Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Myrna Ariati Mochtar
Abstrak :
ABSTRAK Berbagai penelitian dan para peneliti terdahulu terhadap pertumbuhan butir baja terfokus pada kondisi isothermal, sehingga berbagai tinjauan terhadap topik ini terdapat dalam berbagai literatur. Sedangkan berbagai aplikasi proses material, seperti canal panas pengecoran atau tempa berlangsung dalam kondisi non-isoternal. Prediksi pertumbuhan butir mempergunakan persamaan yang didapat secara empris dalam kondisi anil isothermal sehingga terjadi fluktuasi dalam besar butir dan sifat mekanis produk baja. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan mendapatkan pertumbuhan butir austenit dalam kondisi dimana pertumbuhan butirnya setelah dilakukan deformasi canal satu pass, dalam kondisi pendinginan kontinyu. Pendekatan yang digunakan adalah memberikan regangan deformasi canal panas antara O,3-0,4 dengan temperatur pemanasan awal l200°C, dan temperatur deformasi antara 900-1100C dengan kecepatan pendinginan antara 7-12 C/detik dalam rentang waktu rata-rata 30 detik setelah deformasi, kemudian didinginkan cepat ke temperatur ruang. Kecepatan pendinginan direkayasa dengan memasukkan benda iji ke dalam heating jacket dan pendinginan cepat dilakukan dengan water jetspray. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pertumbuhan butir austenit baja setelah proses canal panas dapat digambarkan sebagai fungsi kecepatan pendinginan. Besar butir austenit semakin menurun dengan meningkatnya kecepatan pendinginan. Kinetika pertumbuhan butir austenit non-isotermal didapat dengan melakukan modifikasi matematis persamaan pertumbuhan butir isotermal dengan memasukkan faktor inverse kecepatan pendinginan berpangkat m. Model modfikasi ini dilakukan iterasi dengan hasil eksperimen dan didapat model empris dengan nilai amat mendekati hasil eksperimen, dengan hubungan besar butir austenit yang berbanding terbalik dengan kecepatan pendinganan berpangkat m (1/Cr), dan penambahan konstanta B. Didapat konstanta kecepatan pendinginan m hampir tidak terpengaruh oleh komposisi baja yaitu sekitar 12 sedangkan konstanta B meningkat dari 3,0 x10'° sampai 8 x l0'° dengan peningkatan prosentase Nb, C atau N dalam baja. Model ini dievaluasi dengan perhitungan penumbuhan butir austenit hasil perhitugan matematis berdasarkan persamaan isothermal dan metode additivity. Didapati bahwa model modifikasi memilih nilai besar butir austenit yang amat mendekati perhitugan matematis , dengan nilai konstanta yang relatif sama dengan model matematis . Didapat bahwa perhitungan dengan model empiris non isotermal memiliki deviasix rendah terhadap nilai eksperimen (4-l5%). sehingga lebih tepat untuk memprediksi pertumbuhan butir austenit kondisi non-isotermal.
ABSTRACT Many reviews in the literatures by many previous investigators on the steel grain growth mostly focused for the isothermal condition. At the same time, many of the materials processing such as hot-rolling, casting, and forging take place under non-isothermal conditions. Grain growth prediction uses empirically obtained formula in an isothermal annealing condition; in this instant, there are possibilities that the fluctuation in the predicted grains size and thus in the mechanical properties will occur. The main purpose of this investigation is to evaluate and to obtain austenite grains growth in a non-isothermal condition. The grain growth of three compositions of HSLA-Nb steel, i.e. 0.019; 0.037; and 0.056 wt.% Nb, was examined after single-pass-hot-rolling process under continuous cooling condition. The materials were hot-rolled about 0.3-0.4 at an initial temperature of 1200C, deformation temperature of 900-1100C, cooling rate of 7-12K/s in an average time period of 30 second after deformation, and the quenched to room temperature. Cooling rate was achieved by putting the specimen into a heating jacket and quenching was performed by using a water jetspray. The results show that the austenite grain growth was obtained by modifying isothermal grain growth relation with respect to the inverse factor of cooling rate to the power of m. This modification model was irerated by using experimental data and results in an empirical model with the value very close to the experimental data, in which the austenite grain size inversely proportional to the cooling rate power m (1/Cr) and an additional content of B. It was also found that the cooling rate m was almost not affected by steel composition, which is around 12, whereas the constant of B increases from 3.0 x 10 to 8 x 10 with the increase of Nb, C, or N content in the steel. The model was evaluated by using the austenite grain growth calculation based on isothermal and addivity methods. This model results in the same value as the calculation model with the same constant. The austenite grain growth calculated by modified empirical model was found has small deviation compare to the experiments value (4-15%). Hence, the model is appropriates to be applied to predicts the non-isothermal austenite grain growth after deformation in hot rolling process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesiaa, 2010
D1168
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Setianto
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri baja saat ini maka manusia berusaha menemukan baja dengan ketangguhan yang tinggi. Salah satu dari metode yang digunakan untuk meningkatkan ketangguhan baja tersebut adalah pengerolan terkendali dengan mekanisme penguatannya adalah butir forit yang sangat halus. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan pengetulalian yang sangat ketal terhadap parameter pencanaian panas, antara lain temperalur, regangan, laju regangan dan waktu tahan. Parameter-parameter tersebut digunakan dalam persamaan matematis untuk menghitung kinetika kekristalisasi austenite dengan tujuan untuk mengoptimalkan proses.

Penelitian ini menggunakan material baja C-Mn dengan pencanaian panas pada temperature 1020 °C, dimana material sebelum dicanai diholding di dapur pada temperatur 1100 °C selama 1 jam. Reganga yang digunakan sebesar 0,3 dan O, 5 dengan waktu tahan masing-masing 2, 5, 10, dan 20 detik. Penelitian diarahkan untuk menunjukan l0,5 dan t0,95 serta konstanta A' dalam persamaan pertumbuhan butir yang merupakan fungsi waktu dan temperatur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, l0,5 dan t0,95 cenderung semakin kecil dengan menit waktu regangan yang diberikan. Semakin lama waktu tahan yang diberikan maka ukuran butir akhir (grain growth) semakin besar, dan semakin regangan ukuran butir semakin mengecil. Nilai konstanta A' yang diperoleh dalam penelitian sebesar 5,8x10 33 (untuk regangan 0,3) dan 1,4 x 10 33 dengan menggunakan Qgg sebesar 400 kJ/mol.
2001
S41489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
Abstrak :
Proses canai panas terdiri dari rangkaian proses, mulai dari pemanasan ulang, pengerolan, sampai pada pendinginan. Pengontrolan perubahan struktur mikro dan sifat mekanik sangat penting untuk menghasilkan proses dan sifat-sifat yang optimum. Pengontrolan tersebut akan efektif bila menggunakan suatu model terpadu yang mencakup semua aspek-aspek pada canai panas yaitu temperatur, sifat-sifat mekanik dan aspek metalurgi. Pengembangan model matematika dilakukan untuk memprediksi tahanan deformasi dan beban pengerolan selama proses canai panas satu tingkat dari suatu plat baja karbon rendah dengan menggunakan model fisik dan data-data eksperimen di laboratorium. Dalam penelitian ini diperoleh sebuah model yang dapat memprediksi tahanan deformasi dan beban pengerolan plat baja dengan kandungan 0.071% C selama proses pengerolan panas.
Hot rolling of steel consists of reheating furnace, rolling, scatting, and cooling. Micro structural changes and mechanical properties are very important to control during rolling to product an optimum process and properties condition. The controlling will be more effective if we used an overall model including temperature, mechanical properties and metallurgy aspect. A mathematical model has been developed to predict the resistance to deformation and rolling load during a single pass hot rolling of rolling load by using physical model and data from laboratory experiments. The modified models obtain in this present work hope that can be able to predict resistance to deformation and rolling load of wt-0.077 %C steel during hot rolling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machyudi
Abstrak :
Paduan kuningan C26000 merupakan paduan antara Cu-Zn dimana paduan ini dapat ditingkatkan sifat mekanisnya dengan perlakuan thermo-mekanis. Aplikasi dari paduan ini digunakan sebagai inti radiator, tangki, reflector, baut, obeng, kunci dan aplikasi arsitektural. Perlakuan thermo-mekanis adalah perlakuan yang mengkonvensikan deformasi plastis dengan proses thermal untuk mendapatkan struktur mikro tertentu dan untuk memperbaiki sifat-sifat yang tidak dapat dicapai secara sendiri-sendiri baik dengan deformasi maupun perlakuan panas. Proses perlakuan thermo-mekanis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah proses canai panas pada temperatur 700°C dan 800°C dengan persen reduksi yang tetap sebesar 75 % kemudian masing-masing temperatur dilakukan pendinginan dengan pendinginan udara dan air.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zainal Abidin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Prihandoko Y.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primanila Serny
Abstrak :
ABSTRAK
Baja karbon rendah adalah baja dengan elemen pembentuk uramanya Fe dan C di mana kandungan karbonnya tidak melebihi 0,05%. Karena Hu baja jenis ini memiliki keuletan yang tinggi. Pada aplikasinya baja karbon rendah banyak digunakan pada proses deep drawing untuk pembentukkan badan mobil. Salah satu masalah yang timbul adalah kekuaran mekanisnya kurang. Salah satu cara unruk meningkatkan kekuaran seperri yang diinginkan dcngan mendaparkan siruktur butir-butir ferit yang berukuran kecil melalui metode Thermo Mechanical Control Process (TMCP). Penelitian yang dilakukan yaitu proses canai panas baja karbon rendah pada temperatur austenit dengan menggunakan parameter perubahan deformasi (regangan) dan Iaju pendinginan. Pada penelitian ini diamati transformasi butir ausrenit menjadi butir ferit setelah proses canai panas dan hubungannya dengan fungsi regangan deformasi dan laju pendinginan. Benda uji yang dipakai berukuran 3.5 x 50 x 100 mm, dipanaskan sampai temperatur ± 1100°c dan dicanai pada temperatur ausrentsast 95 0-1000°C. Deformasi yang diberikan sebesar 0, 2; 0,3 dan 0.4 dan didinginan melalui media pendinginan air, oli juga di udara terbuka Setelah proses canai dilakukan analisa metalografi dengan menggunakan mikroskop optik dan metode planimetri untuk perhitungan ukuran butir austenit prior dan ferit. Kesimpulan yang didapat yaitu Iaju pendinginan yang cepat dan deformasi yang besar akan menghambat pertumbuhan butir ferit sehingga ukuran butir ferit Iebih kecil daripada pendinginan yang lambat dan deformasi yang kecil.
2000
S41626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Norman
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam mendapatkan sifat-sifat mekanis produk yang tinggi, proses canai panas terkontrol merupakan salah satu proses penting melalui pengamatan terhadap perubahan struktur selama proses. Parameter proses seperti temperatur, tegangan dan pendinginan ternyata menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam proses canai panas. Dari penelitian ini perubahan struktur diawali dengan fenomena pertumbuhan abnormal butir austenit dari proses canai panas Baja HSLA~Nb (0,03 %) selama pemanasan ulang pada temperatur 1080 °C dalam waktu terrentu, walaupun belum mencapai temperatur pengkasaran butir (grain coarsening temperature, Tc), H17 °C. Hasil pengamatan terhadap perubahan-struktur butir austenit dan ferit yang terjadi ?selama proses canai panas dan pendinginan, terjadi cukup signzfkan. Laju pendinginan dan deformasi yang Iebih tinggi menghasilkan bulir ferit yang kecil. Pada pendinginan ali (4156 °C) pada deformasi 0.6; didapat diameter butir ferit sebesar 7,9 pm. Proses nukleasi burir ferit sangat dipengaruhi oieh besar butir austenit, dan pada butir ausrenit yang tidak seragam akan dihasilkan butir ferit yang tidak seragam pula. Dari hasil rasio transformasi butir ausrenit terhadap butir ferit, terjadi peningkaian Iaju nukleasi nada bums butir rerdeformasi 0,30 sebesar 1,73 kali dibandingkan kondisi tanpa deformasi, dan sebesar 1,77 kali untuk deformasi 0,50 ketika didinginkan di udara. Butir austenit yang mengalami rekristalisasi menghasikan laju nukleasi lebih kecil, karena ukuran butir yang kecil.
2000
S41503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Prabowo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh deformasi dan temperatur deformasi terhadap besar butir ferit dan persentase fasa ferit pada Baja HSLA A572 Grade 50 hasil proses canai panas. Benda uji berupa baja paduan rendah kekuatan tinggi (HSLA) dengan kandungan 0.028% Nb, 0,0085%C dan sejumlah kecil paduan lainnya yang di reheating pada temperatur sekitar 1150°C kemudian dilakukan canai panas pada temperatur 850°C dan 950°C dengan besar reduksi 0,1; 0,2; 0,3 kemudian dilakukan pendinginan udara. Perhitungan besar butir menggunakan metode intercept (ASTM E112). Dari hasil penelitian didapat dengan bertambahnya deformasi maka besar butir ferit akan semakin mengecil dan semakin besar laju pendinginan maka persentase fasa ferit yang dihasilkan akan semakin kecil. ......The main purpose of this research is to study the effect of deformation and temperature deformation to the ferrite grain size and percentage of ferrite phase at HSLA A572 Grade 50 steel as a hot rolling process product. The specimen is High Strength Low Alloy Steel with 0,0285Nb, 0,0085%C content and other low alloy that reheated at 1150°C temperature and then hot rolled at 850°C and 950°C with deformation 0,1; 0,2 and 0,3 then air cooled. The measurement of ferrite grain use interceipt method (ASTM E112). The experiment results show that the increasing of percent deformation will cause a smaller ferrite grain size and the increasing cooling rate will cause smaller percentage of ferrite phase.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52030
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library