Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Dumilah Suprihatin
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1982
616.969 SIT c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhawati
Abstrak :
Candida albicans adalah salah satu spesies Candida yang paling banyak menimbulkan kandidosis. Manifestasi klinis kandidosis dapat berupa kandidosis superfisialis yang meryerang kulit, kuku dan mukosa, namun juga dapat menyebabkan infeksi sistemik yang mempunyai angka kematian tinggi. C. albicans mempunyai dua bentuk, yang dianggap penting yaitu blastokonidia dan hifa.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Angka kejadian Kandidosis vulvovaginalis (KVV) yang disebabkan C.non-albicans belakangan ini cenderung meningkat. Namun di RSCM, sampai saat ini belum ada data tentang proporsi dan karakteristik KVV yang disebabkan C.non- albicans. Untuk itu dilakukan penelitian deskriptif dengan rancangan studi potong lintang. Subyek penelitian adalah wanita yang datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin serta Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSCM yang mengeluh keputihan dan gatal, serta pada pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram ditemukan blastospora dengan atau tanpa pseudohifa, tanpa infeksi genital spesifik lain. Kultur dibuat dengan menggunakan media CHROMagar Candida untuk membedakan spesies Candida penyebab. Didapatkan subyek terbanyak pada kelompok usia 26 – 44 tahun, dengan nilai tengah 29 tahun. Dari 69 subyek yang menderita KVV, sebanyak 30,4% disebabkan oleh C.non- albicans, terdiri atas : C. glabrata (61,9%), C. tropicalis (28,6%) dan C. parapsilosis (9,5%). KVV yang disebabkan oleh C.non-albicans cenderung terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 45 tahun, menggunakan KB non-hormonal, memiliki pasangan dengan keluhan gatal dan kemerahan pada ujung penis dan keluhan terjadi lebih dari satu tahun. Tidak ditemukan perbedaan gejala klinis KVV yang disebabkan oleh C. albicans dan C. non-albicans. (Med J Indones 2003; 12: 142-7)
The prevalence of Vulvovaginal candidosis (VVC) caused by C.non-albicans tends to increase, recently. The aim of this study was to obtain data about proportion and clinical characteristic of C.non-albicans VVC at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta. This is a cross-sectional study on all female patients with symptoms of VVC visiting Obstetri-gynaecology and Dermatovenereology outpatient clinics at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta. All subjects had positive Gram stain, showed Candida spp. on culture with CHROMagar Candida, and had no other specific genital infections. Sixty nine subjects aged 26 – 44 years old (averaged 29 years old) were included in this study. Candida non-albicans was found in 30.4% subject, and consisted of: C. glabrata (61.9%), C. tropicalis (28.6%) and C. parapsilosis (9.5%). We found that C.non-albicans VVC infections are more common in women above 45 years old, using non-hormonal contraceptives, whose sexual partner has erythema and pruritus in glands penis, and having the disease for more than 1 year. No differences in clinical symptoms were noted between C. albicans and C.non-albicans infection. We concluded from this study that the proportion of C. non-albicans infections at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta, with C. glabrata represents the most prevalent species. No characteristic clinical symptoms were found from the subjects with C.non-albicans VVC when compared with those infected by C. albicans. (Med J Indones 2003; 12: 142-7)
Medical Journal of Indonesia, 12 (3) Juli September 2003: 142-147, 2003
MJIN-12-3-JulSep2003-142
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Boedi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai volume saliva dan jumlah koloni Candida spesies di dalam mulut pasien perokok dan bukan perokok. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penelitian dengan memeriksa saliva pada 62 pasien Perokok dan bukan Perokok di Laboratorium Diagnostik & Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta. 1 mililiter saliva dibiak dalam medium Agar Dextrosa Sabouraud yang mengandung antibiotika dan diperam pada suhu 37° Celcius selama 48 jam serta diidentifikasi jenis j amur yang tumbuh. Hasil Pengamatan : Dari 32 pasien Perokok yang diperiksa volume salivanya ternyata terdapat perbedaan bermakna dibandingkan dengan 30 pasien bukan Perokok. Sedangkan dari hasil biakan jamur Candida terdapat perbedaan bermakna antara jumlah kasus Perokok (21%) dan bukan perokok (3,2%) yang mempunyai koloni Candida spesies diatas 400 per mililiter saliva. Terlihat pula hu-bungan yang erat antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan jumlah koloni Candida spesies di dalam mulut.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Hidayat
Abstrak :
Pola makan modern kaya karbohidrat merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral. Namun belum jelas diketahui apakah pertumbuhan C. albicans akan meningkat bila terjadi glukosa dalam medium pertumbuhan. Tujuan: Menganalisis efek penambahan glukosa 1%, 5%, 10% terhadap pertumbuhan C. albicans in vitro. Metode: Isolat C. albicans klinik dari usapan mukosa mulut pasien kandidiasis oral dideteksi pada CHROMagar dan serum. Sebagai pembanding, C. albicans strain ATCC 10231 juga dideteksi dengan cara yang sama. C. albicans yang tumbuh dibiak dalam SDA selama 2 hari, kemudian dikumpulkan dan dibiakkan kembali dalam SDB yang telah ditambah glukosa 1%, 5%, dan 10% selama 3 atau 7 hari pada suhu ruang. Sebagai kontrol adalah C. albicans yang ditumbuhkan dalam SDB tanpa penambahan glukosa. Pertumbuhan C. albicans diukur dengan menghitung CFU/ml C. albicans dalam cawan petri. Uji statistik menggunaka ANOVA dengan a 0.05. Hasil: Setelah 3 hari, pertumbuhan C. albicans isolat klinik 1%, 5%, dan 10% berturut-turut adalah 181.5, 582, dan 811 CFU/ml; sedangkan C. albicans ATCC 10231 adalah 21.5, 177.5, 375.5 CFU/ml. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yaitu 970 (isolat klinik) dan 957 (ATCC) CFU/ml. Setelah 7 hari diperoleh pertumbuhan C. albicans isolat klinik adalah 2350, 9650, dan 9650 CFU/ml; sedangkan C. albicans ATCC 10231 adalah 5000, 5450, 3550 CFU/ml. Pertumbuhan kelompok kontrol 7 hari adalah 5000 (klinik) dan 5150 (ATCC) CFU/ml. Analisis ANOVA menunjukkan bahwa setelah 3 hari penambahan glukosa 1% menurunkan pertumbuhan C. albicans secara bermakna baik pada isolat klinik maupun strain ATCC 10231 (p < 0,05). Pada kelompok 7 hari penambahan glukosa 5% dan 10% meningkatkan pertumbuhan C. albicans isolat klinik secara bermakna (p < 0,05). Simpulan: Glukosa 5% dan 10% dapat meningkatkan pertumbuhan C. albicans in vitro. Penambahan glukosa 1% dapat menghambat pertumbuhan C. albicans pada durasi 3 hari. ......High carbohydrate intake is one predisposing factor of oral andidiasis. Whether glucose addition in medium will increase the growth of Candida albicans is still unclear. Objective: Investigating the effect of 1%, 5%, 10% glucose addition on the growth of C.albicans in vitro. Methods: C. albicans sample was from oral swab of a male oral candidiasis patient. Detection of C. albicans used CHROMagar and confirmed by germ tube test. C. albicans colonies were inoculated in Sabouraud Dextrose Agar (SDA). As a comparison, C. albicans ATCC 10231 was also detected inthe same way. After 2 days the cultures were serially diluted and inoculated in Sabouraud Dextrose Broth (SDB) without glucose (control), 1%, 5%, or 10% additional glucose, kept for 3 or 7 days in room temperature, then inoculated in SDA. The Colony Forming Unit (CFU) were counted after 2 days. ANOVA with a 0.05 was used. Results: After 3 days, additional 1%, 5%, 10% glucose in media with clinical strain of C. albicans resulted in 181.5, 582, 811 CFU/ml respectively while in media with C. albicans ATCC were 21.5, 177.5, 375.5 CFU/ml. The growth of controls C. albicans were 970 (clinical strain) and 957 CFU/ml (ATCC). After 7 days, the growth of clinical strain of C. albicans with additional glucose 1%, 5%, 10% were 2350, 9650, 9650 CFU/ml respectively while the growth of C. albicans ATCC were 5000, 5450, 3550 CFU/ml. The growth of 7 days controls were 5000 (clinical strain) and 5150 (ATCC) CFU/ml. Statisticaly, additional 1% glucose for 3 days lead to significant decreased of growth of both clinical strain and ATCC 10231 C. albicans (p < 0,05). Additional 5% and 10% glucose for 7 days increased the growth of C.albicans significantly (p < 0,05). Conclusion: Additional 5% and 10% glucose for 7 days increase the growth of C. albicans in vitro. While additional 1% glucose for 3 days decrease the growth of C. albicans.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Brinna Listiani
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : C.albicans adalah jamur yang mendominasi pada infeksi saluran akar persisten yang virulensinya terjadi apabila berada pada bentuk biofilm. Penggunaan larutan irigasi herbal dengan efek samping yang lebih ringan dan efektivitas yang sama dibandingkan larutan irigasi kimia perlu dipertimbangkan. Tujuan : Untuk menganalisis kemampuan kayu secang dalam mengeleminasi biofilm C.albicans. Metode : Biofilm C.albicans dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok kayu secang konsentrasi 25 , 33 , 50 , NaOCl 2,5 , kelompok biofilm tanpa perlakuan Hasil : Nilai rerata koloni biofilm C.albicans kelompok kayu secang konsentrasi 25 lebih rendah dibandingkan konsentrasi kayu secang 33 , 55 . Seluruh konsentrasi ekstrak kayu secang yang diteliti memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan NaOCl 2,5 namun lebih rendah dibandingkan kelompok biofilm tanpa perlakuan Kesimpulan : kayu secang memiliki efek antijamur terhadap biofilm C.albicans namun lebih rendah jika dibandingkan NaOCl 2,5 ABSTRACT
Background C.albicans was predominant fungal species found in persisten root canal infection that the virulence factors depend on the ability to form biofilms. Herbal irrigation solution with less side effect and equal efficacy to chemical irrigant need to be considered Objective To analyze the ability of secang heartwood to eliminate C.albicans biofilms. Methods C.albicans biofilms divided into five groups Group I,II,III as Secang heartwood concentration 25 ,33 , 50 Group IV as NaOCl 2,5 and Group V as C.albicans without treatment Result Mean value of biofilms of C.albicans on secang heartwood concentration 25 lower than secang heartwood concentration 33 , 55 . All concentration of secang heartwood have higher value than NaOCl 2,5 but lower than biofilm without treatment group Conclusion It was concluded that secang heartwood possessed antifungal effect against C.albicans biofilm but lower than NaOCl 2,5
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S64804
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mulyati
Abstrak :
Candida merupakan jamur yang dapat hidup sebagai saprofit di saluran pernapasan, saluran cerna dan kotoran di bawah kuku orang sehat. Selain sebagai komensal jamur tersebut juga dapat menyebabkan infeksi atau kandidosis baik superfisial maupun sistemik. Perubahan dari bentuk saprofit menjadi patogen terjadi bila ada faktor predisposisi yang biasanya merupakan penurunan imunitas tubuh. Salah satu keadaan dengan penurusan sistem imunitas adalah HIV/AIDs yang dapat mengubah sifat jamur yang semula komensal menjadi patogen. Pada penderita AIDS biasanya terjadi kandidosis oral atau esofagitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies Candida yang diisolasi dari tinja penderita HIV/AIDS dengan diare. Bahan penelitian yang digunakan adalah 95 sampel tinja penderita HIV/AIDS yang menderita diare. Tinja penderita dibiak pada medium SDA kemudian dilanjutkan dengan identifikasi spesien secara morfologis dan biakan dengan Chromagar. Pada isolasi didapatkan 71 (&4,74%) dari95 biakan tumbuh koloni khamir yang terdiri dari Candida 42 (44.21%), Geotichum (25.26%), campuran Candida danGeotrichum 3 (3.16%), Rhodotorula dan Trichosporon masing masing 1 (1.05%). Identifikasi species Candida menghasilkan tujuh spesies yaitu C. albicans, C. tropicalis, C. krusei, C. guilliermondii, C. glabrata, C. lusitaniae dan C. kefyr. Ternyata dari tinja penderita HIV AIDS dapat diisolasi berbagai spesies khamir. Dengan penelitian ini memang belum dapat dipastikan peran khamir di atas sebagai penyebab penyakit, namin perlu diingat bahwa salah satu petanda masuknya seorang pengandung HIV menjadi AIDS adalh infeksi Candida superfisial, jadi kemungkinan peran Candida sebagai penyebab diare tidak dapat disingkirkan.
Candida is asaprophyte in the human respiratory tract, gastro intestinal tract and also in the debris under the nail. In patients with compromised immunity such as HIV-AIDS, Candida is able to cause infection, in this case oral candidosis or esophagitis. In this study fungi were isolated from the stools of HIV/AIDS patients. Samples consisting of 95 diarrheic stools from HIV/AIDS patients were investigated for the yeast especially Candida spp. The stools were inoculated onto Sabouraud dextrose agar then the fungi were identified using morphological methods and Chromaga medium. Yeast colonies were found in 71 (74.74%) out od 95 samples from which Candida was 42 (44.21%), Geotrichum 24 (25.26%), and mixed of Candida and Geotrichum 3 (3.16%), Rhodotorula and Trichosporon 1 (1.05%) each. Species of Candida were identified as C. albicans, C.tropicalis, C. kruesei, C. guilliermondii, C. glabrata, C. lusitaniae dan C. kefyr. Although Candida could be isolated from the diarrheic stolls of HIV/AIDS patients but its role on the cause of diarrhea is still questionable.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
High carbohydrate intake is one of predisposing factors of oral candidiasis. Wheather glucose addition in medium will increase the growth of Candida albicans in vitro is subject to further investigation. Objective: Investigating the effect of 1%, 5%, 10% glucose addition on the growth of C. albicans in vitro. Method: C. albicans sample was taken from oral swab of a male oral candidiasis patient. Identification of C. albicans was conducted using CHROMagar and confirmed by germ tube formation in serum. C. albicans colonies were inoculated in SDB. As a comparison, C. albicans ATCC 10231 was used. After 2 days the cultures were serially diluted and inoculated in SDB without glucose (control), and with 1%, 5%, 10% addditional glucose, kept for 3 and 7 days in room temperature, then inoculated in SDA. The CFU/ml were counted after 2 days. ANOVA with α 0.05 was used. Result: After 3 days, additional 1%, 5%, and 10% glucose in media with clinical strain of C. albicans resulted in 181.5, 582, and 811 CFU/ml respectively while in media with C. albicans ATCC were 21.5, 177.5, 375.5 CFU/ml. The growth of C. albicans with no additional glucose were 970 (clinical strain) and 957 CFU/ml (ATCC). After 7 days, the growth of clinical strain of C. albicans with additional glucose 1%, 5%, 10% were 2350, 9650, 9560 CFU/ml respectively while the growth of C. albicans ATCC were 5000, 5450, 3550 CFU/ml. Statisticaly, additional 1% glucose for 3 days lead to significant decreased of growth of both clinical strain and ATCC 10231 C. albicans (p < 0,05). However, only additional 5% and 10% glucose in clinical isolate for 7 days increased the growth of C. albicans significantly (p < 0,05). Conclusion: The effect of additional glucose on the increased growth of C. albicans in vitro is influenced by the concentration, exposure duration of glucose, and by the strain of C. albicans.
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>