dominan adalah pemakaian alat pelindung diri. Saran-saran perlu ditingkatkannya kepedulian manajemen terhadap bahaya kontak dengan bahan kimia. Melakukan review standar operasi prosedur pemakaian sarung tangan menurut jenis dan kegunaannya. Training bagi semua pekerja mengenai bahaya kontak bahan kimia, dan perlu peningkatan program peduli kesehatan kulit sebagai upaya preventif terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.
Work related skin disease is reported as top three of occupational disease. The most happening of occupational contact dermatitis due to contact with chemicals, causing contact dermatitis as approximately 80%. Occupational contact dermatitis will influence work and reduce productivity therefore it is important to recognize and controlled.This research represent a observation have the character of descriptive seen by cross sectional at a chemical laboratory in West Java in 2006. Especial target: to see factors influencing occupational contact dermatitis at worker of chemical laboratory in PT Sucofindo. By subject research is worker of analyst at chemical laboratory. All subject in holding an interview with using questioner and conducted by physical examination of existence of husk disparity. Temperature and humidity are obtained from data of secunder done by company each month. From 61 subject of research interviewed and checked, 100% contact with chemicals, 86,86% occupational contact dermatitis, by incidence rate equal to 75,41 1 100 workers and prevalence rate equal to 86,88 1 100 worker. Factors influencing the happening of contact dermatitis duration of contact, frequency of contact, and usage personal protective equipment (gloves and lab coat). Risk of contact dermatitis, equal to 116 times worker without personal protective equipment, equal to 3,9 times of worker with history atopy, and equal to 0,4 times worker have personal hygiene. Conclusion of research is still height rate of incidence and prevalence rate of occupational contact dermatitis in PT Sucofindo Laboratory. The most dominant factors is usage of personal protective equipment (gloves and lab coat). With suggestion require to improve of caring management to dangerous chemical especially it contact with them. Standard operating procedures must be reviewed usage of gloves according to his usefulness and type. Training must be conducted to improve appropriate program in order to prevent occupational contact dermatitis.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
buku ini adalah buku yang membahas tentang akibat dari mobile phone terhadap masyarakat kini ditinjau dari perspektif social -scientific.
Cambridge, UK: Cambridge, 2002
302.235 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raiford, Morgan B.
Boston: Litle Brown, 1962
617.7523 RAI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Appel, René
London: Edward Arnold, 1988
BLD 439.31 APP l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Appel, René
Amsterdam: Amsterdam Academic Archive, 2005
439.31 APP l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Irawan
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian ini digunakan reaktor Contact Glow Discharge Electrolysis dengan sistem batch untuk pengolahan limbah air yang mengandung amonia dengan menggunakan limbah sintetis ammonium sulfat dan larutan KOH. Volume reaktor yang dirancang sebesar 500 ml, dengan cooling jacket memiliki kapasitas maksimum 400 ml dangan laju pendinginan 11.1 ml/s. Anoda yang digunakan terbuat dari bahan tungsten berbentuk silinder dengan panjang 17.5 cm dan diameter sebesar 0.31 cm. Sedangkan katoda terbuat dari stainless steel berbentuk silinder dengan panjang 15 cm dan diameter 0.69 cm. Tegangan yang diberikan yaitu tegangan DC dengan kapasitas maksimum 1000 volt. Dari reaktor yang telah dibuat, dilakukan beberapa uji kinerja meliputi variasi tegangan, temperatur, kedalaman anoda serta pengukuran produktivitas radikal OH melalui pengukuran konsentrasi Hidrogen Peroksida selama proses CGDE berlangsung. Dari hasil penelitian didapat kondisi yang optimum yaitu pada tegangan dengan voltase 700 volt, temperatur 50-60 0C dan dengan kedalaman anoda 5 mm dan persentasi degradasi amonia yang dihasilkan mencapai 89.3 % dengan konsumsi energi untuk mendegradasi amonia mencapai 673,053 kilojoule/mol amonia terdegradasi dan konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 0.90 mmol.
ABSTRACT
In this research, there was making Contact Glow Discharge Electrolysis reactor using batch system for ammonia contained waste water treatment using syntetic waste water made from ammoniuum sulfat and KOH. Reactor?s volume is 500 ml with coling jacket that has 400 ml volume and cooling water flow rate 11 ml/s. Cylinder anoda was used and made from tungsten with 17,5 cm length and 0,31 cm diameter. While the cylinder cathode was made from stainless steel with 15 cm length and diameter 0,69 cm. The voltation was direct current with maximum capacity of 1000 volt. From the builded reactor, some working parameter was measured like voltation, temperatur, and anode deepness variation. The other parameter was hydoxyl radical productivity by measuring hydrogen peroxide while CDGE process was running. This research indicates optimum condition by using 700 volt voltation with 50-60 0C temperatur and anode deepness 5 mm where ammonia degradation presentation reach 89,3 % while consumes energy as much as 673,053 kilojoule/mol degradated ammonia and generated hydrogen peroxide degradation reach 0,90 mmol.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42597
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khanza Nadhifa
Abstrak :
Upaya mitigasi untuk mencegah penyebaran COVID-19 salah satunya adalah dengan menggunakan pelacakan kontak digital, yaitu teknologi yang dapat mengatasi hambatan dari melakukan pelacakan kontak secara manual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi cakupan penggunaan di negara yang tidak mewajibkan penerapan aplikasi pelacakan kontak digital serta faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan aplikasi tersebut dengan menggunakan desain literature review. Basis pencarian literatur yang digunakan adalah PubMed, ScienceDirect, ProQuest, dan Garuda. Hasil pencarian menunjukkan bahwa rentang persentase penggunaan aplikasi pelacakan kontak digital COVID-19 berkisar dari 11,3 – 84,1%, dengan penggunaan aplikasi paling rendah ditemukan pada studi di Prancis dan penggunaan aplikasi paling tinggi ditemukan pada studi di Inggris. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan aplikasi pelacakan kontak digital COVID-19 ditemukan terbagi ke dalam 8 kategori, yaitu kesehatan, sosioekonomi, demografi, prososial, kepercayaan pada pemerintah dan otoritas kesehatan, privasi, masalah teknis, serta efektivitas aplikasi. ......One of the mitigation efforts to prevent the spread of COVID-19 is to use digital contact tracing, which is a technology that can overcome barriers to manual contact tracing. This study aims to identify the scope of use in countries that do not require the application of digital contact tracing applications and the factors that influence the use of these applications by using a literature review design. The literature search bases used were PubMed, ScienceDirect, ProQuest, and Garuda. The search results show that the percentage range of use of COVID-19 digital contact tracing applications ranges from 11.3 – 84.1%, with the lowest application usage found in the France study and the highest application use found in the UK study. The factors related to the use of the COVID-19 digital contact tracing application were found to be divided into 8 categories, namely health, socioeconomic, demographic, pro-social, trust in government and health authorities, privacy, technical issues, and application effectiveness
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Nuraga
Abstrak :
Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit yang sering timbul pada industri dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak akibat kerja terjadi karena pekerja mengalami kontak dengan bahan kimia, termasuk logam yang menimbulkan kelainan kulit. Tujuan utama penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang terpajan bahan kimia pada sebuah perusahaan otomotif di Indonesia, Cibitung Jawa Barat. Penelitian bersifat deskriptif. Subyek penelitian berjumlah 54 responden diambil secara acak dengan stratified random sampling. Hasil dari penelitian yang semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, 74% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja: akut 26% (14 pekerja), sub akut 39% (21 pekerja), dan kronik 9% (5 pekerja) adalah subyek penelitian yang mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan analisis statistik multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini, yaitu lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat insidensi laju 65% per seratus pekerja, dan prevalensi 74% per seratus pekerja. Perlu ada upaya meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja untuk menggunakan sarung tangan yang tepat dan meningkatkan pengetahuan pekerja.

Occupational contact dermatitis is one of skin disease in industrial settings which may reduce worker productivities. The occupational contact dermatitis occurs when workers are come into contact with chemicals at part of the worker?s body. This chemical contact could lead to an occupational contact dermatitis. The objective of this research is to investigate factors related to the occupational contact dermatitis at the worker who come into contact with chemicals used in industrial automotive company in Indonesia, Cibitung Jawa Barat. The study design is a descriptive research. The research subjects were selected using a stratified random sampling, and the total subjects were 54 person. The data were collected based on physical examination by a medical doctor, and the research questionnaire. Result from this study indicated that 74% (40 workers) experience dermatitis contact: acute dermatitis contact 26% (14 workers), sub acute 39% (21 workers), and chronic 9% (5 workers). Furthermore, data analysis using a multivariate statistical analysis indicated that there are three major factors related to the occurence of contact dermatitis: duration of contact, frequency of contact and the use of personal protective equipment (PPE) particularly gloves. In conclusion, incidence rate of occupational dermatitis contact at industrial setting is 65%/100 worker, and prevalence rate of occupational dermatitis contact at industrial setting is 74%/100 worker. In order to minimize the occupational contact dermatitis it is recommended to raise the workers awareness, the correct type of gloves used specifically to the type of chemicals, as well as improving the workers knowledge.
[Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>