Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Angela
Abstrak :
Optimalisasi paduan cartridge brass sebelumnya telah dilakukan lewat penambahan paduan Al, menghasilkan paduan Al-brass dengan fasa α dan β biner yang memiliki kekuatan mekanis lebih tinggi dari paduan konvensional tanpa mengalami reduksi elongasi yang signifikan. Dalam penelitian ini, dipelajari mengenai pengaruh proses manufaktur canai dingin dan perlakuan anil terhadap karakteristik fasa dan yang terdapat dalam paduan Cu-29.5Zn-2.5Al wt. hasil pengecoran gravitasi. Pelat as-cast dihomogenisasi pada temperatur 800 °C selama 2 jam, dideformasi menggunakan canai dingin dengan derajat deformasi sebesar 20, 40, dan 50, dan diberikan perlakuan anil pada temperatur 150, 300, 400, dan 600 °C selama 30 menit. Karakterisasi dilakukan melalui observasi mikrostruktur dengan mikroskop optik, pengambilan gambar dengan SEM, uji komposisi OES dan SEM-EDS, karakterisasi fasa dengan XRD, dan pengujian kekerasan mikro dengan metode Vickers. Paduan as-homogenized memiliki struktur mikro martensitik dua fasa α dan βdan dengan diamond-shape configuration. Setelah canai dingin terlihat adanya mekanisme deformasi slip, cross-slip, twinning, dan pembentukan shear band hanya pada fasa ?, sementara peningkatan kekerasan mikro terjadi pada kedua fasa dan. Selanjutnya, perlakuan anil temperatur rendah pada 150 °C menghasilkan peningkatan kekerasan mikro paduan akibat pembentukan atmosfir Cottrel, sementara perlakuan anil di temperatur 300, 400, dan 600 °C menghasilkan penurunan nilai kekerasan mikro akibat mekanisme penguraian dislokasi dan relaksasi tegangan. Rekristalisasi butir equiaxed hanya terjadi di fasa α dan β pada hasil anil temperatur 600 °C.
Previous research displayed a successful attempt in optimizing mechanical properties of cartridge brass by utilizing Al alloying element, producing binary Al brass alloy with higher strength and hardness without a significant diminution in its elongation compared to conventional cartridge brass alloys. Hereinafter, the effect of cold rolling and annealing treatment on the characteristics of α and β phases in gravity casted Cu 29.5Zn 2.5Al wt. alloy was studied. Produced as cast samples were homogenized at 800 °C for 2 h, subjected to cold rolling with 20, 40, and 50 reduction in thickness, and annealed at 150, 300, 400, and 600 °C for 30 min. Phase characterizations were done through optical microscopy, SEM imaging, OES and SEM EDS composition analysis, XRD, and micro Vickers hardness measurement. A binary martensitic morphology with diamond shape configuration compromising of α and β phases were found in as homogenized sample. Cold rolling resulted in slip, cross slip, twinning, and formation of shear band, solely in the phase. However, increase in microhardness was detected in both α and β phases. Furthermore, it was found that low temperature annealing at 150 °C resulted in an increase of micro hardness of both phases due to the formation of Cottrel atmosphere, while usual decrease in hardness value was discovered after annealing at 300, 400, and 600 °C through disl°Cation entanglement and stress recovery mechanisms. Recrystallized phase β grains in equiaxed shape were visible in sample annealed at 600 °C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahsan
Abstrak :
Pengerolan paduan kuningan menggunakan mesin rol ONO tipe TF06 Formk dilakukan di laboratorium. Benda kerja sebanyak empat spesimen dilakukan pengerolan dingin secara single pass dan dalam beberapa tahap reduksi. Pada tahap tertentu dilakukan pengujian kekerasan dengan uji Brinell. Hasil ekperimen yang diperoleh adalah pengurangan tebal spesimen dan beban pengerolan. Berdasarkan data eksperimen tersebut dibuat perhitungan teoritis untuk beban pengerolan, torsi dan daya. Perbedaan antara hasil eksperimen dan perhitungan teoritis seperti yang ditunjukkan dalam grafik-grafik, relatif kecil. Pada pengerolan paduan kuningan dalam penelitian ini diperoleh prediksi koefisien friksi sebesar 0,02.
A cold rolling of brass alloy using Rol ONO machine type TF06 Formk was conducted at laboratory. The four brass alloy specimens were cold rolled by single-pass and in several stages of reduction. In certain stages, Hardness of the specimens were measured by Brinell testing. The experimental results were the height reduction of specimens and rolling load. Based on the experimental data, theoretical calculation for rolling load, torsion and power requirement are presented. The experimental results and theoretical calculation as shown in the respective graphs, differ relatively small. The prediction of friction coefficient in the cold rolling of this brass alloy obtained in this research is 0.02.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Mushabhanif Ghazy
Abstrak :
Magnesium merupakan jenis logam dengan biokompatibilias yang sangat baik dan sifat mekanik yang paling mendekati tulang manusia sehingga cocok untuk digunakan sebagai material implan tulang mampu luruh. Akan tetapi, magnesium memiliki dua permasalahan utama dimana kemampubentukan yang terbatas karena struktur kristal HCP dan ketahanan korosi yang kurang baik. Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan penambahan unsur paduan atau dengan diberikan perlakuan termomekanik. Pada penelitian ini, logam magnesium akan diberikan unsur paduan litium (Li) sebanyak 14%wt (persen berat) dan alumunium (Al) sebanyak 1%wt (persen berat). Selain penambahan unsur paduan, paduan magnesium akan diberikan perlakuan termomekanik dimana pada penelitian ini metode yang digunakan adalah pencanaian dingin (cold rolling) dan annealing. Proses cold rolling akan dilakukan dengan tiga variasi persen reduksi sebesar 30%, 60% dan 90% dimana proses annealing dilakukan pada temperatur 300oC dengan waktu tahan satu jam dan laju pemanasan sebesar 5oC/menit. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penambahan dari unsur paduan litium (Li) dan alumunium (Al) dapat meningkatkan keuletan dari paduan LA141 karena dihasilkan fasa β-Li dan θ-MgAlLi2. Proses perlakuan panas yang dilakukan dapat menghasilkan fenomena rekristalisasi sehingga dihasilkan mikrostruktur dengan ukuran butir yang lebih seragam. Selain itu, sampel dengan 90% reduksi menghasilkan nilai kekerasan yang tertinggi dengan nilai 76,81 HV untuk sampel non-HT dan 83,58 HV setelah dilakukan perlakuan panas (HT). Berdasarkan hasil penelitian ini maka metode penguatan yang terjadi pada paduan LA141 adalah penguatan dengan bantuan presipitat dan penguatan batas butir. ......Magnesium is a metal with impressive biocompatibility and mechanical properties that are closest to the human bone, making it suitable to be used as a material for biodegradable implants. However, magnesium has two major problems limited formability due to the HCP crystal structure and poor corrosion resistance. Several methods can be used to solve this problem, including adding alloying elements or providing thermomechanical treatment. This research will use 14 wt% lithium (Li) alloy and 1 wt% aluminum (Al) alloy as alloying elements in magnesium metal. Aside from the addition of alloying elements, thermomechanical treatment can help increase the mechanical properties of magnesium alloy. In this research, the methods used are cold rolling and annealing. The cold rolling process will be carried out with three variations of percent reduction as 30%, 60%, and 90% where the annealing process is carried out at 300oC with a one-hour holding time and the heating rate is 5oC/minute. The results of this research indicate that the addition of lithium (Li) and aluminum (Al) alloy elements can increase the ductility of the LA141 alloy because it produces β-Li and θ-MgAlLi2 phases. The heat treatment process can produce a recrystallization phenomenon, resulting in a more uniform grain size (fine grain) microstructure. In addition, samples with 90% reduction produced the highest hardness values, with 76.81 HV for non-HT samples and 83.58 HV after heat treatment. Based on the results of this research, the strengthening methods that occur for LA141 are solid solution strengthening and grain boundary strengthening.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Jasmine
Abstrak :
Magnesium merupakan material yang memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya sebagai biomaterial. Penggunaan biomaterial magnesium memiliki banyak keuntungan, terutama sebagai implan tulang, karena sifat biokompatibilitasnya yang baik serta sifat mekanik yang mendekati tulang manusia. Namun, magnesium memiliki kemampubentukan yang kurang baik karena struktur kristalnya yang berbentuk HCP. Untuk mengatasi hal ini, magnesium dapat diberikan unsur paduan yang dapat membantu meningkatkan kemampubentukan serta sifat mekanik lainnya serta pemberian perlakuan termomekanik. Pada penelitian ini, digunakan material berupa logam paduan magnesium-litium-seng dimana paduan litium yang digunakan sebanyak 14%wt (persen berat) dan seng yang digunakan sebanyak 1%wt (persen berat). Setelah itu, material Mg-14Li-1Zn atau LZ141 diberikan perlakuan termomekanik berupa pencanaian dingin dan annealing. Proses pencanaian dilakukan pada suhu ruangan dengan tiga variasi persen reduksi, yaitu 30%, 60%, dan 90%. Proses annealing dilakukan pada temperatur 300oC dengan waktu tahan satu jam dan laju pemanasan sebesar 5oC/menit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan unsur paduan litium dapat meningkatkan keuletan dari paduan LZ141 karena terbentuknya fasa β-Li yang memiliki struktur kristal BCC serta meningkatnya sifat kekerasan dari paduan LZ141 akibat terbentuknya fasa MgLi2Zn. Proses annealing juga menyebabkan proses rekristalisasi pada paduan sehingga dihasilkan mikrostruktur dengan ukuran butir yang lebih seragam. Selain itu, adanya unsur paduan litium menyebabkan sampel tidak mengalami kegagalan walaupun persen reduksi mencaapai 90%, karena sifat superplastisitas yang disebabkan oleh litium. Adapun nilai kekerasan sampel yang tertinggi yaitu pada sampel persen reduksi 90% non-HT (53,63 HV) dan terendahnya pada sampel 90% HT (40,41 HV) yang diakibatkan oleh perubahan fasa metastabil MgLi2Zn menjadi fasa MgLiZn yang lebih lunak. Berdasarkan hasil penelitian ini maka metode penguatan yang terjadi pada paduan LZ141 adalah strain hardening dan grain refining. ......Magnesium is a material with many uses in daily life, with biomaterial as one of the examples. The usage of magnesium as a biomaterial has many advantages, one of them being as an implant. It is caused by magnesium’s biocompatibility and good mechanical properties. However, magnesium has a low formability due to its HCP-shaped crystal structure. To overcome this, magnesium can be alloyed with other elements to increase its formability and other mechanical properties, as well as application of thermomechanical treatment. In this study, a Mg-14Li-1Zn alloy will be used and the material will be given thermomechanical treatment in the form of cold rolling and annealing. The rolling process will be done in room temperature with three variations of percent reduction, which are 30%, 60%, and 90%. The annealing process will be held in 300oC with holding time for one hour and heating rate for about 5oC/minute. The result of this study shows that with addition of element lithium (Li), the formability of LZ141 can be increased due to the forming of β-Li phase that has the crystal structure of BCC and the increase in hardness of LZ141 because of the forming of MgLi2Zn phase. Those aside, the addition of alloying element lithium will cause LZ141 to not fail when rolled at 90% reduction due to the superplasticity properties. The highest hardness of the sample is at 90% reduction with no heat treatment at 53,63 HV, and the lowest hardness of the sample is at 90% reduction with heat treatment at 40,41 HV, that was caused by the changing of metastable phase MgLi2Zn to MgLiZn due to heat. According to this study, the strengthening mechanism that occurred on LZ141 were strain hardening and grain refining.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Basori
Abstrak :
ABSTRAK
Pembahasan mengenai karakteristik deformasi dan pembentukan tekstur pada paduan kuningan masih menyisakan banyak perdebatan, khususnya tingkat deformasi kritis yang merupakan titik awal terjadinya perubahan karakteristik deformasi serta proses transisi dari tekstur tembaga menuju tekstur kuningan dan juga tekstur yang terbentuk selama anil. Beberapa penelitian tentang proses pemaduan mikro dengan menambahkan unsur pemadu seperti Bi, Mn dan Al pada paduan kuningan menunjukkan adanya fenomena penghalusan butir dan perubahan sifat mekanik, akan tetapi pembahasan mengenai pengaruh unsur pemadu tersebut terhadap karakteristik deformasi dan proses pembentukan tekstur paduan kuningan masih belum dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan proses pemaduan mikro dengan menambahkan unsur Bi, Mn dan Al pada paduan Cu-29Zn. Proses pemaduan mikro dilakukan melalui proses pengecoran dengan metode gravity die casting. Penambahan Bi dilakukan dengan variasi sebesar 0.5 dan 1 berat, sedangkan Mn dan Al ditambahkan dengan kadar sebesar 2, 4 dan 6 berat. Pelat hasil proses pengecoran dilakukan homogenisasi pada temperatur 800 oC selama 2 jam. Selanjutnya sampel hasil proses homogenisasi akan dilakukan proses pengerolan dingin dengan tingkat deformasi sebesar 20, 40 dan 70 . Pada tahap berikutnya, sampel hasil proses pengerolan dingin akan di anil pada temperatur 300, 400, 500 dan 600 oC selama 30 menit. Proses karakterisasi yang dilakukan meliputi pengujian komposisi kimia, pengamatan struktur menggunakan mikroskop optik dan SEM, pengujian kekerasan, pengujian tarik dan juga pengukuran tekstur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaduan mikro dengan Bi tidak berpengaruh terhadap nilai kekerasan paduan Cu-29Zn, sedangkan pemaduan dengan Mn dan Al memberikan peningkatan kekerasan yang cukup signifikan. Pemaduan mikro dengan Bi cenderung meningkatkan kepadatan slip, twinning dan shear band, disisi lain pemaduan dengan Mn justru menurunkan kepadatan slip meskipun cenderung menaikkan kepadatan twinning dan juga shear band. Pemaduan mikro dengan Al pada kadar 5.7 berat membuat paduan Cu-29Zn semakin getas dan menurunkan sifat mampu bentuk. Selama proses anil, pemaduan dengan Bi meningkatkan laju rekristalisasi serta menghambat petumbuhan butir. Disisi lain, pemaduan dengan Mn cenderung menurunkan laju rekristalisasi dan juga proses pertumbuhan butir. Selama proses pengerolan dingin, pemaduan Mikro dengan Bi dan Mn cenderung mempercepat proses pembentukan tektur kuningan dan Goss. Disisi lain, selama proses anil, pemaduan mikro dengan Bi dan Mn cenderung menghasilkan tekstur yang lebih kompleks meliputi komponen tembaga, kuningan dan Goss.
ABSTRACT
Deformation characteristic and texture development on brass alloy are still under discussion, particularly concerning the critical deformation level of which change of deformation characteristic and transition from copper to brass type texture begins during cold rolling and annealing process. Previous research showed that the addition of alloying elements such as Bi, Mn, and Al on brass alloys resulted in grain refinement and altered mechanical properties of the alloys. However, the effects of those alloying elements on the deformation characteristic and texture development of brass alloys have not been investigated yet. In this research, microalloying process was conducted by adding pure Bi, Mn, and Al to Cu 29Zn alloys. The samples were manufactured by gravity casting. Bi addition was employed with variation of 0.5 and 1 wt. . On the other hand, both Mn and Al were added with variations of 2, 4, and 6 wt. . As cast samples were homogenized at 800 oC for 2 hours in a muffle furnace. The samples were then cold rolled with the level of deformation of 20, 40, and 70 . Subsequently, as rolled samples were annealed at 300, 400, 500, and 600 oC for 30 minutes. Final samples were characterized using chemical composition analysis, optical and scanning electron microscopy for microstructure observation, tensile and hardness testing, and texture measurement. The results showed that the addition of Bi did not affect the hardness of Cu 29Zn alloy. While on the contrary, Mn and Al addition resulted in significant increase on the alloy hardness. The addition of Bi tended to increase the slip, twin, and shear band density. In contrast, the addition of Mn resulted in decreasing slip density in spite of the increasing twin and shear band density of the alloy. Addition of 5.7 wt. Al reduced the formability of Cu 29Zn alloy by escalating its brittleness. During annealing process, Bi addition tended to increase the rate of recrystallization, while addition of Mn and Al showed contrary results. In the cold rolling process, the addition of Bi and Mn accelerated the development of brass and Goss texture components, and resulted in more complicated texture including copper, brass, and Goss components in the annealing process afterwards.
2017
D2318
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Mubarok
Abstrak :
ABSTRAK
Material stainless steel 304 SS 304 merupakan logam paduan dari beberapa unsur utama yakni Fe, Cr dan Ni yang memiliki karakteristik yang baik yakni tahan terhadap korosi sehingga aplikasinya banyak digunakan dalam berbagai bidang termasuk pada sektor minyak dan gas. Disamping memiliki keunggulan yang tahan terhadap korosi, SS 304 memiliki kelemahan untuk penggunaan pipa minyak yakni sifat kekerasan yang cukup rendah bila dibandingkan dengan stainless steel jenis lainnya. Karena kelemahan tersebut mengakibatkan SS 304 tidak cocok untuk aplikasi yang membutuhkan kinerja tinggi pada sifat mekanik. Dalam penelitian ini telah dilakukan rekayasa sifat mekanik permukaan material SS 304melalui tiga perlakuan yakni cold rolling dengan tingkat reduksi 0 hingga 80 , annealing pada temperatur 400 0C, 600 0C, 800 0C dan 1000 0C dengan waktu tahan selama 1 jam dan proses boronisasi menggunakan boraks sebagai sumber boron. Proses boronisasi dilakukan pada temperatur bervariasi dimulai pada temperatur 750 0C, 850 0C, 950 0C dan 1050 0C dengan waktu penahanan selama 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 8 jam quenching.Diperoleh hasil bahwa efek pengerjaan dingin melalui cold rolled dengan tingkat deformasi 20, 40, 60 dan 80 adalah disamping terjadi transformasi fasa dari austenite menjadi martensite juga perubahan morfologi struktur fasa material dari awalnya dengan morfologi kristal equiaxial menjadi elongated crystal pipih panjang dengan tingkat orientasi kristal yang semakin tinggi dengan meningkatnya tingkat deformasi. Perubahan mikrostruktur karena deformasi oleh cold rolled berhasil meningkatkan nilai kekerasan berturut-turut dimulai dari 145 HV pada sampel uji bebas deformasi, 349 HV, 388 HV, 410 HV dan menjadi 450 HV pada sampel uji dengan tingkat deformasi 80 . Demikan juga dengan ketahanan aus sampel uji mengalami peningkatan dari 10,11 mm3/mm pada sampel bebas deformasi menjadi 5,88 mm3/mm pada sampel uji deformasi 80 .Studi mikrostruktur pasca perlakuan anil pada sampel uji terdeformasi 40 dan 80 memperlihatkan terjadinya transformasi fasa dari martensit menjadi austenit pada kedua jenis sampel uji. Perlakuan anil pada berbagai temperatur cenderung mengembalikan mikrostruktur awal yaitu kembali terdiri dari fasa dominan austenit. Secara umum diketahui bahwa kedua sampel uji memiliki nilai kekerasan terendah dibandingkan dengan nilai kekerasan sampel uji pasca anil pada temperatur anil yang lebih rendah. Nilai kekerasan dan ketahanan aus kedua sampel uji memperlihatkan nilai yang hampir sama masing-masing sebesar 146 HVC dan 8,51 mm3/mm pada sampel terdeformasi 40 dan 153 HVC dan 8,66 mm3/mm pada sampel uji terdeformasi 80 pasca perlakuan anil pada temperatur 1000 0C. Sedangkan efek boronisasi mengggunakan borax sebagai sumber boron melalui permukaan menghasilkan lapisan difusi terdiri dari fasa Fe2B dan fasa Fe2O3 sebagai fasa tambahan disamping fasa awal berupa fasa austenit dan martensite. Boronisasi pada temperatur 950 0C dengan waktu tahan 8 jam mampu meningkatkan kekerasan permukaan sampel uji mencapai 588 HV jauh melebihi nilai yang dicapai melalui efek deformasi. Kecenderungan yang sama terhadap sifat mekanik ketahanan aus yaitu terjadi peningkatan dari 10,6 mm3/mm menjadi 7,3 mm3/mm. Penelitian ini menyimpulkan bahwa efek perlakuan melalui proses boronisasi pada temperatur 950 0C efektif untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus sampel SS 304.
ABSTRACT
The 304 stainless steel SS 304 is an alloy consisted of main elements Fe, Cr and Ni which exhibit good corrosion resistant characteristics. The SS304 has met wide applications in various fields including oil and gas sectors. Although the SS304 has a good corrosion-resistant, it has however a weakness in some mechanical properties which are quite low when compared with other types of stainless steels. Because of such weaknesses, SS304 is not suitable for applications that require high performance on mechanical properties. In the current research works, improvement in the mechanical properties of SS304 especially the hardness and wear resistance were carried out through cold rolled deformation and heat treatment. An additional surface treatment, allowing the diffusion process through boronization of two different boron source was also studied. The cold rolled treatment resulted in deformed samples with 0 to 80 thickness reduction. The heat treatment studies to the samples were carried out under annealing at the following temperatures: 400 0C, 600 0C, 800 0C and 1000 0C for 1 hour holding time. The process of boronization was carried out at 750 0C, 850 0C, 950 0C and 1050 0C with holding times of 4 hours, 6 hours, 8 hours and 8 hours followed by quenching for each temperature.It is shown that the phase transformation from austenite to martensite has taken place in all deformed samples in which fully martensite was obtained in a deformed sample of 80 thickness reduction. In addition, the morphological changes of the phase structure from the equiaxial grain morphology to the elongated flat-length grains with a prefer orientation to the rolling direction occurred in all deformed samples. It was found that the higher deformation rate experienced by the samples, the greater the orientation level. The crystal orientation is getting higher with increasing levels of deformation. The microstructural changes due to deformation by cold rolled succeeded in increasing the hardness value of 145 HV in the deformation free test sample, 349 HV, 388 HV, 410 HV to 450 HV on the test sample with a 80 deformation rate. Similarly with the wear resistance of the test sample having an increase of 10.11 mm3/mm in the deformation-free sample being 5.88 mm3/mm in the 80 deformed sample.The microstructural studies due to the annealing effect on the post-deformation test sample of 40 and 80 showed the occurrence of phase transformation from martensite to austenite in both types of test samples. Annealing treatment to the deformed samples at various temperatures tends to restore the initial microstructure which dominated by austenite. It is generally known that the two test samples have the lowest hardness value compared to the value of the hardness of the post-annealed sample at lower annealing temperatures. The hardness and wear resistance values of both samples exhibited almost the same values ?? ??of 146 HVC and 8.51 mm3/mm respectively in the 40 deformed sample and 153 HVC and 8.66 mm3/mm in the 80 deformed sample after annealing treatment at a temperature of 1000 0C. While boronization effect using borax as a source of boron through the surface produce diffusion layer consists of Fe2B and Fe2O3 phases as the additional phases to the initial phases of austenite and martensite. Boronization at a temperature of 950 C has increased the surface hardness reach 588 HV which is far above the value achieved through the deformation effect. The same tendency was also applied to the wear resistance in which an increase from 10.6 mm3/mm to 7.3 mm3/mm. This study concluded that the treatment effect through the boronization process at 950 C is more effective for increasing hardness and wear resistance of SS 304 samples.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
D2520
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugerah Widigdo
Abstrak :
Pada proses cold rolling diperlukan pelumas yang baik untuk menurunkan temperatur proses. Ada dun jenis pelumas yang digunakan, yaitu oli mineral yang persediaannya di alam terbatas dan oli nabati. Sebelum digunakan sebagai oli rolling, oli nabati harus dicampur dengan air. Karena air dan oli dapat beraksi menimbulkan senyawa yang korosit, perlu dikembangkan oli rolling dari nabati yang dapat menghambat terjadinya korosi. Dalam pengembangan pelumas ini perlu dilakukan pengujian, salah salunya adalah menggunakan metode ASTM D665-92. Pada metode ASTM D665-92, pengujian yang dilakukan adalah pencelupan spesimen logam ke dalam oli yang bertemperatur 60°C. Pada oli tersebut dilakukan pemutaran dengan kecepatan 1000 putaran per menit (rpm). Waktu pengujian adalah 24 jam. Apabila pada spesimen logam tidak timbul tanda-tanda korosi maka oli tersebut dinyatakan telah memenuhi persyaratan untuk dapat dipakai pada proses pengerjaan logam yang diuji. Untuk elisiensi waktu pengujian, dibuat alat hasil modifikasi dan ASTM D665-92. Modifikasi tersebut berupa penambahan jumlah wadah oli hingga memungkinkan pengujian sepuluh sampel oli pada saat yang bersamaan dan perubahan kecepatan putaran pengadukan oli. Setelah dilakukan pengujian pada kecepatan putar 1000, 1100, dan 2000 rpm, ternyata kecepatan putar yang dapat memberikan hasil signifikan adalah 1100 rpm.
2000
S41575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Pasha Arrighi Effendi
Abstrak :
Aluminium adalah sebuah logam ringan dan ulet yang memiliki kegunaan terbanyak kedua di dunia industri setelah besi dan baja. Salah satu aluminium yang memiliki aplikasi yang luas adalah paduan Al-Mg-Si yang tergolong ke dalam aluminium seri 6xxx. Walaupun memiliki banyak keunggulan, paduan Al-Mg-Si memiliki kekurangan yaitu nilai kekerasannya yang rendah jika dibandingkan dengan aluminium seri lainnya. Oleh karena itu, peningkatan nilai kekerasan pada paduan Al-Mg-Si dapat dilakukan melalui pengerjaan dingin dan perlakuan penuaan. Kedua proses tersebut dapat digabungkan sehingga menghasilkan perlakuan yang disebut dengan perlakuan panas T8. Penelitian ini menggabungkan metode canai dingin yang dilakukan setelah perlakuan pelarutan kemudian diikuti dengan penuaan buatan pada paduan Al-1Mg-0.54Si ( % berat) yang dihasilkan melalui proses squeeze casting. Canai dingin yang dilakukan menggunakan tiga variasi deformasi yaitu 5, 10, dan 20 %. Sementara itu, penuaan dilakukan pada temperatur 180 °C selama 200 jam. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan, pengujian metalografi, pengujian SEM–EDS (Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive Spectroscopy), dan pengujian XRD (X-Ray Diffraction). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar deformasi menyebabkan butir semakin memanjang dan setelah penuaan menghasilkan peningkatan kekerasan puncak yang dicapai pada waktu yang semakin singkat. Hal ini ditunjukkan dengan paduan Al-Mg-Si setelah dideformasi sebesar 20 % yang diikuti dengan penuaan pada temperature 180 °C selama 30 menit menghasilkan nilai kekeran yang paling tinggi. Hal ini mengindikasikan adanya kombinasi dua mekanisme penguatan, yaitu pengerasan regangan dan penguatan presipitasi. ......Aluminium is a light and ductile material that has the second most use in industry after iron and steel. One of the aluminium that has a wide application is the Al-Mg-Si alloy which classified as aluminium 6xxx series. Although it has many advantages, Al-Mg-Si alloy has a disadvantage, which is its low hardness value compared to other aluminium series. Therefore, increasing the hardness value of Al-Mg-Si alloys can be done through cold working and ageing treatment. The two processes can be combined to produce a treatment known as T8 heat treatment. This research combined the cold rolling method which was carried out after solution treatment followed by ageing of the Al-1Mg-0.54Si alloy (wt. %) which was produced through squeeze casting process. Cold rolling was varied to 5, 10, and 20 % deformation. Meanwhile, ageing was carried out at 180 °C for up to 200 h. Characterization included compositional testing, hardness testing, metallographic testing, SEM - EDS (Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive Spectroscopy) testing, and XRD (X-Ray Diffraction) testing. The results demonstrated that the higher the deformation, the longer the grain elongated, and after ageing resulted in an increase in peak hardness which was achieved in a shorter time. This was demonstrated by the Al-Mg-Si alloy after 20 % deformation and ageing at 180 °C for 30 min, which produced the maximum hardness value. This suggests the presence of two strengthening mechanisms, which included strain hardening and precipitation strengthening.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Susanti
Abstrak :
Magnesium merupakan logam yang cocok dijadikan biomaterial implant mampu luruh karena memiliki sifat biodegradabel. Namun mg sangat mudah terkorosi pada PH fisilogis karena unsur mg mudah tergradasi sehingga  sifat mekanik akan turun sebelum terjadinya penyembuhan dan pertumbuhan jaringan baru. Untuk meningkatkan sifat mampu bentuk dan ketahanan korosi dapat dilakukan penambahan paduan dengan unsur litium dan Seng. Selain itu dapat dilakukan perlakuan persen reduksi sehingga membuat terjadinya regangan pada mikrostruktur dan dengan waktu tahan anil dapat membuat penyempurnaan butir pada rekristalisasi. Penelitian diawali dengan melakukan pencanaian dingin LZ141 pada persen reduksi sebesar 60,70 dan 80% kemudian dilanjutkan dengan waktu tahan anil selama 1 dan 3 jam pada suhu 250°C. Secara menyeluruh penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persen reduksi dan waktu tahan terhadap Mikrostruktur, Sifat Mekanik dan Sifat Korosi paduan LZ141 dalam Larutan Simulated Body Fluid (SBF) Sebagai Material Implan Mampu Luruh. Hasil pengujian OM menunjukkan mikrostruktur terdiri atas fasa α -Mg dan fasa β -Li serta endapan MgLi2Zn dan MgLiZn. Pada hasil pengujian tarik dan kekerasan mikro nilai elongasi yang lebih tinggi dan kekuatan yang lebih tinggi pada sampel setelah perlakuan anil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persen reduksi dan waktu tahan anil dapat meningkatkan ketahanan korosi paduan LZ141. ......Magnesium is a suitable metal to be used as an implant biomaterial because it is biodegradable. However, it is highly susceptible to corrosion in physiological pH due to the degradation of magnesium. To improve the formability and corrosion resistance. Alloying with lithium and Zinc is necessary. Additionally, cold working can be performed to induce strain in the microstructure, and holding  time can contribute to grain refinement during recrystallization. The experiment was started by cold rolling LZ141 at reduction percentages of 60,70, and 80% and then continued with annealing holding times of 1 and 3 hours at 250°C. This comprehensive research aims to investigate the influence of reduction percentage and holding time on the microstructure, mechanical properties, and corrosion behavior of LZ141 alloy in Simulated Body Fluid (SBF) as a biodegradable implant material. Optical microscopy (OM) testing reveals that the microstructure consists of α-Mg phase, β-Li phase, and precipitates of MgLi2Zn and MgLiZn. Tensile and microhardness testing results show higher elongation and strength values in samples after annealing. The research findings indicate that increasing the reduction percentage and annealing time can enhance the corrosion resistance of LZ141 alloy.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachman Kurnia
Abstrak :
Aluminium alloys are developed as airplane body due to their lighter weight compared to steel and good formability. Aluminium 7XXX series with Zn and Mg alloying elements is commonly used because its mechanical properties can be improved through a deformation process. A deformation process such as cold rolling may increase the hardness of an alloy through strain hardening. An annealing process following the deformation process will recover ductility through stress relief, recrystallization, and grain growth mechanisms. This research aimed to discover the effect of cold rolling and annealing temperature on the recrystallization and mechanical properties of Al-4.7Zn-1.8Mg (wt. %) alloy. The alloy was produced by a squeeze casting process. Homogenization was conducted at 400oC for 4 hours followed by cold rolling with degrees of deformation of 5%, 10%, and 20%. The samples with 20% deformation were then annealed at 300oC, 400oC, and 500oC for 2 h. The Vickers hardness test was performed on the cold-rolled and annealed samples to reveal the strain hardening effect and subsequent recrystallization process. The microstructure was observed using an optical microscope and a Scanning Electron Microscope (SEM). The results showed that the higher the deformation, the more elongated the grains. Deformation of 5, 10 and 20% led to grain shape ratios of 2.19, 3.19 and 4.59, respectively and increase in the hardness of the alloy from 69.5 VHN to 95.3, 100.1 and 105.4 VHN, respectively. Slip bands and cross slips were found only in the 20% deformed samples. The annealing process resulted in recovery at 300oC, followed by recrystallization at 400oC (dgrain ~290 ?m) and grain growth at 500oC (dgrain ~434 ?m). Annealing temperatures of 300oC, 400oC and 500oC decreased the hardness of the alloy from 105.4 VHN to 71.5, 96.8 and 95.3 VHN, respectively.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:7 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>