Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shirley Shinta
Abstrak :
Alasan dan Tujuan Penelitian : Pembangunan apartemen di kawasan segitiga emas Jakarta semakin melimpah namun kebanyakan masih kosong karena kelebihan pasok. Penulis mencoba menjadikan apartemen sebagai alternatif investasi dan rumah horizontal sebagai bandingannya kemudian membandingkan pembangunan apartemen di Jakarta dengan di Singapura dan Malaysia. Metode Penelitian : Dengan metode kepustakaan yaitu meneliti dan mencari aneka bahan dari dalam dan luar negeri. Dan dengan metode penelitian lapangan dilakukan dengan mengambil data langsung dari perusahaan konsultan properti. Hasil Penelitian : Dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini ( 1995 - 1996 ) yang nampaknya kurang menguntungkan untuk investasi ternyata benar karena setelah diperhitungkan dengan data - data riel, pilihan orang untuk melakukan deposito lebih menguntungkan dan jelas aman dibanding melakukan investasi di apartemen. Namun bila apartemen dibandingkan dengan rumah horizontal, apartemen tidak kalah menguntungkan yaitu dalam hal nilai present ( present value ) , jangka waktu balik modal dan capital gain. Kemudian bila pembangunan apartemen di Jakarta dibandingkan dengan di Singapura dan Malaysia, ketertinggalan pembangunan apartemen di Jakarta dapat dijelaskan melalui 2 sisi yaitu ekonomi dan sosial. Dari sisi ekonomi yaitu melalui besarnya GNP, tingkat inflasi, suku bunga, harga jual dan tabungan perumahan. Sedangkan dari sisi sosial yaitu jumlah penduduk, lugs daerah, tradisi masyarakat, jumlah ekspatriat, jumlah pasok dan UU Properti.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arafah
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas pada anak sekolah merupakan penyakit yang sudah menjadi masalah kesehatan kesehatan masyarakat. Prevalensi obesitas anak di indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebsar 9,5% pada laki-laki dan 6,4% pada perempuan menjadi sebesar 10% pada anak laki-laki dan 7,7% pada anak perempuan pada tahun 2010 dan menjadi 8,8% padan tahun 2013. Penelitian ini membahas mengenai kejadian obesitas pada anak di dua sekolah dasar. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kejadian obesitas anak serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di dua sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2014 di SDN Anyelir1 dengan status ekonomi menengah ke atas dan SDN Depok Jaya 7 dengan subjek penelitiannya adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan 5. Variabel penelitian ini pola makan, kebiasaan makan, karakteristik anak, karakteristik orangtua, aktivitas fisik anak dan keterpaparan media. Penelitian ini merupakan penelitian crossectional dengan analisis perbandingan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok mengenai lama waktu menonton TV dan bermain games, karakteristik orangtua, keterpaparan media, asupan energi total, asupan karbohidrat dan asupan lemak. Perbedaan status sosial ekonomi akan terjadi perbedaan pada lama menonton TV dan bermain games, asupan zat gizi energi total, karbohidrat dan lemak. Peneliti menyarankan untuk melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan diatas kelas 1, membudayakan kembali senam disekolah untuk memberikan waktu lebih banyak berolahraga, pembinaan kantin sekolah untuk membantu orangtua mengontrol asupan zat gizi anak.
ABSTRACT
Obesity in school children is a disease that has become a health problem of public health. The prevalence of child obesity in Indonesia in 2007 increased by 9.5% in men and 6.4% in women increased in 2010 to 10% in boys and 7.7% in 2013 to 8,8%. This study discusses the incidence of obesity in children at two elementary schools. The purpose of this study was to compare the incidence of childhood obesity and the factors that influence it in two elementary schools. This study was conducted in the SDN Anyelir 1 with middle high socioeconomic status and Depok Jaya SDN 7 with middle low socioeconomic status. The research subject are children of primary school grade 4 and 5 with the variables of this study diet, eating habits, child characteristics, parent characteristics , child physical activity and media exposure. This design study is a cross sectional with comparison analysis. There are significant differences between the two groups regarding the length of time watching TV and playing games, parental characteristics, media exposure, total energy intake, carbohydrate intake and fat intake. Differences in socioeconomic status will be a difference in the long watching TV and playing games, the total energy intake of nutrients, carbohydrates and fats. Researcher have suggested annually conduct anthropometric survey in school, once a week school aerobic exercising, and parents involve in school cafeteria to control the nutrient intake of children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Fransisca
Abstrak :
Peribahasa dari setiap bangsa diyakini mencerminkan pemikiran dan karakter bangsa tersebut. Orang Indonesia dengan pemikiran dan karakter yang berbeda dengan orang Korea belum tentu dapat memahami makna kata peribahasa Korea atau sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan makna kata air dalam peribahasa Korea dan Indonesia guna mencari persamaan dan perbedaanya. Penelitian ini dirancang untuk menjawab dua pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana domain target yang digunakan untuk domain sumber AIR dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia? dan bagaimana persamaan dan perbedaan makna kata air dalam peribahasa Korea dan Indonesia? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode studi perbandingan. Teori Conceptual Metaphor Theory (CMT) dari lakoff dan Johnson digunakan untuk menganalisis data dua bahasa, melalui pemetaan domain sumber dan target. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan makna kata ‘air’ dalam peribahasa Korea dan Indonesia. Persamaannya, di kedua bahasa metafora AIR dapat dikonseptualisasikan sebagai karakteristik manusia, lingkungan, bahaya, masalah, usaha, dan harta. Perbedaannya, konseptualisasi metafora AIR sebagai pengetahuan dan hal kesukaan hanya ada pada peribahasa Korea, sedangkan konseptualiasi metafora AIR sebagai pemimpin dan kebiasaaan hanya ada di peribahasa Indonesia. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memperkaya literatur di bidang linguistik, khususnya pada bidang kajian metafora dalam peribahasa Korea dan Indonesia. ......The proverbs of each nation are believed to reflect the thoughts and character of the nation. Indonesian people with different thoughts and characters from Korean people may not necessarily be able to understand the meaning of Korean proverbs or vice versa. This study is designed to answer two research questions, namely how is the target domain used for the WATER source domain in Korean and Indonesian? and what are the similarities and differences in the meaning of the word water in Korean and Indonesian proverbs? This research is descriptive qualitative research using a comparative study method. The Conceptual Metaphor Theory (CMT) from Lakoff and Johnson is used to analyze bilingual data, through mapping the source and target domains. The results showed that there were similarities and differences in the meaning of the word 'water' in Korean and Indonesian proverbs. The similarity is that in both languages, the metaphor of WATER can be conceptualized as human characteristics, environment, danger, problem, effort, and property. The difference is that the conceptualization of the metaphor of WATER as knowledge and liking is only found in Korean proverbs, while the conceptualization of the metaphor of WATER as a leader and habit only exists in Indonesian proverbs. The results obtained from this study can enrich the literature in the field of linguistics, especially in the field of metaphor studies in Korean and Indonesian proverbs.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aldy Azhari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efisiensi asuransi kesehatan di Indonesia akibat dari adanya regulasi BPJS di tahun 2014. Penelitian ini mengukur efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis DEA dengan menggunakan orientasi output, di 18 perusahaan asuransi public pada periode 2009-2016. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa tidak terjadi perubahan efisiensi yang signifikan setelah berlakunya undang-undang BPJS. Namun ketika pengukuran efisiensi dibedakan atas kepemilikannya, didapatkan bahwa nilai efisiensi pada perusahaan asuransi kesehatan joint venture mengalami penurunan, sedangkan asuransi kesehatan lokal mengalami peningkatan efisiensi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya penurunan hasil investasi yang cukup besar pada perusahaan asuransi kesehatan joint venture di tahun 2015.
ABSTRACT
This study aims to examine the efficiency performance of Indonesian private health insurance due to the application of BPJS regulation in 2014. This study compares the level of efficiency using Data Envelopment Analysis DEA output oriented. This study uses financial statements from 18 private insurance firms in 2009 to 2016. Result of this study show that there is no significant different of firms rsquo efficiency before and after the application of BPJS regulation. In addition, we find that the efficiency of the joint venture health insurance companies decreased, while local health insurance efficiency increased during the observation periods. This is due to a significant decline in investment returns of the joint venture health insurance companies in 2015.
2017
T50728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Ertandri
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Biopsi tumor ginjal merupakan tindakan yang bermanfaat karena mampu membedakan antara jenis histologis tumor ginjal. Oleh karena itu, biopsy memainkan peran penting dalam menentukan regimen terapi terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengalaman klinis biopsi ginjal di Rumah Sakit Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo, dengan pendekatan perkutan dan terbuka. Hal ini juga bertujuan untuk menganalisis indikasi, hasil, informasi intraoperatif, dan komplikasi dari kedua pendekatan tersebut. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kohort retrospektif, data dikumpulkan dari Rumah Sakit Rujukan Nasional (RSCM) Cipto Mangunkusumo dari tahun 1990-2019. Sampel biopsi diambil menggunakan biopsi ginjal perkutan dan terbuka sementara analisis komparatif dilakukan antara dua pendekatan biopsi. Hasil: Data dikumpulkan dari 33 pasien yang menjalani biopsi ginjal dari tahun 1990-2019. Sebagian besar kasus didiagnosis sebagai tumor ginjal yang tidak dapat direseksi sedangkan pemeriksaan histologis ditemukan karsinoma sel jernih pada sebagian besar kasus (73%). Selanjutnya, pendekatan terbuka menunjukkan durasi yang lebih lama dan kehilangan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik perkutan dengan median 60 (30-120) vs 30 (5-60) menit (P <0,001), dan 100 (5-650) vs 2 (1- 5) ml (P <0,001). Secara umum, komplikasi dilaporkan rendah untuk kedua teknik. Kesimpulan: Berdasarkan hasil, biopsi ginjal perkutan memiliki tingkat efikasi dan komplikasi yang sama dalam pengambilan sampel tumor untuk histopatologi bersamasama dengan pendekatan terbuka. Namun, ada perbedaan yang signifikan dalam durasi dan kehilangan darah, oleh karena itu, biopsi perkutan lebih unggul dibandingkan dengan pendekatan terbuka. ......Introduction and Objectives: Renal tumor biopsy is beneficial as it is capable of distinguishing between histological types of renal tumor, hence, it play an important role in deciding the best therapy regimen. This study aims to evaluate the clinical experiences of renal biopsy in Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital, with both percutaneous and open approach. It also aims to analyze the indications, results, intraoperative information, and complications of the two approaches. Method: This study was conducted using the retrospective cohort design, meanwhile, data were collected from Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital (RSCM) from 1990-2019. The biopsy sample was taken using percutaneous and open renal biopsy while comparative analysis was done between the two biopsy approaches. Results: Data were collected from 33 patients that underwent renal biopsy from 1990-2019. Majority of the cases were diagnosed as unresectable renal tumor while histological examination found clear cell carcinoma in most of the cases (73%). Furthermore, the open approach showed longer duration and higher blood loss compared to percutaneous technique with median 60 (30-120) vs 30 (5-60) minutes (P <0.001), and 100 (5-650) vs 2 (1-5) ml (P <0.001), respectively. In general, complications were reported to be low for both techniques. Conclusion: Based on the results, percutaneous renal biopsy have similar efficacy and complications rates in tumor sampling for histopathology together with open approach. However, there were significant differences in the duration and blood loss, hence, percutaneous biopsy is more favourable.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Vania Saraswati
Abstrak :
Penelitian ini menelusuri faktor – faktor yang mendorong Malaysia-GT berkembang lebih pesat bila dibandingkan dengan Indonesia-GT dan Thailand-GT dalam skema IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle). IMT-GT merupakan skema kerja sama sub-kawasan di ASEAN yang didirikan pada tahun 1993. Sempat mengalami stagnasi pada periode 1997 – 2004, IMT-GT kembali mengalami revitalisasi pada tahun 2005. Hingga berakhirnya periode pengimplementasian cetak biru pertamanya pada tahun 2016, masing-masing wilayah dalam IMT-GT telah menunjukkan perkembangan, khususnya pada bidang ekonomi. Namun, Malaysia-GT memiliki perkembangan yang paling signifikan dari ketiganya. Maka dari itu, penelitian ini menganalisis faktor di balik perkembangan ekonomi wilayah Malaysia-GT yang lebih signifikan melalui empat variabel konsep segitiga pertumbuhan, yakni; (1) Jarak Geografis; (2) Economic Complementarity dan Infrastruktur; (3) Komitmen Politik dan Partisipasi Sektor Swasta; dan (4) Keberadaan Katalis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis komparatif serta menggunakan studi pustaka dan wawancara dalam mencari data. Analisis penelitian ini menemukan adanya empat poin yang mendasari perkembangan ekonomi Malaysia-GT. Pertama, Malaysia-GT memiliki lokasi strategis yang menguntungkan dalam hal kedekatan geografis dengan dua wilayah lainnya dan mampu mengatasi hambatan geografis di antara mereka. Kedua, Malaysia-GT memiliki tingkat economic complementarity yang tinggi dengan kedua wilayah lainnya dan ditunjang oleh pembangunan infrastruktur yang memadai. Ketiga, komitmen politik Malaysia-GT dalam mengembangkan ekonomi wilayah Malaysia-GT lebih kuat dari Indonesia-GT serta Thailand-GT, yang mana hal ini berimplikasi pada partisipasi sektor swasta yang lebih besar pula. Keempat, Pemerintah Federal, ADB, serta pihak swasta dalam Malaysia-GT berhasil menunjukkan perannya yang kuat dalam mendorong perkembangan ekonomi wilayah. Dengan demikian, keunggulan yang dimiliki oleh Malaysia-GT dalam empat variabel tersebut merupakan alasan di balik perkembangan ekonomi Malaysia-GT.
This study explores factors that drive Malaysia-GT to develop more rapidly in comparison to Indonesia-GT and Thailand-GT in the IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) scheme. IMT-GT is a sub-regional cooperation scheme in ASEAN which was established in 1993. Had experienced stagnation in the 1997 – 2004 period, IMT-GT underwent a revitalization in 2005. Until the end of the first implementation blueprint in 2016, each region in the IMT-GT has shown steady progress, particularly in the economic field. However, Malaysia-GT has shown the most significant development of all three. Therefore, this study investigates the reasons behind Malaysia-GT’s rapid development through four growth triangle concepts variables, namely; (1) Geographical Proximity; (2) Economic Complementarity and Infrastructure; (3) Political Commitment and Private Sector Participation; and (4) Catalyst. This study uses qualitative methods with comparative analysis and uses literature and interviews in data accumulation. The analysis of this study found four points that underlie the Malaysia-GT economic development. First, Malaysia-GT has a strategic location that is advantageous in terms of geographical proximity with the other two regions and is able to overcome the geographical barriers between them. Second, Malaysia-GT has a high level of economic complementarity with the two other regions and is supported by adequate infrastructure development. Third, Malaysia-GT has a stronger political commitment in developing the region’s economy rather than Indonesia-GT and Thailand-GT, in which this aspect has implications for greater private sector participation. Fourth, the Federal Government, ADB, and private sector, as the catalysts of Malaysia-GT, has succeeded in displaying its strong role in driving the economic development. Thus, the eminence of Malaysia-GT in these four variables are the reason behind the significant development of the Malaysia-GT economy.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasenjit Chatterjee
Abstrak :
Selection of an automated inspection device for an explicit industrial application is one of the most challenging problems in the current manufacturing environment. It has become more and more complicated due to increasing complexity, advanced features and facilities that are endlessly being integrated into the devices by different manufacturers. Selection of inspection devices plays a significant role in a manufacturing system for cost effectiveness and improved productivity. This paper focuses on the application of a very popular Multi-Criteria Decision-Making (MCDM) tool, i.e. ELimination and Et Choice Translating REality (ELECTRE) for solving an automated inspection device selection problem in a discrete manufacturing environment. Using a sample case study from the published literature, this paper attempts to show how different variants of the ELECTRE method, namely ELECTRE II, IS, III, IV and TRI can be suitably applied in choosing the most efficient alternative that accounts for both the decision maker’s intervention and other technical elements. Using different ELECTRE methods, a list of all the possible choices from the best to the worst suitable devices is obtained while taking into account different selection attributes. The ranking performance of these methods is also compared with that of the past researchers.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2014
UI-IJTECH 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Asytuti
Abstrak :
John C Bogle dalam bukunya Bogle on Mutual Fund tahun 1998 mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi dari kinerja Investasi yaitu reward risk cost dan timing. Dari survei yang dilakukan oleh Investment Company Institute di Amerika, 70 % responden menyatakan bahwa faktor kinerja historis Reksa Dana adalah pertimbangan utama investor untuk berinvestasi di Reksa Dana selain faktor-faktor lain seperti biaya, profil manajer investasi dan lain-lain. Berdasarkan hal di atas, maka diperlukan standarisasi pengukuran kinerja Reksa Dana, sehingga investor dapat membandingkan kinerja Reksa Dana sebelum melakukan investasi. Penelitian Iggi Ahcsien dan Elghary di Malaysia tentang Kinerja Reksa Dana Syariah menyimpulkan keadaaan yang berbeda. Di dapat dari penelitian tersebut ternyata kinerja Reksa Dana Syariah lebih baik dari Reksa Dana Konvensional. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui kinerja Reksa Dana Syariah di Indonesia tahun 2001-2002 dimana tahun-tahun tersebut merupakan tahun berkembangnya Reksa Dana di Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan pada tahun 2001, Kinerja Reksa Dana Syariah masih dibawah kinerja pasar JII kecuali Danareksa Syariah (Saham). Pada Tahun 2002 Kinerja Reksa Dana Syariah berkembang lebih baik. PNM Syariah (Campuran) mempunyai kinerja outperformed dibandingkan kinerja pasar JII begitu pula Danareksa Syariah (saham). Untuk Dana Reksa Syariah Berimbang kinerjanya masih di bawah dari kinerja JII. Dengan menggunakan pendekatan risk adjusted return kinerja Danareksa syariah tahun 2001 memiliki index Sharpe sebesar-0,0009635, nilai Treynor sebesar 3,86698E-05 dan nilai Treynor sebesar -1,1 16E-04. Danareksa syariah memiliki ratio Sharpe dan Treynor paling tinggi dibandingkan dengan Reksa Dana konvensional yang diperbandingkan. Namun untuk index Jensen hanya lebih kecil daripada Niaga Sahara. Dengan menggunakan pendekatan return yang tidak diadjusted, return yang dihasilkan lebih kecil daripada ABN Amro, Rencana Cerdas, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Bahana Dana Prima dan Si Dana Saham. Pada Tahun 2002 Kinerja Danareksa Syariah mengalami penurunan. Untuk Reksa Dana Syariah campuran hanya PNM Syariah yang membukukan return lebih baik. Dengan menggunakan pendekatan risk adjusted return, index Sharpe Danareksa Syariah masih lebih baik dibandingkan dengan Reksa Dana konvensional akan tetapi memiliki index Treynor dan index Jensen lebih kecil. Sedangkan index Sharpe PNM Syariah lebih kecil dari Reksa Dana konvensional yang dibandingkan kecuali dibandingkan dengan Danareksa Anggrek. Index Treynor PNM Syariah hanya lebih kecil bila dibandingkan dengan DUIT. Dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa kinerja Reksa Dana Syariah masih belum melampaui kinerja Reksa Dana konvensional yang dibandingkan. Penulis menyarankan agar portfolio Reksa Dana syariah campuran lebih menempatkan proporsi dananya pada sektor obligasi syariah. Selanjutnya memperkuat jalinan kerjasama antar unit bisnis syariah baik perbankan, asuransi dan dana pension, untuk mengembangkan Reksa Dana Syariah. Comparative Analysis of Islamic Investment Funds and Conventional Investment Funds' Exertion in Gaining Optimal Return at 2001-2002John C Bogle in his book Bogle on Mutual Fund (1998) conveyed about four dimensions of investment: reward, risk, cost and timing. In the survey done by Investment Company Institute in America, 70% of respondent said that historical exertion factors of the Investment Funds is the investor's main consideration to invest in Investment Funds besides other factors like cost, investment manager's profile and etc. Based on that, measurement standardization of the Investment Funds' exertion is needed, so that investor can evaluate the Investment Funds exertion before investing. Iggi Ahcsien and Elghary's research in Malaysia about Islamic Investment Funds exertion conclude a different condition. The research resulted that Islamic Investment Funds exertion is better than conventional Investment Funds. Therefore the researcher is interested to know about the Islamic Investment Funds exertion in Indonesia at 2001-2002, years of the Investment Funds development in Indonesia. From the research performed at 2001, Islamic Investment Funds exertion was below El market exertion except Danareksa Syariah (stock). At 2002 Islamic Investment Funds exertion developed better. PNM Syariah (mixed) had an outperformed exertion as compared to ill market's exertion as well as Danareksa syariah (stock). Danareksa Syariah Berimbang's exertion is below JII's exertion. By using risk adjusted return approach, Danareksa Syariah's exertion at 2001 had Sharpe index of 0,0009635. Treynor rate of -3,86698E-05 and Treynor rate of -1.116E-04. Danareksa Syariah got the highest Sharpe and Treynor ratio than conventional Investment Funds. But the Jensen index was lower than Niaga Saham. By using unadjusted return approach, the return gained was lower than ABN Amro, Rencana Cerdas, Panin Dana Maksirna, Phinisi Dana Sahara, Bahana Dana Prima dan Si Dana Saham On 2002 Danareksa Syariah's exertion endured a deprivation. Only PNM Syariah got a better return for the mix Islamic Investment Funds. By using risk adjusted return, Sharpe index of Danareksa Syariah was better than the conventional Investment Funds, nevertheless it had a lower Treynor index and Jensen index. While Sharpe index of PNM Syariah was lower than conventional Investment Funds except as compared to Danareksa Anggrek. Trey nor Index of PNM Syariah was a little bit lower than DUIT. Form the above research we know that Islamic Investment Funds exertion was not beyond the compared conventional Investment Funds. The researcher suggested that the mixed Islamic Investment Funds portfolio place the funds more on Islamic bonds. Later on, it strengthens the cooperation among Islamic business units: bank, assurance and retirement fund, to develop Islamic Investment Funds.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nabiel
Abstrak :
Penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi pada dua aplikasi transportasi umum di Jakarta, yaitu KRL Access dan MRT-J. Dengan menggunakan pendekatan riset campuran eksplanatori sekuensial, penelitian ini memodifikasi Comprehensive-TAM sebagai model penelitian. Dua kuesioner didistribusikan melalui media sosial kepada 544 responden untuk KRL Access dan 322 responden untuk MRT-J. Analisis PLS-SEM digunakan untuk menguji hipotesis. Temuan menunjukkan dukungan untuk 13 dari 15 hipotesis untuk KRL Access, dengan informasi ketepatan waktu sebagai variabel yang tidak berpengaruh. Untuk MRT-J, 10 dari 13 hipotesis didukung, dengan kualitas informasi sebagai variabel yang tidak berpengaruh pada persepsi kemudahan penggunaan. Rekomendasi penelitian ini mencakup prioritas pengembangan fitur penjadwalan kereta yang tepat waktu. Hasil analisis disampaikan kepada manajer proyek MRT-J melalui wawancara ahli. ......This research investigates the influencing factors on the technological acceptance of two public transportation applications in Jakarta: KRL Access and MRT-J. Employing a sequential explanatory mixed-method approach, the study adapts the Comprehensive-TAM as the research model. Two questionnaires were distributed via social media, gathering 544 respondents for KRL Access and 322 for MRT-J. PLS-SEM analysis supports 13 out of 15 hypotheses for KRL Access, with information timeliness as a non-significant variable. For MRT-J, 10 out of 13 hypotheses are supported, highlighting information quality as non-significant for perceived ease of use, and perceived ease of use as non-significant for behavioral intention to use. Research recommendations emphasize prioritizing timely train scheduling features. Findings were conveyed to the MRT-J project manager through expert interviews.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Hana Prasanti
Abstrak :
Sebagai salah satu kota terpadat di dunia, Jakarta harus memiliki transportasi umum yang memadai untuk mencapai SDG 11: Sustainable Cities and Communities. Saat ini, sistem transportasi umum sudah ada di Jakarta, namun belum mencukupi kebutuhan seluruh penduduk. Untuk mendukung sistem ini, pemerintah juga harus terus meningkatkan aplikasi transportasi publiknya. KRL Access dan MRT-J adalah dua aplikasi populer yang digunakan oleh penduduk Jabodetabek dan merupakan bagian penting dari KRL Commuter Line dan MRT Jakarta, dua sistem transportasi umum yang dapat mengangkut paling banyak orang dalam satu kali perjalanan. Oleh karena itu, penulis mempelajari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penerimaan teknologi dari kedua aplikasi tersebut untuk meningkatkan pengembangannya di masa depan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sequential explanatory mixed-method research untuk menganalisis aplikasi KRL Access dan MRT-J dan penulis memodifikasi Comprehensive-TAM sebagai model penelitian. Penulis menyebarkan dua kuesioner melalui media sosial dan menggunakan PLS-SEM untuk menganalisis secara kuantitatif. Sebanyak 544 dan 322 responden valid untuk aplikasi KRL Access dan MRT-J dianalisis untuk menguji hipotesis. Penulis kemudian melakukan uji independent-samples t-test untuk membandingkan adopsi kedua teknologi tersebut. Setelah analisis kuantitatif, wawancara mendalam (explanatory interview), dilakukan untuk mendukung hasil penelitian dan menjelaskannya dari sudut pandang responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa system quality, information quality, dan service quality berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perceived usefulness, perceived ease of use, dan satisfaction terhadap aplikasi KRL Access. Diketahui bahwa perceived usefulness, perceived ease of use, dan satisfaction secara positif mempengaruhi behavioral intention to use, yang kemudian secara positif mempengaruhi actual system use. Untuk aplikasi MRT-J, system quality berpengaruh positif terhadap perceived usefulness, perceived ease of use, dan satisfaction. Information quality mempengaruhi perceived usefulness dan satisfaction, tetapi tidak mempengaruhi perceived ease of use. Convenience juga mempengaruhi perceived ease of use dan satisfaction. Perceived usefulness dan satisfaction mempengaruhi behavioral intention to use, yang secara positif berdampak pada actual system use. Namun Perceived risk dan perceived ease of use tidak berpengaruh terhadap behavioral intention to use. ......As one of the most populous cities in the world, Jakarta should have adequate public transportation in order to achieve Sustainable Development Goal 11: Sustainable Cities and Communities. Currently, this public transportation system exists, but it is not sufficient for all residents of the Jakarta Metropolitan Area. To support the system, the government must also constantly improve its public transportation applications. The KRL Access and the MRT-J are the two popular applications used by Jakarta Metropolitan Area residents and a crucial part of the KRL Commuter Line and the MRT Jakarta, the two public transportation systems that could carry the most people in a single trip. Hence, the authors study the factors that contribute to the technological acceptance of the two applications to improve their development in the future. In this study, sequential explanatory mixed-method research is used for both the KRL Access and MRT-J application analyses, and the authors modified Comprehensive-TAM for the research model. The authors distributed two questionnaires via social media and used PLS-SEM to quantitatively analyze a total of 544 and 322 valid respondents for the KRL Access and the MRT-J applications to test the hypotheses. An independent-samples t-test is then used to compare the adoption of both technologies. After the quantitative analysis, an explanatory interview is conducted to support the result and explain it from the respondents' perspective. The analysis showed that system quality, information quality, and service quality positively and significantly affect perceived usefulness, perceived ease of use, and satisfaction with the KRL Access application. It is known that perceived usefulness, perceived ease of use, and satisfaction positively affect behavioral intention to use, which then positively affects actual use. For the MRT-J app, system quality positively affects perceived usefulness, perceived ease of use, and satisfaction. Information quality affects perceived usefulness and satisfaction, but not perceived ease of use. Convenience also affects perceived ease of use and satisfaction. Perceived usefulness and satisfaction affect behavioral intention to use, which positively impacts actual system use. Perceived risk and perceived ease of use had no effect on behavioral intention to use.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>