Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Potongan daun teh (Camellia sinensis kion TRI 2025) dengan rata-rata berat basah 31,25 mg dan berat kenny 6,52 my ditanam secara aseptis dalam tiga macam media (P1, dan P). Media P 1 dan P2 masing-masing mengandung 0,5 MS serta 1 MS makro dan mikro ditambah vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS (1962). Medium P 3 adalah medium MS (1962) modifikasi. Eksplan disubkultur setiap bulan setelah berumur 2 bulan. Pengamatan dilakukan terhadap waktu inisiasi, warna, dan jenis kalus serta berat basah dan berat kenny kalus pada minggu ke-8, ke-12, dan ke-16. Inisiasi kalus mulai tampak pada minggu ke-3 setelah penanaman dalam media P 1 dan P2 serta minggu ke-4 dalam P3, dengan warna kalus putih dan jenis kompak. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-8 dalam media P 1 , P2 , dan P_. berturut-turut 162,77; 147,19; dan 116,92 my. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-12 dalam ketiga media tersebut berturut-turut 736,04; 568,16; dan 822,78 my. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-16 dalam ketiga media itu berturut-turut 1.741,7; 1.368,15; dan 1.089,37 my. E4erat kenny rata-ratanya pada minggu ke-8 adalah 27,54; 28,03; 21,70 my. Berat kenny rata-ratanya pada minggu ke-12 adalah 81,45; 72,60; dan 85,22 my. Pada minygu ke-16 berat keningnya 367,61; 191,59; dan 136,36 my. U j i ANAVA menuniukkan bahwa tidak ada perbedaan pnoduksi kalus dalam ketiga media pada minggu ke-8 dan ke-12. U j i Tukey dengan = 0,01 dan 0,05 menuniukkan bahwa pada minggu ke-16, penggunaan 0,5 kadar unsur makro dan mikro dengan diimbangi vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS (1962) sangat meningkatkan produksi kalus, dibandingkan penggunaan 1 MS dengan kadar vitamin B dan glisin sama dengan pada MS (1962). Kenaikan kadar vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS semula, dengan penggunaan unsur makro dan mikro yang sama (1 MS) tidak meningkatkan produksi kalus. Demikian pula pada kenaikan kadar unsur rnakro dan mikro dari 0,5 ke I. MS dengan kadar vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS semula.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Endang Setionowaty
Abstrak :
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa daun teh hijau (Camellia sinensis) berpotensi memiliki aktivitas anti bakteri, Staphylococcus aureus dan staphylococcus epidermidis sedangkan pada Propionibacterium acne tidak ada potensi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol 70% teh hijau (Camellia sinensis) yang mempunyai aktivitas antibakteri stabil dan aman. Metode yang digunakan adalah Metode difusi cakram (Kirby-Bauer) ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya. Uji stabilitas fisik terhadap sediaan gel dilakukan selama 12 minggu pada suhu yang berbeda dan uji keamanan kepada sukarelawan digunakan metode single aplication closed patch epicutaneus test under occlusion. Hasil uji aktivitas anti bakteri menunjukkan adanya zona hambat pada Staphylococcus aureus dengan ketiga konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, hasilnya (11mm,16mm,13mm), dan Stapylococcus epidermidis (2,5%, 5%, 10%) hasilnya (7mm,11mm,12 mm) sedangkan pada P.acne tidak ada. Hasil uji stabilitas fisik 12 minggu menunjukkan ketiga konsentrasi sediaan gel adalah stabil dan hasil uji keamanan memperlihatkan tidak ada iritasi yang diamati selama uji keamanan pada penggunaan secara topikal. ......Previous studies reported that green tea leaf (Camellia sinensis) was a potential anti bacteria againts Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. The aim of the study was to formulate gel containing 70% ethanol extract of green tea leaf (Camellia sinensis) that have anti bacteria activity which physically stable and safe. The method we used is disk diffusion (Kirby-Bauer) determined by diameter of inhibition zone. The bigger diameter shows the more growth inhibition. Physical stability test was done against gel formulation during 12 weeks at different temperatures and safety test against volunteer was done using method of single aplication closed patch epicutaneus test under occlusion. Result of bacteria activity test showed that there were inhibition zone on Staphylococcus aureus. Three concentrations of 2,5%, 5%, 10% resulting inhibition diameter of 11 mm,16 mm and 13 mm respectively, and Staphylococcus epidermidis resulting 2,5%, 5% and 10% inhibition diameter of 7 mm,11 mm and 12 mm. On P.acne did not show any activity. Results of the physical stability tests during 12 weeks showed that the three concentration of gel formulations were stable and no iritation showed during safety test on topical use.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliza Ekayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penanganan untuk diabetes mellitus tipe 2 berfokus pada hormon inkretin. Glucagon Like Peptide-1 GLP-1 dan Glucose Dependent Insulintropic Polypeptide GIP merupakan hormon inkretin utama yang disekresikan di usus. Namun, GLP-1 memiliki waktu paruh yang singkat untuk mempertahankan bentuk aktifnya diperlukan penghambatan enzim Dipeptidyl peptidase IV DPP-IV . Berdasarkan tingginya kandungan polifenol daun teh putih Camellia sinensis L. O. Kuntze DTP dibandingkan jenis teh lain dan aktivitas penghambatannya terhadap enzim DPP-IV pada ekstrak DTP, maka dilakukan pengujian aktivitas penghambatan fraksi ekstrak etanol DTP menggunakan serum darah tikus secara ex vivo, karakterisasi dan pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa darah fraksi teraktif pada tikus jantan putih galur Sprague-Dawley SD yang diinduksi dengan nikotinamida dan streptozotosin. Fraksi metanol merupakan fraksi teraktif dengan nilai IC50 227 g/mL dan telah diidentifikasi terdapat senyawa golongan flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Kadar senyawa polifenol, flavonoid dan tanin pada fraksi metanol dihasilkan masing-masing adalah 23,03 ; 0,2 dan 0,6 . Fraksi metanol pada dosis 120 mg/Kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa pada hari ke-14 108,67 mg/dL yang secara klinis berbeda dengan kelompok kontrol negatif 335,67 mg/dL , tetapi penurunan ini secara statistik tidak berbeda bermakna.
ABSTRACT
Treatment for type 2 diabetes mellitus focuses on the incretin hormone. Glucagon Like Peptide 1 GLP 1 and Glucose Dependent Insulintropic Polypeptide GIP is the main incretin hormone secreted in the intestine. However, GLP 1 has a short half life. Inhibition of the enzyme Dipeptidyl peptidase IV DPP IV required maintaining the active form of GLP 1. Based on the highest polyphenol compound of white tea leaves extract WTE Camellia sinensis L. O. Kuntze and previous study on highest activity of DPP IV enzyme inhibition on WTE, this study was done on fraction of WTE using rat blood serum ex vivo , characterization and blood glucose activity in Sprague Dawley SD white rats induced with nicotinamide and streptozotocin from its active fraction. The methanol fraction is the most active fraction with IC50 value at 227 g mL. Flavonoid, alkaloid, tannin and saponin has been identified on its fraction with the levels of polyphenol, flavonoid and tannin compounds were 23.03 0.2 and 0.6 . The methanol fraction at 120 mg Kg BW may decrease fasting blood glucose levels on day 14 108.67 mg dL which is clinically different from the negative control group 335.67 mg dL , but statistically not significant.
2017
T48720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Ardiana Kartika Nugraheni
Abstrak :
ABSTRAK Diabetes mellitus DM adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama dan prevalensinya akhir-akhir ini meningkat secara dramatis. Teh putih merupakan jenis teh yang diharapkan dapat dijadikan alternatif penanganan diabetes mellitus karena penggunaan obat antidiabetes oral sintetik sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala terkait dengan efek samping yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui LD50 dan tingkat keamanan ekstrak daun teh putih, serta pengaruhnya terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus. Uji toksisitas akut dilakukan pada mencit jantan dan betina galur DDY dengan dosis 1,25; 2,5; 5; dan 10 g/kg bb yang diberikan dalam dosis tunggal. Uji aktivitas antidiabetes dilakukan pada tikus Sprague Dawley jantan diabetes yang diinduksi streptozotocin-nikotinamid, melalui pemberian ekstrak daun teh putih dosis 50, 100 dan 200 mg/kg bb yang diberikan selama 14 hari. Hasil perhitungan diperoleh LD50 pada mencit jantan adalah 4,58 g/kg bb dan 2,73 g/kg bb untuk mencit betina. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun teh putih selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif P.
ABSTRACT Diabetes mellitus DM is a major public health problem and its incidence has increased dramatically. White tea is a type of tea is expected to be used as an alternative in treatment of diabetes mellitus because of side effect of oral synthetic antidiabetic drugs. This study aims to determine LD50 and the level of safety of white tea leaf extract, and its effect on reducing blood glucose levels in diabetic rats. The acute oral toxicity study performed at dose 1,25 2,5 5 and 10 g kg bw of male and female DDY mice in single dose administration. Antidiabetic activity study of white tea extract was performed on diabetic Sprague Dawley male rats induced streptozotocin nicotinamide, at dose 50, 100 and 200 mg kg BW for 14 days. This studies showed that the oral LD50 of white tea extract is 4.58 g kg bw in male mice and 2.73 g kg bw for female mice. The administration of white tea leaves extracts for 14 days showed decreased blood glucose level significantly compared to negative control group P
2017
T49674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanetha Inees Merdekawati
Abstrak :
Daun teh hijau Camellia sinensis L. Kuntze merupakan salah satu bahan alam yang mudah ditemukan dan memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. EGCG epigalokatekingalat merupakan senyawa dengan kandungan terbesar dari daun teh hijau yang memiliki aktifitas antioksidan yang sangat poten untuk tubuh, namun memiliki kemampuan penetrasi ke dalam kulit yang rendah karena sifatnya yang sangat hidrofilik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penetrasi EGCG dalam ekstrak daun teh hijau dengan memformulasikannya kedalam sebuah sistem pembawa obat etosom yang selanjutnya dimasukkan kedalam formulasi sediaan krim. Etosom di formulasikan dengan konsentrasi etanol yang berbeda yaitu dengan kadar 25 F1 ; 30 F2 ; dan 35 F3 . Selanjutnya, formula etosom dengan karakterisasi terbaik diformulasikan ke dalam sediaan krim. Krim ekstrak daun teh hijau tanpa etosom dibuat sebagai kontrol. Setelah itu, dilakukan uji penetrasi krim etosom dan krim ekstrak tanpa etosom menggunakan sel difusi Franz untuk melihat profil penetrasi dari sediaan tersebut. Berdasarkan hasil karakterisasi yang didapatkan, F3 memiliki karakteristik terbaik dengan morfologi yang sferis, nilai Z-Average 73,01 nm; indeks polidispersitas 0,255; potensial zeta -47,77 3,93 mV, dan efisiensi penjerapan obat yang paling tinggi 49,46 0,62 . Krim etosom yang dihasilkan memiliki jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi sebesar 905,75 49,47 g/cm2 dan fluks pada fase 1 0 ndash; 10 jam sebesar 25,22 12,68 g.cm-2/jam serta pada fase 2 10 ndash; 24 jam sebesar 40,96 5,56 g.cm-2/jam sedangkan krim ekstrak tanpa etosom memiliki jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi sebesar 413,92 52,83 g/cm2 dan fluks pada fase 1 0 ndash; 12 jam sebesar 19,05 1,57 g.cm-2/jam serta pada fase 2 12 ndash; 24 jam sebesar 12,66 1,45 g.cm-2/jam. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim etosom mempunyai penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan krim ekstrak biasa dan etosom dapat meningkatkan kemampuan penetrasi EGCG dalam ekstrak daun teh hijau. ......Green tea leaves Camellia sinensis L. Kuntze is one of the natural ingredients that are easy to find and have many benefits for health. EGCG epigallocathechin gallat is the largest content of green tea leaves that have a potent antioxidant activity for the body, but has a low penetration capability in the skin due to its very hydrophilic characteristic. This study aimed to increase the skin penetration of EGCG in greentea leaves extract by incorporate it into ethosomal system as vehicle and generally applied into cream preparations. Ethosomes were formulated with different ethanol concentration that are 25 F1 30 F2 And 35 F3 . After that, ethosom with the best characteristic is formulated into cream preparations. Extract cream non ethosom was made as control. Thereafter, penetration test was performed using Franz diffusion cells to see the penetration profile of ethosomal cream and extract cream non ethosom. Based on the result, F3 had the best characteristic with spherical morphology, Z Average value at 73.01 nm polydispersity index at 0,255 zeta potential at 47.77 3.93 mV, and the highest percentage of drug entrapped efficiency 49.46 0.62 . Total cumulative amount of EGCG penetrated from ethosomal cream was 905.75 49.47 g cm2 with flux value on 1st phase 0 10 hours was 25,22 12,68 g.cm 2 hour and 2nd phase 10 24 hours was 40,96 5,56 g.cm 2 hours while total cumulative amount of EGCG penetrated from extract cream was 413.92 52,83 g cm2 with flux value on 1st phase 0 12 hours was 19,05 1,57 g.cm 2 hour and 2nd phase 12 24 hours was 12,66 1,45 g.cm 2 hours. Based on these result, can be concluded that the ethosomal cream had better penetration compared with the extract cream and ethosomal system could increase the skin penetration capability of EGCG in greentea leaf extract.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Desviyanti Ardi
Abstrak :
Transetosom merupakan salah satu sistem vesikular lipid yang dapat memudahkan penetrasi obat melalui kulit. Penggunaan transetosom dapat diformulakan untuk menjerap zat aktif kimia maupun herbal, salah satunya yaitu katekin pada ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis L. Kuntze . Pada penelitian ini, epigalokatekin galat EGCG digunakan sebagai penanda analisis karena merupakan komponen utama dari katekin yang memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi serta diketahui memiliki penetrasi dan absorbsi yang rendah melalui kulit. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan formula krim transetosom yang mampu meningkatkan penetrasi zat aktif dari ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. Pada pembuatan transetosom, digunakan metode hidrasi lapis tipis dalam tiga formula dengan variasi konsentrasi Span 80 dan etanol yang digunakan. Transetosom selajutnya dikarakterisasi morfologinya menggunakan Transmission Electron Microscopy TEM , ukuran partikel, indeks polidispersitas dan potensial zeta menggunakan Particle Size Analizer PSA , dan dilakukan pengujian efisiensi penjerapan. Hasil menunjukkan transetosom F2 yang mengandung ekstrak daun teh hijau setara 3 EGCG, Lipoid P30 4 , Span 80 0,75 dan etanol 95 30 memiliki karakteristik terbaik yaitu berbentuk sferis, ukuran partikel 35,35 nm, indeks polidispersitas 0,319, potensial zeta -29,97 3,05 dan efisiensi penjerapan 45,26 8,15 . Uji penetrasi sediaan secara in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus betina galur Sprague Dawley sebagai membran. Krim transetosom memiliki fluks sebesar 60,56 4,52 g.cm-2.jam-1 pada fase 1 dan 23,13 1,38 g.cm-2.jam-1 pada fase 2. Krim non transetosom memiliki laju penetrasi sebesar 25,69 0,83 g.cm-2.jam-1 pada fase 1 dan 7,36 1,59 g.cm-2.jam-1 pada fase 2. Kesimpulan dari penelitian ini adalah transetosom dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. ......Transethosome is a lipid vesicle system that can enhance drug rsquo s penetration through the skin. Transethosome can be used to entrap the chemical compound or natural ingredients, one of the natural ingredients is catechin from green tea leaves extract Camellia sinensis L. Kuntze . In this study, epigallocatechin gallate EGCG used as a marker analysis because EGCG is one of the most dominant catechin compounds that has potent antioxidant activity and also has a weak penetration and absorption through the skin. The aim of this study were to formulate transethosome cream that can increase the penetration of green tea leaves extract through the skin. Transethosome were made by using thin layer hydration method in three formulation with variation concentration of Span 80 and ethanol. Transethosome characterized by morphology using Transmission Electron Microscopy TEM , particle size, polidispersity index and zeta potential by Particle Size Analizer PSA , and entrapment efficiency. The result showed transethosome F2 that contains green tea extract equal to 3 of EGCG, Lipoid P30 4 , Span 80 0,75 and ethanol 95 30 had the best characteristic, which had a spherical shape, particle size 35,35 nm, polidispersity index 0,319, zeta potential 29,97 3,05 mV and entrapment efficiency 45,26 8,15 . Penetration test of creams performed using in vitro Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats as a membrane. Transethosome cream had a flux of 60,56 4,52 g.cm 2.hour 1 at the first phase and 23,13 1,38 g.cm 2.hour 1 at the second phase. Non transethosome cream had a flux of 25,69 0,83 g.cm 2.hour 1 at the first phase and 7,36 1,59 g.cm 2.hour 1 at the second phase. The conclusion is transethosome can increase green tea leaves extract penetration through the skin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Harme
Abstrak :
Transfersom telah banyak digunakan untuk meningkatkan penetrasi obat terutama yang berasal dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang berkhasiat bagi kesehatan dan kosmetik adalah ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis L. Kuntze yang mengandung katekin sebagai senyawa antioksidan yang kuat. Epigalokatekin galat EGCG sebagai salah satu senyawa katekin paling dominan digunakan sebagai penanda analisis. Namun, EGCG memiliki berat molekul yang besar dan bersifat hidrofilik sehingga sulit untuk berpenetrasi melewati kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan krim transfersom dengan karakteristik yang baik sehingga dapat meningkatkan penetrasi EGCG melalui kulit. Transfersom diformulasikan dengan varian konsentrasi dari fosfolipid dan surfaktan. Perbandingan antara fosfolipid dan surfaktan yang digunakan yaitu 95 :5 F1 ; 90 :10 F2 ; dan 85 :15 F3 , sementara konsentrasi EGCG yang digunakan tetap yaitu 3. Pembuatan transfersom dilakukan dengan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Karakterisasi transfersom meliputi morfologi bentuk vesikel menggunakan Transmission Electron Microscopy TEM, distribusi ukuran partikel, indeks polidispersitas dan potensial zeta menggunakan Particle Size Analyzer PSA, dan efisiensi penjerapan. Hasil menunjukkan bahwa F1 merupakan formula terbaik karena memiliki bentuk yang sferis, ukuran partikel 80,6 nm, indeks polidispersitas 0,214, potensial zeta -41,1 7,06 mV, dan efisiensi penjerapan 49,36 4,03. Selanjutnya, transfersom F1 diformulasikan ke dalam sediaan krim dan dibuat krim tanpa transfersom sebagai kontrol. Kedua sediaan dievaluasi dan dilakukan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz pada kulit tikus galur Sprague Dawley. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif EGCG yang terpenetrasi pada krim transfersom sebesar 1003,61 157,93 ?g/cm2 dengan fluks fase 1 sebesar 48,57 12,65 ?g/cm2.jam dan fase 2 sebesar 27,76 1,87 ?g/cm2.jam sedangkan jumlah kumulatif EGCG pada krim non transfersom yaitu sebesar 400,09 47,53 ?g/cm2 dengan fluks fase 1 sebesar 22,89 1,76 ?g/cm2.jam dan fluks fase 2 sebesar 8,37 0,78 ?g/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim transfersom ekstrak daun teh hijau dapat meningkatkan penetrasi EGCG ke dalam kulit. ......Transfersome has been widely used to increase the penetration of drugs derived from natural ingredients. One of the natural ingredients for health and cosmetics is green tea leaves extract Camellia sinesis L Kuntze that contained catechin as a potential antioxidant. Epigallocatechin gallate EGCG as one of the most dominant catechin compounds used as a marker analysis. However, EGCG has a large molecular weight and hydrophilicity so that it is difficult to penetrate through the skin. The aims of this study was to produce transfersomal cream with good characteristics that increases penetration through the skin. In this research, transfersome were formulated with different concentrations of phospholipid and surfactant. The concentration used between phospholipid and surfactant were 95 5 F1 90 10 F2 dan 85 15 F3, while the EGCG concentration used was constant at 3. The Transfersome were made by thin layer hydration method. Transfersome characterized by morphology using Transmission Electron Microscopy TEM, particle size, polidispersity index and zeta potential using Particle Size Analyzer PSA, and entrapment efficiency. The result showed that F1 had the best formula with spherical shape, particle size 80.6 nm, polidispersity index 0.214, zeta potential 41.1 7.06 mV, and entrapment efficiency 49.36 4.03 . Furthermore, transfersome were formulated into a cream and a cream without transfersome as a control. Both creams were evaluated and in vitro penetration tested using Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats. Total cumulative amount of penetrated EGCG from transfersom cream was 1003.61 157.93 g cm2 and fluxs at the first phase was 48,57 12,65 g cm2.hour and at the second phase was 27,76 1,87 g cm2.hour. Total cumulative amount of penetrated EGCG from non transfersom cream was 22,89 1,76 g cm2 and fluxs at the first phase was 16.84 1.79 g cm2.hour and at the second phase was 8,37 0,78 g cm2.hour. Based on these result it can be concluded that transfersome green tea leaves extract cream can increase penetration EGCG through the skin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Ramadhanty Valensya Sherman
Abstrak :
ABSTRAK
Epigalokatekin galat EGCG dapat menghambat absorpsi glukosa ke dalam darah dengan cara menghambat enzim ? ? ? ? ? ? ? ? -glukosidase yang terdapat di usus halus. EGCG diketahui tidak stabil dalam cairan lambung karena dapat terdegradasi. Formulasi EGCG ke dalam sediaan enterik diharapkan dapat mencegah degradasi EGCG dalam cairan lambung sehingga meningkatkan aktivitasnya sebagai inhibitor enzim ? ? ? ? ? ? ? ? -glukosidase. Granul dibuat dengan metode granulasi basah dan diformulasikan menjadi 3 formula dengan menggunakan polimer PVP-Eudragit L100-55 = 5:1 F1, PVP-Eudragit L100-55 = 1:1 F2, dan Eudragit L100-55 F3 masing-masing sebesar 30 b/b sebagai matriks. Selanjutnya sediaan dievaluasi yakni uji organoleptis, sifat alir, distribusi ukuran partikel, kandungan zat aktif, dan uji disolusi pada pH 1,2 dan 6,8. Hasil uji organoleptis granul berupa padatan besar tunggal yang merata berwarna oranye kecoklatan, beraroma teh hijau dengan rasa sedikit pahit. Ketiga formula memiliki sifat alir yang baik berdasarkan uji laju alir, sudut istirahat, indeks kompresibilitas dan rasio Hausner. Distribusi ukuran terbanyak pada ketiga formula terletak antara 710 ndash; 1180 m. Kandungan EGCG dalam ketiga formula secara berturut-turut sebesar 24,05 0,15 ; 24,78 0,14 dan 24,96 0,28. Hasil uji disolusi menunjukkan F1 dan F2 melepaskan EGCG sebesar 50,53 0,04 dan 17,80 0,55 dalam medium HCl pH 1,2 setelah 2 jam pengujian. Jumlah kumulatif pelepasan obat pada F1 dan F2 setelah pengujian dalam medium HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8 masing-masing sebesar 94,40 1,58 dan 93,70 1,08. Formula 3 dengan 30 b/b Eudragit L100-55 merupakan formula terbaik karena dapat menahan pelepasan obat dalam medium HCl pH 1,2 selama 2 jam kurang dari 10, yakni 7,03 0,22 dan memiliki jumlah kumulatif pelepasan obat dalam medium HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8 > 80, yakni 86,13 0,20.
ABSTRACT
Epigallocatechin gallate EGCG can inhibit the absorption of glucose into the blood by the mechanism of inhibiting an glucosidase enzyme found in the small intestine. EGCG is unstable in gastric fluid because it can be degraded. EGCG formulation into the enteric preparations is expected to prevent the degradation of EGCG in gastric fluid thus increasing activity as an glucosidase inhibitor. Granules were prepared by wet granulation method and formulated into 3 formulas using PVP Eudragit L100 55 5 1 F1 , PVP Eudragit L100 55 1 1 F2, and Eudragit L100 55 F3 respectively 30 w w as a matrix. Furthermore, the granules were evaluated i.e organoleptic test, flow properties, particle size distribution, EGCG levels, and dissolution test at pH 1.2 and 6.8. The results of an organoleptic test of granules in the form of a single large solid that is evenly brownish orange with the scent of green tea and a bit bitter. All three formulas have a good flow properties and the particle size distribution lies between 710 1180 m. EGCG levels in the three formulas are 24,05 0,15 24,78 0,14 and 24,96 0,28. The dissolution test showed that F1 and F2 releases EGCG of 50.53 0.04 and 17.80 0.55 respectively after 2 hours of testing in HCl medium pH 1.2. The cumulative amount of drug release on F1 and F2 after 2 hours of testing in HCl pH 1.2 and 1 hour of testing in phosphate buffer pH 6.8 were 94.40 1.58 and 93.70 1.08. Granules with 30 w w Eudragit L100 55 as a matrix F3 is the best formula because it can withstand drug release less than 10 i.e 7.03 0.22 at HCl medium pH 1.2 for 2 hours and has a cumulative amount of drug release in HCl medium pH 1.2 and phosphate buffer pH 6.8 80, i.e 86.13 0.20.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisita Dyah Nareswari
Abstrak :
Prevalensi hiperurisemia di seluruh dunia telah meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Kondisi ini memiliki hubungan yang erat dalam patogenesis dan perkembangan CKD. Alopurinol merupakan obat lini utama yang terbukti efektif dan aman dalam menurunkan kadar asam urat. Namun, sekitar 2% pasien yang mengonsumsi alopurinol menderita hipersensitivitas parah yang dapat meningkatkan risiko kematian hingga 20%. Oleh karena itu, dibutuhkan obat alternatif dalam penurunan asam urat yang ditujukan untuk pasienpasien tersebut. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu produk herbal yang terbukti memiliki berbagai manfaat kesehatan. Beberapa studi telah melakukan penelitian mengenai teh hitam serta teh hijau terhadap asam urat dan ginjal. Studi literatur ini bertujuan untuk meninjau temuan-temuan mengenai efek teh hitam dan teh hijau serta menganalisa hubungannya terhadap penurunan asam urat dan perbaikan kerusakan ginjal. Pencarian literatur untuk penelitian ini dilakukan melalui electronic database seperti Google Scholar, ScienceDirect, Scopus, dan Nature dengan memasukkan kata kunci hiperurisemia, uric acid, CKD, kidney damage, Camellia sinensis, black tea, green tea, EGCG, dan teaflavin. Jurnal selain bahasa Indonesia dan bahasa inggris tidak diikutsertakan dalam pembuatan studi literatur ini. Hasil uji in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa kedua jenis teh ini dapat menurunkan kadar asam urat dan memperbaiki kerusakan ginjal. Namun uji klinis tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara teh hitam dan teh hijau dengan penurunan asam urat.
The prevalence of hyperuricemia worldwide has been increasing significantly over the years. This condition is closely associated with the pathogenesis of CKD. Allopurinol is the firstline drug that has been proven effective and safe in reducing uric acid levels. However, about 2% of the patients who consumed allopurinol suffer from severe hypersensitivity which can increase the risk of mortality by up to 20%. Therefore, alternative medicines in lowering uric acid levels are needed for these patients. Tea (Camellia sinensis) is one of the herbal products proven to have various health benefits. Several studies have conducted research on black tea and green tea on uric acid levels and kidney. This literature study aims to assess findings regarding the effects of black tea and green tea as well as analyze its association in the reduction of uric acid levels and repairing kidney damage. Literature for this study is conducted through electronic database Google Scholar, ScienceDirect, Scopus, and Nature by entering the keywords hyperuricemia, uric acid, CKD, kidney damage, Camellia sinensis, black tea, green tea, EGCG, and theaflavin. Journals other than Indonesian and English were not included in the making of this study. The results of in vitro and in vivo studies show that both of these teas can reduce uric acid levels and repair kidney damage. However, clinical studies do not show a significant relationship between black tea and green tea in reducing uric acid levels.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianja, Rindo Widia
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27847
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>