Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dianursanti
Abstrak :
ABSTRAK
Pengembangan sistem produksi C. vulgaris dengan menggunakan teknik filtrasi dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi biomassanya. Dengan teknik filtrasi ini, pengaruh self shading yang terjadi dalam kultur alga di dalam reaktor dapat diatasi. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diawali dengan studi awal perancangan reaktor dan optimasi kondisi operasinya. Tahap berikutnya adalah pengembangan teknik filtrasi dalam sistem kultivasi C. vulgaris yang meliputi pengaturan densitas sel melalui pengaturan laju hisap filter, optimasi sistem aerasi media kultur menggunakan membran serat berongga, optimasi sistem filtrasi menggunakan mikrofiltrasi dan pembandingan antara sistem filtrasi kontinyu dan semikontinyu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik filtrasi secara kontinyu terbukti berhasil meningkatkan produksi biomassa hingga 1,25 kali dari proses kultivasi biasa. Sementara itu penggunaan membran serat berongga sebagai aerator dan mikrofiltrasi sebagai media filternya dalam sistem pemerangkapan sel kontinyu, mampu meningkatkan produksi biomassa C.vulgaris hingga 2,55 kali dari sistem kultivasi biasa. Demikian pula dengan sistem pemerangkapan sel semi kontinyu telah terbukti mampu meningkatkan produksi biomassanya hingga 2,04 kali dari sistem kultivasi biasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik filtrasi dalam sistem kultivasi C. vulgaris sangat potensial untuk dikembangkan sebagai upaya peningkatan produksi biomassanya.
ABSTRACT
Development of C. vulgaris production system using filtration techniques carried out as part of efforts to increase biomass production. By using filtration techniques, self-shading effect that occurs in algae culture could be overcome. Implementation of this research activity started with a preliminary study design and optimization of reactor operating conditions. The next stage was the development of filtration techniques in the cultivation system of C. vulgaris which includes arrangement of cell density by suction rate adjustment, optimization of culture medium aeration system using hollow fiber membranes, optimization of the process filtration using microfiltration and filtration system comparisons between the continuous and discontinuous. The results showed that continuous filtration technique proved successful in increasing the production of biomass to 1.25 times that of ordinary cultivation process. Meanwhile, the use of hollow fiber membrane as an aerator and a microfiltration as filter media in continuous filtration system could increase biomass production up to 2.55 times. Similarly, the discontinuous filtration system has been shown to increase biomass production up to 2.04 times. Therefore, it can be said that the use of filtration techniques in the C. vulgaris cultivation system, potential to be developed as an effort to increase biomass production.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
D1334
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Santoso
Abstrak :
Krisis energi menyebabkan kebutuhan akan biodiesel meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Untuk mengatasi hal tersebut, Chlorella vulgaris diteliti karena memiliki lipid yang potensial untuk sintesis biodiesel. Akumulasi lipid pada mikroalga dapat ditingkatkan dengan mengontrol kandungan nitrogen. Salah satu pengontrol kandungan nitrogen alami ialah cyanobacteria seperti Spirulina platensis. Penggunaan S. platensis sebagai agen simbiosis dapat memungkinkan akumulasi lipid pada produksi skala pabrik menggunakan medium komersiil seperti kompos dan limbah organik. Pada studi ini, C. vulgaris dan S. platensis dikultur dengan medium BG-11 pada fotobioreaktor datar dengan melihat biomassa dan produktivitas lipid. Komposisi koloni optimum ditentukan dengan intensitas pencahayaan kontinu tertentu untuk menghasilkan lipid tertinggi. Penggunaan S. platensis meningkatkan laju pertumbuhan akibat biosintesis simbiotik dengan yield lipid yang lebih tinggi. Koloni 3:2 (S. platensis 40%wt) menghasilkan yield 6,72% pada intensitas pencahayaan 3000 lux, lebih tinggi dibandingkan kontrol 100% C. vulgaris (5,13%). Hal ini mengkonfirmasi bahwa keberadaan S. platensis menginduksi akumulasi lipid pada mikroalga. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami proses biosintesis dalam koloni. ...... Due to energy crisis, demand on biodiesel inclines significantly year by year. In order to cope with that, Chlorella vulgaris is often observed for having potential amount of lipid for synthesizing biodiesel. Lipid accumulation in potential C. vulgaris could be induced by controlling nitrogen concentration in optimum level. One of natural nitrogen controller is cyanobacteria. The use of Spirulina platensis as symbiosis agent could enable higher lipid content in non-synthetic, more economic, plant scale medium such as compost and bio-waste. In this study, C. vulgaris and Spirulina platensis were cultured in BG-11 medium in microalgal flat plate photobioreactor to assess biomass and lipid productivity. We also determine optimum colony composition on certain light intensity to yield highest lipid amount. Colony composition 3:2 (40%wt S. platensis) gives highest lipid yield (6.72%) in continuous illumination 3000 lux compare to control sampel (100% C. vulgaris) which only yields 5,13%. This confirms that the existence of cyanobacteria induces lipid accumulation in microalgae Chlorella vulgaris. Further study is needed to understand better biosynthesis in colony and optimum parameters for plant scale establishment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Delaamira
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan manusia akan energi fossil semakin lama semakin meningkat. Salah satu cara yang dapat membantu mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan pemanfaatan diesel hijau. Diesel hijau bisa didapatkan dari minyak tumbuhan. Selain itut, bisa didapatkan pula dari mikroalga yaitu Chlorella vulgaris. Mikroalga ini dikenal dengan kandungan lipidnya yang tinggi, dengan mempertimbangkan beberapa parameter pendukungnya diantara lain yaitu intensitas cahaya, medium, pH serta salinitas. Kandungan lipid tersebut akan diekstrak dengan menggunakan metode Bligh-Dryer yang kemudian direaksikan dengan methanol. Masalah berikutnya muncul dari katalis homogen yang biasanya digunakan namun susah untuk diseparasi, sehingga biodiesel harus dicuci kembali untuk mengembalikan pH serta akan mengurangi kualitasnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, katalis heterogen berupa zeolite memiliki kemampuan untuk mengkatalisis reaksi tersebut. Kelebihannya yaitu mudah untuk dipisahkan serta tidak mengurangi kualitas biodiesel yang dihasilkan. Katalis heterogen memiliki peranan yang sama dengan katalis homogeny. Untuk mendapatkan katalis yang optimal, maka digunakan beberapa variasi. Diantaranya yaitu variasi pada saat impregnasi, serta variasi saat reaksi transesterifikasi berlangsung. Diharapkan, dari beberapa variasi ini didapatkan karakterisasi katalis heterogen CuO/Zeolit serta kondisi reaksi trasnesterifikasi yang menghasilkan yield tertinggi. Katalis terbaik didapatkan saat konsentrasi Cu(NO3)2 0,002M serta waktu perendaman 6 jam, yaitu dengan terimpregnasinya CuO sebesar 1770 ppm didalam zeolite. Selain itu, variasi reaksi transesterifikasi terbaik didapatkan saat menggunakan katalis 5%, suhu reaksi 60oC serta waktu reaksi 4jam. Masingmasing memberikan yield terhadap berat kering sebanyak 4,92%, 6,41% ,4,55% serta konversi sebesar 26,03%, 36,79% dan 28,66%.
ABSTRACT
Human needs for fossil energy increase every year. Green diesel is the main way to resolve this world problem. Green diesel produces from vegetable oil. But then, the alternative way came from the uses of microalgae in Chlorella vulgaris type causes by its simplicity of growing. In the other hand, this microalgae known for its high lipid content by considering several parameter such as light intensity, medium nutrition, pH and also salinity. Lipid content will be extracted by using Bligh-Dryer method which will be reacted with methanol along transesterification reaction. Beside, there come another matter which is the utilization of homogeny catalyst. The difficulty of separation is the main matter so then biodiesel need to be washed in case normalizing the pH and this process will decrease the quality of biodiesel. To resolve this problem, we?ll be using a heterogen catalyst, zeolite, with ability to catalyst the process. Zeolite is easier to separate from the biodiesel so there will not be needed washing process. Heterogent catalyst work as well as homogeny catalyst. Variation needed to optimize the utilization of heterogen catalyst, which occurred in impregnation and transesterification process. Upon this variation, highest yield of biodiesel with CuO/Zeolit heterogent catalyst is what this research aim for. Best catalyst obtained from Cu(NO3)2 0,002M and 6 hours of impregnation. It result a CuO of 1770ppm inside zeolite. Meanwhile, transesterification variation reach the greatest result at 5% of catalyst, 60oC and 4 hours of reaction. It lead to a yield from dry weight of 4,92%, 6,41% ,4,55% and a conversion of 26,03%, 36,79% and 28,66% in consecutive.
2016
T45604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Hendrayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian pengaruh beberapa konsentrasi glukosa terhadap pertumbuhan Chlorella pyrenoidosa Chick dalam medium Beneck telah dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA UI. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh glukosa terhadap kerapatan sel saat peak dan waktu yang dibutuhkan sel untuk mencapai peak. Rancangan penlitian adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan konsentrasi glukosa, yaitu 0, 5.000, 10.000, 20.000, 30.000, dan 40.000 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan sel saat peak tertinggi. (147,9375 juta sel/mi) diperoleh pada perlakuan 20.000 ppm dan kerapatan sel terkecil (23,3125 juta sel/ml) dicapai oleh perlakuan 30.000 ppm. Waktu yang dibutuhkan sel untuk mencapai peak berkisar dat-i 3,5 hat-i pada perlakuan 30.000 ppm sampai 16,5 hati pada perlakuan 0 ppm. Hasil statistik menunjukkan bahwa variasi perlakuan berpengaruh terhadap kerapatan sel saat peak dan waktu yang dibutuhkan sel untuk mencapai peak. Selain pertumbuhan, penelitian ini memberi informasi tambahan mengenai kandungan klorofil sel. Hasil analisis kandungan klorofil terendah (2,97 Mg/ml) terdapat pada perlakuan 0 ppm dan tertinggi (27,732 Mg/ml) pada perlakuan 40.000 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pemanasan global telah menjadi salah satu topik utama dalam masalah lingkungan. Naiknya kandungan CO2 menjadi salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca. Oleh karena itu, telah dilakulcan usaha untulc mengurangi kandungan CO; tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mencoba memanfaatkan gas CO; menjadi produk yang berguna, antara lain adalah dengan Eksasi CO2 untuk menghasilkan biomassa menggunakan Chlorella sp. Saat ini Chlorella telah diteliti Oleh banyak ahli karena kemampuannya dalam menghasilkan biomassa yang dapat dimanfaatkan manusia sebagai suplemen makanan dengan kandungan gizi sangat tinggi. Clrlnreffa juga sangat mudah ditangani, karena memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik.

Fiksasi CO2 yang paling sederhana adalah clengan memanfaatkan proses fotosintesis. Proses fotosintesis ini memerlukan beberapa komponen supaya beljalan dengan baik, antara lain kondisi operasi yang tepat, pencahayaan yang sesuai, dan nutrisi yang cukup.

Masalah yang terjadi adalah terganggunya proses fotosintesis apabila disinari oleh sinar dengan panjang gelombang tertentu dengan kadar yang terlalu besar. Sinar-sinar seperti Ultraviolet (UV) dan Infrared (IR) dapat berakibat mematikan kehidupan Chlorella apabila kadarnya melebihi batas yang diperbolehkan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian untuk menguji sejauh mana sinar-sinar tersebut berdampak pada pertumbuhan Chlorella tersebut.

Penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu mengkultur Chlorella sp. dalam medium Benneck yang selanjutnya digunakan dalam fotobioreaktor kolom gelembung. Variasi utama dalam penelitian ini adalah penggunaan sinar UV dan IR, sedangkan data yang diambil adalah jumlah/kerapatan sel (N), pl-I, dan selisih fraksi CO2 yang masuk dengan fraksi CO2 yang lceluar (Ay CO2). Kemudian dilakukan perhitungan dan perbandingan dari data yang dihasilkan pada kedua kondisi penyinaran.

Pada uji ketahanan Clxlorella sp., dapat terlihat bahwa nilai kerapatan sel tems menumn seiring berjalarmya walctu_ Hal ini disebabkan karena Chlorella sp. mengalami kematian disebabkan oleh radiasi sinar UV dan IR. Kondisi ini bertolak
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wigajatri Purnamaningsih
Abstrak :
Sejauh ini, metode optik untuk pengukuran konsentrasi phytoplankton masih jarang dimanfaatkan di Indonesia. Dalam penelitian ini dilakukan perancangan, perakitan dua sensor optik untuk mengukur konsentrasi phytoplankton, khususnya chlorella spp. galur UI Depok yang dikulturkan dalam medium ekstrak tauge. Penelitian ini terdiri atas dua bagian utama, yaitu pengujian karakteristik optik yang mencakup sifat absorpsi dan fluoresensi Chlorella spp. serta perancangan, perakitan dan pengujian dua sensor optik berdasarkan sifat termaksud. Sensor optik terdiri dari konfigurasi sensor I yang bekerja berdasarkan gejala absorpsi dan hamburan cahaya, serta konfigurasi sensor II yang bekereja berdasarkan gejala absorpsi, hamburan dan fluoresensi cahaya phytoplankton. Untuk sejauh mungkin mengurangi pengaruh karakteristik air, zat lain yang terlarut dan intensitas sumber cahaya terhadap hasil pengukuran, pada konfigurasi I digunakan dua tempat larutan yang identik, satu sebagai wadah ukur, yang lain sebagai wadah referensi. Pada konfigurasi II diterapkan cara lain untuk mengurangi pengaruh tersebut. Pengujian kedua sensor optik dilakukan dengan cara mengukur intensitas cahaya yang bersesuaian dengan gejala yang dimanfaatkan pada masing-masing konfigurasi. Pengujian dilakukan untuk setiap sampel larutan Chlorella spp. yang telah diketahui konsentrasinya dan kemudian mengolah dan mengkaji hubungan antara intensitas cahaya dan konsentrasi phytoplankton. Dalam pengukuran untuk konfigurasi sensor opyik I dan II dilibatkan berturut-turut 45 dan 55 sampel larutan Chlorella spp. dengan konsentrasi yang berbeda. Rentang konsentrasi dari 0 s.d 10 pangkat 6 sel/ml dipilih mewakili konsentrasi yang terdapat di alam, yaitu mulai dari perairan tak subur hingga pada kondisi ekstrim (algal blooming) serta kondisi budi daya kultur. Didapatkan bahwa intensitas transmisi terukur pada kedua konfigurasi memiliki hubungan linier yang konsisten terhadap konsentrasi sel chlorella spp. pada seluruh rentang konsentrasi sesuai dengan yang diharapkan secara teoritik. Ambang pengukuran konsentrasi berharga sekitar 500 sel/ml. Hubungan kelinieran yang konsisten sesuai dengan teori didapatkan pula dari hasil pengukuran fluoresensi dengan konfigurasi sensor II, yaitu dari 1 x 10 pangkat 3 hingga 2,5 x 10 pangkat 6 sel/ml.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
D665
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Atria, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh urea terhadap pertumbuhan alga hijau Chlorella pyrenoidosa Chick. Pertumbuhan diukur dengan cara menghitung kerapatan sel/ml C. pyrenoidosa menggunakan haemacytometer. Sel C~ pyrenoidosa dikultur selama 14 hari dalam medium umum Beneck (kontrol) dan Beneck modifikasi dengan penambahan urea 100 ppm; 150 ppm; 200 ppm; 250 ppm; 300 ppm dan 350 ppm. Hasil uji Tukey (ot = 0,05) menunjukkan rata-rata kerapatan sel/ml Chlorella pyrenoidosa kontrol, berbeda sangat nyata dibandingkan 'dengan medium urea 200 ppm 350 ppm. Dari enam konsentrasi urea yang diujikan, rata-rata kerapatan sel saat peak pada konsentrasi urea 100 ppm, 150 ppm, 250 ppm dan 300 ppm tidak berbeda nyata dengan kontrol. Namun demikian sel Chlorella pyrenoidosa pada medium urea 250 ppm dan 300 ppm menunjukkan pertumbuhan yang tidak baik (terjadi clumping·) dan penampakan mikroskopis sel tidak normal (vakuola membesar). Selanjutnya analisis regresi linier menunjukkan kerapatan sel/ml menurun sesuai dengan meningkatnya konsentrasi urea dalam Beneck modifikasi dengan persamaan Y = 7,38 - 0,001X.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irarubbyanthy Irwan
Abstrak :
Oi perairan, terdapat beragam Sumber Oaya Hayati (SOH) seperti mikroorganisme, tumbuhan air dan berbagai hewan perairan. Ganggang halus lautlmikroalga merupakan SOH perairan yang berperan sebagai produsen primer dalam rantai makanan. Mikroalga adalah mikroorganisme atau jasad renik dengan tingkat organisasi selnya termasuk ke dalam tumbuhan tingkat rendah. Pemanfaatan mikroalga dapat sebagai bahan pakan utama dalam budidaya perairan dan produk olahan berupa "makanan sehat", yaitu dari ganggang halus lautjenis Spirulina, sp dan Chlorella, sp. Ganggang halus laut membutuhkan senyawa karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan elemen runutan untuk pertumbuhannya. Untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan, diberikan dua jenis pupuk anorganik ke dalam media kultivasi ganggang hal us !aut yang berbeda, yaitu pupuk anorganik proanalis ...,_ dan teknis. Ganggang halus laut memiliki kemampuan untuk menyerap dan - mengeluarkan kandungan anorganik yang berasal dari pupuk yang diberikan, sehinga perlu dilakukan analisa kandungan anorganik pada media kultivasi tersebut dengan metode Colorimetri dan Spektrofotometer Serapan Atom. Pertumbuhan ganggang halus laut diukur dari kepadatan selnya pada setiap volume,kulturnya (log sel/ml). Oengan pupuk anorganik proanalis, Spirulina, sp menghasilkari jumlah sel tertinggi, yaitu sebanyak 7,7005 log sel/ml pada umur kultivasi 7 hari, dan Ch/orella, sp sebanyak 7,4183 log sel/ml pada umur kultivasi 9 hari. Sedangkan dengan pupuk anorganik teknis, Spirulina, sp pada umur kultivasi 5 hari menghasilkan jumlah sel tertinggi, sebanyak 7,02467 log sel/ml, dan Chlorella, sp pada umur kultivasi 9 hari sebanyak 7,03323 log sel/ml. Pada media kultivasi ganggang halus laut, kadar ammonia yang dihasilkan berada dalam rentang 0,3467-2,3367 mg/L, sulfida berada dalam rentang tidak terdeteksi hingga 0,02 mg/L, kemudian kadar nitrat berada dalam rentang 0,038-8,3367 mg/L, sedangkan kadar nitrit 0,035-2,08 mg/L, dan kadarfosfat antara 4,1167-1 3,9667 mg/L. Di alam, logam dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi dapat pula bersifat toksik. Kadar cadmium pada media kultivasi berada dalam rentang tidak terdeteksi hiogga 0,1707 mg/L, sedangkan kadar tembaga tida terdeteksi, kemudian kadar besi dihasilkan antara 0,0945-3,2904 mg/L dan Radar timbal berada dalam rentang tidak terdeteksi hingga 1,147 mg/L. • • Berdasarkan hasil penelitian kandungan anorganik pada media kultivasi ganggang halus laut Spiro/ina, sp dan Chlorella, sp, maka media kultivasi ganggang halus laut ini aman untuk pengembangan pakan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Yudi Sendjaja
Abstrak :
Chlorella vulgaris merupakan organisme yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produsen biomassa. Mikroalga ini mengandung banyak nutrisi yang dapat berperan sebagai antioksidan dan antivirus bagi tubuh. Selain itu kandungan klorofilnya yang tinggi menjadikan Chlorella vulgaris sebagai organisme pemfiksasi CO2 yang efektif. Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan produksi biomassa dan kemampuan fiksasi C02 nya. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah melakukan alterasi intensitas cahaya. Penelitian sebelumnya menunjukkan metode ini dapat meningkatkan produksi biomassa Chlorella vulgaris sampai 61% dan kemampuan fiksasi CO2 meningkat 200% dibandingkan dengan pemberian cahaya dengan intensitas yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut pada skala yang lebih besar. Penelitian yang diusulkan adalah memperbesar skala kultivasi dari Chlorella vulgaris dengan cara mengkultivasi di dalam beberapa reaktor yang disusun secara sen dan dilakukan alterasi pencahayaan. Sebagai perbandingan dilakukan kultivasi pada sistem reaktor yang sama dengan pencahayaan kontinu. Kultivasi dilakukan pada T = 29_C, P = 1 atm, UG = 2,4 m/jam, ?co2 = 10%, dan menggunakan reaktor dengan volume 200 mL dengan sumber iluminasi lampu Philip Halogen 20 W/12 V/50 Hz. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa periakuan alterasi pencahayaan dapat meningkatkan produksi biomassa Chlorella vulgaris sampai 162% dengan energi yang digunakan untuk memproduksi biomassa lebih besar 157% dibandingkan pencahayaan kontinu, sedangkan kemampuan fiksasi CO2 meningkat sebesar 7,3% dibandingkan dengan pencahayaan kontinu. Reaksi pengikatan CO2 ini menyebabkan alterasi pencahayaan dapat menyediakan substrat bagi produksi biomassa 29% lebih besar daripada pencahayaan kontinu.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hassel Angelyn Sabathini
Abstrak :
ABSTRACT
Kebutuhan akan alternatif bahan kemasan yang ramah lingkungan semakin meningkat. Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan mengembangkan plastik biodegradabel. Plastik biodegradabel dapat dibentuk dari campuran biopolimer dengan polimer sintetis dan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi. Penelitian ini mengkaji sifat fisik mekanik bioplastik berbahan dasar Chlorella-polyvinyl alcohol PVA dengan pra-perlakuan penghomogen ultrasonik atau ultrasonikasi pada Chlorella. Variasi konsentrasi Chlorella dan suhu dilakukan pada tahap ultrasonikasi bubuk Chlorella. Sebelum dijadikan bahan dasar bioplastik, larutan Chlorella tersonikasi dengan konsentrasi berbeda disamakan konsentrasinya. Film bioplastik kemudian dibuat dengan campuran Chlorella tersonikasi dan PVA menggunakan metode solvent casting. Hasil karakterisasi sifat fisik mekanik bioplastik yang terbentuk kemudian dibandingkan dengan bioplastik kontrol berbahan dasar Chlorella tanpa sonikasi. Hasil studi mekanis menunjukkan terjadi peningkatan nilai kuat tarik bioplastik hingga 15,3 kgf/cm2 dan peningkatan nilai elongasi hingga 99,63. Hasil analisis Field emission scanning electron microscopy menunjukkan peningkatan homogenitas campuran bioplastik dan membentuk permukaan yang lebih halus dan tidak berongga. Fourier transform infrared menunjukkan bahwa terjadi ikatan antara Chlorella dan PVA. Analisis termal menunjukkan bahwa bioplastik berbahan dasar Chlorella memiliki sifat termal yang menyerupai bioplastik berbahan dasar PVA murni. Sifat fisik mekanik bioplastik tersebut membuat bioplastik berbahan dasar Chlorella berpotensi menjadi bahan alternatif kemasan yang ramah lingkungan.
ABSTRACT
Public demand for environmentally friendly packaging material is increasing. One of the solutions invented for this problem is the development of biodegradable plastic. Biopolymer can be mixed with synthetic polymer to produce biodegradable films with properties suitable for varying applications. This study examines the mechanical physical properties of Chlorella polyvinyl alcohol PVA based bioplastic by pre treating the Chlorella powder with ultrasonic homogenizer. Variation of Chlorella concentration and temperature was done during the ultrasonication. Before being used as bioplastic base, pre treated Chlorella with different concentrations were equated. Bioplastic films were then prepared with the pre treated Chlorella powder and PVA using solvent casting method. Mechanical physical properties of the pre treated Chlorella films then compared with non pre treated Chlorella film as control. Mechanical test shows the increasing of bioplastic tensile strength up to 15,3 kgf cm2 and elongation percentage up to 99,63. Field emission scanning electron microscopy test shows the increasing of bioplastic homogenity and smoother surface with less pores. Fourier transform infrared analysis shows that there are crosslinkages between Chlorella and PVA. Thermal analysis by thermogravimetric analysis shows that Chlorella based bioplastic has similar thermal properties as PVA based bioplastic. These mechanical physical properties shows that Chlorella is a potential biomass alternative for bioplastic.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>