Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Devony
"Salah satu bentuk modal pembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat yaitu sehat fisik, mental dan sosial. Remaja yang sehat dan memiliki daya tahan jantung paru yang baik akan mampu berprestasi dalam pelajaran maupun pekerjaan sehingga produktivitasnya meningkat, sementara dari hasil survei dan penelitian tentang kesegaran jasmani dari tahun 1990 sampai tahun 2000 ditemukan bahwa lebih dari 50% remaja siswa SMA mempunyai tingkat kesegaran jasmani kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran daya tahan jantung paru dan faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan daya tahan jantung paru yaitu persentase lemak tubuh, kadar hemoglobin, denyut nadi, kebiasaan merokok, frekuensi olahraga, lama olahraga, jenis olahraga, umur dan jenis kelamin pada siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 kota Depok tahun 2004.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan rancangan cross sectional atau potong lintang. Sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 kota Depok sebanyak 190 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur daya tahan jantung paru, persentase lemak tubuh, kadar hemoglobin, denyut nadi istirahat dan wawancara untuk mengetahui kebiasaan merokok, frekuensi olahraga, lama olahraga, jenis olahraga, umur dan jenis kelamin. Analisis data dilakukan secara univariat (rata-rata dan frekuensi), bivariat (uji korelasi dan Khai kuadrat untuk melihat faktor yang berhubungan dengan daya tahan jantung paru), multivariat (uji regresi logistrk berganda untuk melihat faktor yang paling dominan berhubungan dengan daya tahan jantung paru).
Hasil penelitian menemukan sebagian besar siswa (68,9 %) mempunyai daya tahan jantung paru dengan kategori kurang dam hanya 31,1 % siswa dengan daya tahan jantung paru kategori baik. Analisis bivariat mendapatkan hubungan yang bermakna antara umur (p = 0,047), jenis kelamin (p = 0,019), persentase lemak tubuh (p = 0,013), kadar hemoglobin (p = 0,002), denyut nadi istirahat (p = 0,000), frekuensi olahraga seminggu (p = 0,000) dan lama olahraga seminggu (p = 0,000) dengan daya tahan jantung pare, sedangkan kebiasaan merokok tidak mempunyai hubungan yang bermakna (p = 0,34) dengan daya tahan jantung paru. Analisis multivariat mendapatkan vanabel yang paling dominan berhubungan dengan daya tahan jantung paru adalah frekuensi olahraga dalam seminggu (OR = 5,455).
Pembinaan program olahraga intensif perlu dilakukan di sekolah baik pada saat jam pelajaran olahraga dan kesehatan maupun pembinaan kegiatan ekstrakurikuler maupun di rumah. Untuk menunjang pelaksanaan program ini perlu adanya kerjasama yang baik antara Departemen Pendidikan Nasional dengan Departemen Kesehatan dalam melakukan survei tingkat kesegaran jasmani pada remaja sekolah.

Factors Related To Cardiorespiratory Endurance Of SMA 1 And SMa 3 Depok Students In 2004One primary point of view needed for succeeding all subjects of development and progree in this country is to have a good physical, mental and social health. Adolescent with good cardiorespiratory endurance will be able to reach a positive achievement whether in studying or working, so that their productivity increase. Whereas, other 50 % of SMA students still have a lower cardiorespiratory endurance.
This research is aimed at knowing the perspective of cardiorespiratory endurance and several related factors surch as: body fat percentage, hemoglobin, pulse, smoking habits, duration and frequency of sportsactivity, sort of sports, age and gender of SMA 1 and SMA 3 Depok Students in 2004.
The type of research is quantitative, using sectional cross device or transversal. Research samples are 190 SMA land SMA 3 Depok students. Data is gathered by measuring cardiorespiratory endurance, body fat percentage, hemoglobin level, pulse during resting, and by interviewing them of smoking habits, durations and frequency of sports activity, sort of sport, age and gender. Data analyzing process is applied univariantly (average and frequency), bivariaotly (correlation test and chi quadrat), Multivariant (double logistic regression)
The research finally finds most students (58,9%) have a lower cardiorespiratory endurance while 31,1% have a good one. Bivariant analysis abtains a meaningful relationship between age (p = 0,047), gender (p = 0,019), body fat percentage (p = 0,013), hemoglobin level (p = 0,002), puts during resting (p = 0,000), sports activity frequency per week (p = 0,000), sports activity duration per week (p = 0,000) and cardiorespiratory endurance, whereas smoking habits has no relationship with cardiorespiratory endurance Multivariant analysis obtains most dominant variable connected with cardiorespiratory endurance : sports activity frequency per week (OR = 5,455), hemoglobin level (OR = 4,721), puts during resting (OR= 5,103) and body fat percentage (OR = 2,979).
Establishing an intensive sports program is needed to apply at school whether in sports class/lesson or in extracurricular activities. Application of this program needs good cooperation between national education dept and health dept.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Tresnanti Mirtha
"ABSTRAK
Pekerja merupakan kelompok usia produktif yang berisiko terhadap penyakit
tidak menular karena gaya hidup yang tidak sehat. Sebagian besar waktu bangun
pekerja akan dihabiskan di tempat kerja dengan aktivitas sedenter berupa duduk.
Waktu menjadi kendala utama bagi pekerja melakukan latihan fisik demi
meningkatkan kebugaran jasmani, yang diketahui berbanding lurus dengan
produktivitas. Salah satu fokus intervensi adalah peningkatan latihan fisik pekerja
pada jam kerja. Beberapa upaya telah dilakukan sebelumnya, namun belum ada
alat latihan kardiorespirasi yang ergonomis dan mampu laksana bagi pekerja.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan model alat latihan kardiorespirasi
yang secara efektif dapat meningkatkan kebugaran jasmani pekerja duduk.
Penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pengembangan, tahap penentuan
validitas, dan tahap pembuktian efektivitas model alat latihan. Kedua tahap awal
menggunakan rancang penelitian potong lintang, sedangkan tahap akhir
menggunakan rancang kuasi eksperimental. Pemilihan sampel dilakukan pada
populasi pekerja duduk di Jabodetabek.
Peneliti mendapatkan 3 aspek yang memengaruhi pencapaian denyut nadi
optimal, dengan model regresi yang menjelaskan 86,2% variasi pencapaian
denyut nadi latihan optimal (R2 = 0,862). Selain itu, didapatkan protokol dan
formula uji ukur daya tahan kardiorespirasi untuk memprediksi nilai VO2maks
dengan model alat latihan yang mempunyai tingkat akurasi dan presisi baik. Pada
implementasi, didapatkan peningkatan nilai prediksi VO2maks pada kelompok
perlakuan di akhir minggu ke-12 dengan selisih rerata 1,21 (2,4) mL/kg/menit
(p < 0,005) dan tingkat pemenuhan sesi latihan sebesar 39,7% dari total sesi yang
diharapkan. Sementara itu, terjadi penurunan nilai prediksi VO2maks sebesar 2,8
(2,8) mL/kg/menit (p < 0,005) pada kelompok kontrol.
Penggunaan model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki Kinesia pada
program latihan fisik berbasis tempat kerja dikatakan valid (r > 0,3) dan reliabel
(r-alpha > 0,6) untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi pekerja duduk.

ABSTRACT
Workers are a productive age group who are at risk of non-communicable
diseases because of an unhealthy lifestyle. Most of the workers waking time will
be spent in the workplace with a sedentary activity in the form of sitting. Time is a
major obstacle for workers doing physical exercise in order to improve physical
fitness, which is known to be directly proportional to productivity. One of the
focuses of the intervention is to increase the physical exercise of workers during
working hours. Several efforts have been made before, but there is no ergonomic
cardiorespiratory training devices yet that able to do by workers.
The purpose of study was to obtain a model of cardiorespiratory exercise devices
that effectively improve physical fitness of sitting workers. It consists of three
stages, namely the development phase, the stage of determining the validity, and
the stage of proving the effectiveness of the exercise model. The first two stages
use a cross-sectional design, while the final stage uses a quasi-experimental
design. The sample selection was carried out in the sitting working population in
Jabodetabek.
The researcher obtained 3 aspects that influenced the achievement of optimal
exercise heart rate, with a regression model that explained 86.2% variation in the
achievement of optimal exercise heart rate (R2 = 0.862). In addition, the
cardiorespiratory endurance test protocol and formulas was obtained to predict
VO2max values with a training tool model that had good accuracy and precision.
In implementation, it was found an increase in the predictive value of VO2max in
the treatment group at the end of the 12th week with an average difference of 1.21
(2.4) mL/kg/minute (p < 0.005) with a training session fulfillment rate of 39.7%
of the total expected session. Meanwhile, in the control group there was a
decrease in the predicted value of VO2max of 2.8 (2.8) mL/kg/minute (p < 0.005).
It was concluded that the use of Kinesia foot rest-based cardiorespiratory
exercise devices model in workplace-based physical training program is said to
be valid (r > 0.3) and reliable (r-alpha > 0.6) to increase the cardiorespiratory
endurance of sitting workers."
2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Rusli
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) selain mengalami gejala-gejala respirasi juga mengalami kelemahan otot rangka. Kelemahan ini diakibatkan penurunan massa otot (muscle wasting), gangguan nutrisi, inaktivitas fisik, inflamasi sistemik dan stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui manfaat pemberian modalitas stimulasi neuromuskular elektrik/neuromuscular electrical stimulation (NMES) pada otot kuadriseps femoris dan latihan fisik dibandingkan dengan hanya latihan fisik saja pada peningkatan kebugaran kardiorespirasi yang diukur menggunakan jarak tempuh uji jalan enam menit dan dinamometer hand held pada pasien PPOK stabil.
Metode: Penelitian dengan desain eksperimental dengan consecutive sampling dilakukan pada pada 17 subyek dengan PPOK derajat B,C dan D (stabil secara medis) yang datang ke RSUP Persahabatan. Pengukuran jarak tempuh uji jalan 6 menit dan kekuatan otot kuadriseps femoris (dengan dinamometer hand held) dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Subyek dibagi dalam kelompok perlakuan (9 subyek) dan kontrol (8 subyek). Kelompok perlakuan mendapat intervensi yaitu stimulasi NMES pada otot kuadriseps femoris dan latihan fisik, sementara kelompok kontrol hanya mendapat intervensi latihan fisik saja. Intervensi diberikan selama tiga kali setiap minggu selama 8 minggu berturut-turut.
Hasil : Pemberian stimulasi NMES pada kelompok perlakuan memberikan peningkatan pada peningkatan jarak tempuh uji jalan 6 menit dan kekuatan otot kuadriseps femoris dibandingkan dengan kelompok kontrol walaupun tidak bermakna secara statistik. Pada analisis tiap kelompok (perlakuan dan kontrol) terdapat peningkatan yang bermakna secara statistik yaitu peningkatan jarak tempuh uji jalan 6 menit, kekuatan otot kuadriseps femoris, dan kapasitas fungsional (pada subyek kelompok perlakuan dengan PPOK derajat C).
Kesimpulan : Pemberian stimulasi NMES pada pasien PPOK stabil yang mampu ambulasi tidak memberikan manfaat tambahan pada peningkatan kebugaran kardiorespirasi. Dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar untuk melihat manfaat stimulasi NMES pada pasien PPOK pada penelitian selanjutnya.

ABSTRACT
Background : Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient suffers not only respiratory symptoms but also skeletal muscle weakness. Weakness is caused by muscle wasting, nutritional disturbance, physical inactivity, systemic inflammation and oxidative stress. The purpose of this study is to find benefit of using neuromuscular electrical stimulation/NMES on quadriceps femoris muscle and physical exercise in improving cardiorespiratory endurance for COPD stable patient measured by six minutes walking test and hand held dynamometer.
Methods : Experimental study with consecutive sampling conducted on 17 subjects with grade B,C and D COPD (medically stable) who attended at Persahabatan General Hospital. Subjects divided into intervention and control group. Measure of distance coverage of six minutes walking test and muscle strength using hand held dynamometer is done before and after intervention. Intervention group had NMES stimulaton on their quadriceps muscles and physical exercise, while control group had only physical exercise. Intervention sessions are given three times weekly for 8 weeks periods.
Results : There is increment of distance coverage of six minutes walking test and quadriceps muscle strength of both groups but not statistically significant. Subgroup analysis reveals increment on distance coverage of six minutes walking test, quadriceps femoris muscle strength and functional capacity (in interventional group, subjects with grade C COPD).
Conclusion : Neuromuscular Electrical Stimulation for Stable COPD patient with good ambulation does not give any additional benefit for increasing cardiorespiratory endurance. Further study with larger number of subjects is needed for evaluating the effect of NMES for COPD patient."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library