Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Dhuhuri Al Alif Megantara
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini meneliti mengenai tinjauan arkeologis dan perbandingan arsitektur candi perwara yang terdapat di Percandian Hindu Prambanan dan Percandian Buddha Plaosan Lor. Candi perwara merupakan salah satu bangunan di dalam kompleks candi selain pethirtan dan/atau mandapa. Candi perwara di kedua kompleks candi tersebut terdapat di dalam kompleks candi yang berbeda aliran keagamaan tetapi memiliki persamaan bentuk arsitektur caitya-grha, arah hadap, serta tata letak candi perwara yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur, perbandingan arsitektur, serta tinjauan arkeologis candi perwara di Percandian Hindu Prambanan dan Percandian Buddha Plaosan Lor sebagai wujud materi kebudayaan masa Hindu-Buddha di Indonesia, terutama di daerah Jawa. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan bangunan Candi Perwara Prambanan dan Candi Perwara Plaosan Lor. Hasil analisis adalah tinjauan perbandingan arsitektural yang berisi persamaan dan perbedaan kedua gugusan candi perwara. Informasi di dalam tinjauan perbandingan arsitektural digunakan sebagai penafsiran tinjauan arkeologis kedua gugusan candi perwara. Tinjauan arkeologis diperkirakan bahwa gugusan Candi Perwara Prambanan berumur lebih muda pada abad ke - 9 Masehi yang dibuktikan dengan penambahan ragam hias arsitektural yang tidak terdapat pada gugusan Candi Perwara Plaosan Lor.
ABSTRACT
This research examines the archaeological review and the comparison of the Perwara Temple (candi perwara)s architecture which are located in both of the enshrinement named Prambanan Hindu Temple Complex and Plaosan Lor Buddha Temple Complex. Perwara Temple is one of the buildings inside an enshrinement beside the pethirtan or mandapa. Perwara Temple in both of enshrinement are different by religious side but have the same architectural form as temple (candi)s architecture in general or known as caitya-grha. Main purpose of this research is gain the general information of architectural form, architectural comparison and the review from archaeological side in both of the enshrinement, hence as one of the archaeological evidences of Hindu- Buddhist period in Indonesia, especially in Java. Analysis is done by comparing the Perwara Prambanan Temple and Perwara Plaosan Lor Temple. Result of the analysis are archaeological review and architectural comparison, first depicted by the architectural differences both of the perwara temples. Hence, the information of the architectural differences use for elucidate about the Perwara Prambanan Temple which is estimated to be slightly younger in the 9th century AD compared to Perwara Plaosan Lor Temple from the field of architectural decoration.
2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Desfira Ramadhania Rousthesa
Abstrak :
Candi di Jawa Tengah sebagian besar dibuat dengan bahan batu andesit. Batu andesit tersebut dibentuk menjadi balok berbagai ukuran dan disusun lapis demi lapis. Telaah ini membahas mengenai bentuk dan ukuran pada balok batu penyusun di Candi Perwara Sewu Deret I no.26 dan Candi Perwara Plaosan Lor Deret II no.29. Lebih tepatnya penempatan dan penggunaan balok batu pada kedua candi perwara tersebut. Tujuan dalam kajian ini adalah mengetahui hubungan dalam penggunaan balok batu terhadap konstruksi candi perwara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi. Data primer pada penelitian ini adalah balok batu andesit yang digunakan untuk menyusun konstruksi candi perwara. Melalui kajian ini dapat diketahui balok batu di bagian kaki memiliki ukuran yang paling besar, sedangkan ukuran bagian tubuh serupa dengan balok batu di bagian kaki. Bagian atap memiliki ukuran balok batu paling kecil. Akibat tidak ditemukannya batu kuncian di kedua candi, maka balok batu di bagian bawah dibentuk lebih besar supaya dapat menahan beban lebih banyak. Balok batu di bagian atas pun dibentuk lebih kecil agar memberikan beban lebih kecil dan mempermudah dalam proses penyusunannya. Hubungan antara balok batu dengan konstruksi candi perwara pada akhirnya dapat diketahui dari bentuk, ukuran, dan bahan dasar balok batu penyusun di setiap bagiannya.
...... Most of the temples in Central Java are made of andesite stone. The andesite stone is formed into blocks of various sizes and arranged layer by layer. This study discusses the shape and size of the constituent stone blocks at the Perwara Sewu Temple Series I no.26 and the Perwara Temple Plaosan Lor Series II no.29. More precisely the placement and use of stone blocks in the two perwara temples. The purpose of this study is to determine the relationship in the use of stone blocks to the construction of ancillary temples. The method used in this study consisted of data collection, data processing, and interpretation. The primary data in this study were andesite stone blocks which were used to construct the perwara temples. Through this study, it can be seen that the stone blocks in the legs have the largest size, while the size of the body parts is similar to the stone blocks in the legs. The roof has the smallest stone block size. As a result of not finding a lockstone in the two temples, the stone blocks at the bottom were shaped bigger so that they could withstand more weight. The stone blocks at the top are also made smaller in order to provide a smaller load and make it easier in the preparation process. The relationship between stone blocks and the construction of ancillary temples can ultimately be known from the shape, size, and basic materials of the stone blocks that make up each part.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dwi Haryanto Sapto Nugroho
Abstrak :
Karya tulis ini mengkaji bentuk arsitektur candi-candi perwara yang merupakan bagian dari arsitektur kompleks candi-candi Buddha di Jawa Tengah yang didirikan pada abad VIII - IX Masehi. Adapun data yang digunakan adalah candi perwara Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan Lor. Penelitian ini dilakukan guna mengoreksi hasil penelitian dari para peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan pendeskripsian bentuk arsitektur candi-candi perwara di Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan. Setelah dilakukan pendeskripsian diungkapkanlah perbedaan dan persamaan bentuk arsitektur pada keempat candi Buddha tersebut. Dari perbedaan dan persamaan bentuk tersebut tampaklah keragaman bentuk dari candi-candi perwara candi Buddha di Jawa Tengah. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur, gambar, peta maupun foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali ke lapangan. Pada pengumpulan data di lapangan dilakukanlah pengamatan secara detail terhadap data utama. Agar didapatkan hasil perbandingan yang akurat, masing-masing obyek yang diteliti, terlebih dahulu dibagi ke dalam komponen-komponen unit observasi. Setelah data lapangan terkumpul, langkah berikutnya adalah pengolahan data berupa analisa data dengan memperbandingkan tiap komponen unit observasi. Sebagai langkah akhir dilakukanlah penginterpretasian semua hasil analisa terhadap data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing candi perwara memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya sekalipun itu berada dalam satu kompleks yang sama. Namun dari beberapa atribut yang dimiliki oleh semua candi perwara tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya berdenah bujur sangkar dengan arah hadap menyesuaikan dengan susunan deretnya. Hal menarik yang terdapat pads hasil akhir dan penelitian ini adalah di candi perwara Plaosan Lor ada bentuk kepala kala di dinding luar tubuh memiliki dagu (rahang bawah) dan bercakar, seperti halnya bentuk kala gaya Jawa Timur. Hal menarik lainnya adalah ditemukannya bentuk lapik arca di candi perwara Sewu deret l no. 20, diduga bentuk arca yang pemah mendiami bilik candi tersebut terbuat dari bahan perunggu (Kusen dick 1993: 51-2). Jadi candi perwara pun tenyata berhak untuk ditempati oleh arca berbahan perunggu. Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit inforrnasi yang bersifat mengoreksi terhadap hasil penelitian-penelitian sebelumnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11572
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Inggita Adya Rari
Abstrak :
Karya tulis ini berisi tenting penggambaran aktivitas keseharian masyarakat Jawa Kuna berdasarkan relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi. Penelitian ini dilakukan guna mengisi bagian kosong sejarah kebudayaan bangsa Indonesia tentang keadaaan keseharian masyarakat biasa di masa Jawa Kuna, masyarakat Majapahit pada khususnya. Dalarn penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relief-relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi sehingga dapat dikenali _jenis-jenis aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Kuna masa itu. Untuk memperkuat hipotesa digunakan data-data pembanding berupa karya-karya tulis yang sejaman yaitu Kakawin Nagarakrtagama, Kitab Pararaton dan Berita Cina. Pada hasil akhir dibuatlah uraian tentang keadaan keseharian masyarakat Jawa Kuna terutama jenis-jenis kegiatan atau aktivitasnya. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur maupun foto-foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali di lapangan, penomoron pada tiap candi, diikuti dengan langkah berikutnya berupa pendeskripsian. Setelah pendeskripsian dilakukan analisis terhadap data utama dan pendukung (berupa data tertulis yang sejaman dengan relief), dan langkah terakhir adalah penginterpretasian sernua hasil analisa terhadap data utama dan data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat benang rnerah antara masyarakat Jawa Kuna dengan masyarakat Jawa saat ini. Hal ini terlihat dari adanya beberapa kegiatan yang berlangsung sampan saat ini ataupun berlanjut. Adapun kegiatan yang berlanjut adalah kegiatan memancing ikan, menggendong bayi dengan menggunakan kain, menggalah, dsb. Akan tetapi terdapat juga kegiatan yang sudah tidak kita jumpai lagi saat ini seperti kegiatan persambungan ayam dengan anjing, menggendong gajah kecil, dsb. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya perubahan jaman dan perubahan keadaan (seperti keadaan politik, sistim kemasyarakatan, sistim ekonomi, dsb). Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit keterangan tentang keadaan masyarakat biasa masa Jawa Kuna pada umumnya, masyarakat Majapahit pada khususnya.
2000
S11758
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sri Handiman Supyansuri
Abstrak :
Candi Lawang berada di Kabupaten Boyolali, Propinsi Java Tengah. Penelitian mengenai arsitektur Candi Lawang bertujuan untuk mengidentifikasi gaya arsitektur dan memperkirakan bentuk bangunan secara keseluruhan serta kronologi relatifnya. Kemudian karena di Candi Lawang ada inskrisi, maka inskripsi itu dibahas hingga ketingkat penafsiran, sehingga dapat diketahui hubungan antara insikripsi dan arsitektur candinya. Lalu, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data kepustakaan dan data lapangan. Penelitian dilakukan berdasarkan ciri arsitektur Candi Lawang yang kemudian dibandingkan dengan candi lain yang mempunyai kemiripan ciri arsitektur dengan Candi Lawang. Pembahasan arsitektur rneliputi hakikat pengertian arsitektur bangunan dan seni sama dengan arsitektur. Selain itu, karena peinbahasan arsitektur tidak hanya membahas aspek struktur dan teknik bangunannva saja, melainkan juga mencakup aspek sosial dan makna simboliknya, maka dalarn penelitian ini dibahas juga hubungan antara Candi Lawang dengan kepurbakalaan di sekitamya serta latar belakang keagamaannnya. Pembahasan kepurbakalaan lain di sekitar Candi Lawang dimaksudkan untuk lebih memahami keterkaitan ruang space situs yang situ dengan lainnya. Latar belakang keagarnaan diteliti dengan cara mengidentifikasikan segala temuan di Candi lawang berdasarkan sifat keagamaannya. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini ialah arsitektur Candi Lawang merupakan arsitektur bangunan masa peralihan dari masa klasik tua ke masa klasik muda. Hal itu ditunjukkan dengan adanya perpaduan ciri dari kedua periode tersebut di Candi Lawang. Lalu, mengenai kronologinya diperkirakan berasal dari akhir abad ke-9 M atau lebih tepatnya berdasarkan penafsiran inskripsi yang kemungkinan candrasangkala yaitu tahun 872 NCI atau 875 M. Kemudian, latar belakang keagamaan Candi Lawang berdasarkan sifat-sifat keagamaan dari berbagai bukti yang ada termasuk dari penafsiran isi inskripsi yang menyebutkan persembahan kepada gunung, maka Candi Lawang ialah bangunan Hindu Saiwa. Masyarakat di sekitar Candi Lawang pun di masa silam Sangat mcngkin mayoritas mcmeluk agama Hindu Saiwa karena hampir semua bangunan kepurbakalaan di sekitar situ dapat diidentifikasi bersifat Hindu Saiwa. Jadi, kesimpulan mengenai kronologi dari latar belakang keagamaan Candi Lawang sesuai antara kesimpulan berdasarkan arsitektur dengan kesimpulan berdasarkan inskripsi.
2000
S11905
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library