Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Datupadang, Epafras Mogot
Abstrak :
Penelititan ini bertujuan mengurangi pemborosan (waste) operasi loading di Terminal Petikemas KOJA dengan menggunakan strategi Lean. Lean merupakan suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada minimasi penggunaan sumber daya dalam berbagai aktivitas perusahaan, berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah. Penggunaan metode Waste Relationship Matrix (WRM), Waste Assessment Questionaire (WAQ), dan Value Stream Analysis Tools (VALSAT) bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisa pemborosan yang terjadi.
This study aims to reduce waste in loading operations at the Koja Container Terminal by using Lean strategy. Lean is a business philosophy that is based on minimizing resources usage in the various activities of the company, focusing on the identification and elimination on non value added activities. The use of Waste Relationship Matrix method (WRM), Waste Assessment Questionnaire (WAQ),and Value Stream Analysis Tools (VALSAT) are intended to identify and analyze the waste that occurred. Minimizing waste is usefull for a company in facing a harder era of business competition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Rahmawati
Abstrak :
Klaster industri perkapalan merupakan salah satu cara yang dinilai bisa menjadi solusi terhadap permasalahan galangan nasiona seperti delivery time Salah satu wilayah yang dinilai potensial untuk dijadikan lokasi pengembangan klaster industri perkapalan adalah kabupaten Tanggamus Skripsi ini membahas perencanaan pengembangan klaster industri perkapalan di kabupaten Tanggamus berdasarkan peraturan nomor 124 M IND PER 10 2009 tentang peta panduan pengembangan klaster industri perkapalan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Penelitian ini dibatasi hanya pada perancangan tata letak kawasan industri perkapalan berdasarkan kondisi geografis dan RTRW 2011 2013 kabupaten Tanggamus serta target produksi galangan sesuai dengan peta panduan yang telah dibuat oleh Kementrian Perindustrian dan potensi pasar galangan nasional menggunakan program AutoCad 2010.
Shipping cluster development is one of solution to solve problem of shipyard in Indonesia such as delivery time This study examines planning of shipping cluster development in Tanggamus based on Ministry of Industry rsquo s rule number 124 M IND PER 10 2009 about road map shipping cluster development This study limited on layout planning of shipping industry area based on geographical and RTRW 2011 2031 of Tanggamus and target of shipyard adapted to rule number 124 M IND PER 10 2009 and market potencial of shipyard in Indonesia AutoCad 2010 is used to design the layout.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanzalah Huzaifi
Abstrak :

Sektor terminal peti kemas menjadi salah satu peranan penting dalam arus perdagangan global. Sebagaimana terminal peti kemas memiliki peranan yang penting sebagai salah satu rantai transportasi dalam membentuk kinerja social dan lingkungan sebagaimana transportasi yang semakin meluas ke seluruh dunia. Bermula dari Kyoto Protocol untuk kapal, trend ramah lingkungan turut juga menarik sector keterminal peti kemasan. Namun, terminal peti kemas sulit menemukan sebuah model, yang serupa dengan karakteristik yang dimilikinya, yang dapat digunakan sebagai pembanding akan kinerja operasional mereka dari aspek produksi emisi CO2. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi emisi CO2 di terminal peti kemas peti kemas sehingga memberi gambaran bagaimana sebuah terminal peti kemas melakukan operasionalnya menggunakan model sesuai dengan kondisi ideal berdasarkan peralatan yang ada. Model perhitungan ini menggunakan perhitungan bottom-up dari jumlah aktivitas kerja yang dilakukan oleh terminal peti kemas, jumlah konsumsi bahan bakar sebagai bukan menjadi variable input, melainkan sebagai hasil dari perhitungan model. Adapun yang menjadi variable input adalah throughput, transshipment proses, modalitas transportasi, dan layout terminal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa beberapa aktivitas operasional alat dapat dioptimalkan lagi dengan membandingkan hasil perhitungan emisi CO2 aktual. Pada penelitian ini ditemukan bahwa per TEU-nya menghasilkan emisi CO2 sebesar 11,27 kg di BICT, 8,31 kg di JICT, dan 15,66 kg di TTL dengan perhitungan estimasi emisi yang bersumber energikan diesel dan listrik. Kemudian dengan perhitungan estimasi emisi CO2 hanya pada yang berdampak secara langsung pada terminal peti kemas, yaitu emisi tanpa alat yang bersumber listrik, maka hasilnya adalah 11,27 kg di BICT, 4,23 kg di JICT, dan 7,77 kg di TTL. Penelitian ini dapat berguna bagi terminal peti kemas, sebagaimana penelitian ini dapat menghitung emisi CO2 di terminal peti kemas dengan estimasi kondisi ideal, karena model yang digunakan dapat menyesuaikan dengan karakteristik terminal peti kemas manapun, dan data yang digunakan sebagai variable input tidak sulit untuk didapatkan.

 


The port sector has been playing one of the important roles in global trade as ports are one of the transportational chain-rings in building environmental-social performance. As we all know, the usage of means of transportation are spreading further across the world. Starting with the Kyoto Protocol for ships, the environmentally friendly trend has also drawn in the port sector. However, it is difficult to find a model with the same characteristics as those of the ports as the models. The models can be used to compare the operational performances in the aspect of CO2 emission production. On that basis, this research aimed at estimating the CO2 emissions in peti kemas ports in order to portray how a port deals with its operational matters using models suitable for ideal circumstances based on the available equipment. This calculative system applies the bottom-up calculation of the work activities done in the ports, of the amount of fuel consumption, not as an input variable, but as the result of the calculation of the calculation itself. As for the input variables, they are the throughput, transshipment process, transportational modality and terminal layout. The result shows that several equipment operational activities can be optimized by comparing the results of the calculation of the CO2 actual emissions. In this research, it was found that each TEU produced CO2 emissions as many as 11,27 kg in BICT, 8,31 kg in JICT, and 15,66 kg in TTL, after calculating the emissions which had either diesel or electric power supply. Then, the result of the calculation of only the CO2 emissions which had direct effects on the ports, i.e. the emissions of non-electrically operated equipment, was each TEU produced as many as 11,27 kg in BICT, 4,23 kg in JICT, and 7,77 kg in TTL. This research is potentially of considerable use to ports since it shows how to calculate CO2 emissions in a port under ideal circumstances, the used models can adapt to the characteristics of any port, and the data serving as the input variables are not difficult to get.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Abren
Abstrak :
Unit Terminal Peti Kemas merupakan sarana penunjang transportasi memegang peranan penting dalam perekonomian negara karena merupakan Salah satu sumber pemasukan untuk negara melalui bea cukai. Semarang sebagai pusat pemerintahan dan perekenomian memiliki peiabuhan peti kemas di Tanjung Emas. Saat ini UTPK Tanjung Emas memiliki 4 (empat) unit container crane dengan panjang dermaga 345 meter. Pada proses bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas setiap tahun semakin meningkat, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai kebutuhan dari produktivitas container crane dan panjang dermaga yang ada saat ini apakah masih dapat menampung peningkatan jumlah bongkar muat peti kemas sampai dengan tahun 2010. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan peramalan terhadap pertumbuhan arus peti kemas sampai dengan tahun 2010 dengan menentukan waktu baku bongkar muat container crane dan utilitas dermaga. Sehingga diperoleh produktivitas dari container crane dan persentase kebutuhan panjang dermaga. Untuk memecahkan masalah tersebut maka dilakukan suatu penelitian tentang produktivitas container crane dan dermaga dengan peramalan. Adapun data yang digunakan meliputi data waktu pelayanan bongkar muat peti kemas oleh container crane dan data utilitas demwaga di Pelabuhan Tanjung Emas serta pertumbuhannya. Data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS dan program komputer LSF untuk mendapatkan jenis distribusinya, waktu rata-ratanya, standar deviasi yang dimilikinya serta jumlah bongkar dan muat peti kemas. Selain data tersebut, data lain yang dikumpulkan adalah data arus peti kemas serta kebutuhan utilitas kebutuhan dermaga. Akhimya dihasilkan kebutuhan peralatan container crane yang dibutuhkan serta kebutuhan panjang dermaga di terminal peti kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sampai dengan tahun 2010.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S50399
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faril Ichfari
Abstrak :
Peningkatan emisi CO2 akibat dari aktivitas operasi pelabuhan terbukti menjadi penyebab perubahan iklim global, sehingga diperlukannya pemantauan emisi CO2 di pelabuhan untuk mengontrol kualitas udara sebagai penerapan konsep Green Port. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran emisi CO2 akibat dari operasional peralatan bongkar muat pada aktivitas stevedoring dan cargodoring di beberapa terminal peti kemas Indonesia yang dapat dijadikan data pendukung untuk mengontrol kualitas udara dengan mengurangi emisi CO2. Model perhitungan dalam penelitian ini menerapkan perhitungan bottom-up terhadap aktivitas operasional di terminal, yang menjadikan nilai konsumsi bahan bakar sebagai hasil perhitungan. Data yang digunakan sebagai variabel input yaitu data operasional terminal peti kemas pada tahun 2019 meliputi jumlah throughput, proses perpindahan peti kemas, modalitas transportasi, dan layout terminal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan TPK Banjarmasin, TPK Palaran dan TPK Teluk Bayur mengeluarkan total emisi CO2 selama satu tahun beruturut-turut sebesar 7.1 kiloton, 4.3 kiloton, dan 1.2 kiloton dan emisi CO2 per TEU’s nya sebesar 15.174 kg, 16.071 kg, dan 13.749 kg. Kontribusi emisi CO2 per peralatan bongkar muat pada TPK Banjarmasin ; QCC 48.37%, RTG 23.82%, TT 27.81%, pada TPK Palaran ; QCC 45.67%, RTG 22.32%, TT 31.99%, dan pada TPK Teluk Bayur ; QCC 54.20%, RTG 26.29%, TT 19.50%. ......The increase in CO2 emissions as a result of port operating activities has proven to be the cause of global climate change, so it is necessary to monitor CO2 emissions at ports to control air quality as an application of the Green Port concept. This study aims to obtain an overview of CO2 emissions resulting from the operation of cargo handling equipment on stevedoring and cargodoring activities at several Indonesian container terminals which can be used as supporting data to control air quality by reducing CO2 emissions. The calculation model in this study applies a bottom-up calculation to operational activities at the terminal, which makes the value of fuel consumption as the result of the calculation. The data used as an input variable is the operational data of the container terminal in 2019 including the amount of throughput, the process of moving containers, transportation modalities, and terminal layout. The results of this study show that Banjarmasin Container Terminal, Palaran Container Terminal and Teluk Bayur Container Terminal emit a total of 7.1 kilotons, 4.3 kilotons, and 1.2 kilotons of CO2 emissions for one year respectively and their CO2 emissions per TEU's are 15,174 kg, 16,071 kg, and 13,749 kg. CO2 emission contribution cargo handling equipment at Banjarmasin Container Terminal; QCC 48.37%, RTG 23.82%, TT 27.81%, at Palaran Container Terminal; QCC 45.67%, RTG 22.32%, TT 31.99%, and at Teluk Bayur Container Terminal ; QCC 54.20%, RTG 26.29%, TT 19.50%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novriyanto
Abstrak :
Pelabuhan Peti Kemas saat ini memegang peranan penting dalam perekonomian negara karena merupakan salah satu sumber pemasukan utnuk negara melalui bea Cukai. Dan Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan perekenomian memiliki pelabuhan peti kemas terbesar di Indonesia yang terletak di Tanjung Priok yaitu Jakarta intemationat Container Terminal (JICT). Proses bongkar muat merupakan pelayanan utama yang dilakukan oleh pihak JICT terhadap kapal yang bersandar. Pada proses ini digunakan fasilitas bongkar muat yaitu container crane, head truck dan transtainen Ketiga alat utama tersebut haruslah mencukupi dalam segi jumlah agar dapai memberikan pelayanan yang baik. Namun karena terbentur oleh jumlah fasilitas alat yang terbatas maka perlu diambil Iangkah bijaksana dalammenentukan jumlah fasilitas yang dipakai. Untuk memecahkan masalah tersebut maka dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan simulasi. Adapun data-data yang digunakan meliputi data waktu pelayanan bongkar muat peti kemas oleh container crane dan trarrstainer seria waktu tempuh head truck dari tepi dermaga menuju lapangan penumpukan dan sebaliknya Setelah itu data-data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS untuk mendapatkan jenis distribusinya, waktu rata-ratanya serta standar deviasi yang dimilikinya. Selain data tersebut_ data lain yang dikumpulkan adalah data arus peti kemas yang terdiri dari bongkar dan mual. Setelah data-data tersebut diolah kemudian dimasukkan sebagai input dalam model simutasi ProModel. Kemudian model tersebut diveritikasi dan divalidasi untuk mengelahui apakah mode! tersebut mendekati sistem yang sebenarnya. Akhirnya dari simulasi ini dapat diperoleh kombinasi yang terbaik dari jumlah fasilitas bongkar muat dalam melayani sebuah kapal yang bersandar dengan metode trial and error, yaitu kombinasi yang menggunakan 2 container crane, B head truck dan 3 transtainer. Kemudian hasil kombinasi dan waktu yang dihasilkannya digunakan sebagai acuan untuk menentukan jumlah tambatan yang diperiukan pada iahun 2005 dengan terlebih dahulu mengetahui arus peti kemas hasil peramalan pada tahun 2005. Dan didapatkan hasil bahwa pada tahun 2005 terminal ll JICT belum periu menambah jumlah tambatan dermaga.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S50409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library