Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Eliza Stephanie
Abstrak :
Teknis material ekspos merupakan cara pengggunaan material secara jujur, tanpa tempelan material lainnya, dibiarkan apa adanya tanpa tertutupi. Teknik material ekspos ini menghadirkan kejujuran pada setiap jenis materialnya. Pengaplikasian dengan cara mengekspos ini salah satunya bisa dilihat dalam perancangan ruang interior. Penggunaan material ekspos dapat menghadirkan estetika yang khas pada desain ruang interior. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara material ekspos dengan ruang dalam. Secara khusus skripsi ini akan membahas secara teknis maupun estetika material ekspos dalam perancangan ruang interior, dan aspek sensorik yang dihadirkan oleh material ekspos tersebut. Studi kasus disini akan menganalisis cafe-cafe yang menggunakan material ekspos.
Exposing material is using material with honest way, without the patch of other material, is left as it is without covered. Exposed materials bring honesty in every kind of materials. The application by exposing this material can be seen in the design of interior spaces. The use of material exposed can present unique aesthetic to the design of interior spaces. This thesis aims to examine the relationship between exposing to the material in the chamber. In particular, this paper will discuss the technical and aesthetic material exposed in the design of the interior space, and sensory aspects presented by the expose material. The case study here will analyze the cafes that use material exposed.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Azhari
Abstrak :
Di dunia modern saat ini, work from cafe menjadi cukup populer di kalangan para pekerja. Hal ini dikarenakan para pekerja cenderung membutuhkan ruang kerja dengan suasana baru yang mampu mengurangi rasa jenuh dan stres ketika bekerja di kantor. Dengan adanya perkembangan teknologi, para pekerja kini dapat melakukan pekerjaannya dimana saja. Cafe merupakan salah satu destinasi yang seringkali dikunjungi oleh para pekerja khususnya pekerja remote working. Fenomena ini membuat cafe tidak hanya menjadi tempat untuk makan dan minum, melainkan juga menjadi tempat bagi para pengunjung untuk melakukan pekerjaan dan pertemuan secara online (Oldenburg, 1989). Biophilic design hadir sebagai salah satu strategi pendekatan alam yang seringkali diterapkan pada suatu cafe. Cafe yang menerapkan biophilic design tentunya menawarkan kenyamanan visual yang diperlukan oleh para pekerja, terutama bagi para pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan alam. Kenyamanan visual pada ruang kerja di cafe dapat dihadirkan dengan penerapan elemen-elemen biophilic pada elemen pembentuk ruang cafe, baik secara langsung maupun tidak langsung. Variasi kualitas visual yang dihadirkan melalui penerapan elemen-elemen biophilic tersebut tentunya dapat berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas, suasana hati, dan stres dari pengguna ruang yang melakukan kegiatan bekerja di cafe. ......In today's modern world, work from cafes is becoming quite popular among workers. This is because some workers need a workspace with a new atmosphere that can reduce their boredom and stress while working at the office. With the development of technology, workers can now do their work anywhere outside the office. Cafe is one of the destinations that is often visited by the workers, especially for the remote working workers. This phenomenon makes the cafe not only a place to eat and drink, but also a place for the visitors to do their work and online meetings (Oldenburg, 1989). Biophilic design is one of the natural approach strategies that are often applied to a cafe. Cafe with a biophilic design concept certainly offers some visual comforts that are needed by the workers, especially for workers who do not have a direct contact with nature at the office. Visual comfort can be presented by applying some biophilic elements to the space-forming elements of a cafe, either directly or indirectly. The variety of visual quality presented through the application of these biophilic elements can certainly have a significant effect on the productivity, mood, and stress of the space users who work in cafes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya
Abstrak :
Atmosfer ruang merupakan kualitas yang dirasakan manusia melalui sensorisnya ketika ia hadir dalam suatu tempat. Proses penerimaan atmosfer ruang dapat berpengaruh terhadap keadaan fisik, psikologis, dan emosional seseorang hingga mempengaruhi proses kognitif. Disamping itu, ruang kerja kreatif merupakan kondisi ruang yang mampu mewadahi kegiatan bekerja dan mendorong pekerja untuk berpikir kreatif. Ruang kerja kreatif dapat hadir dimanapun saat seseorang merasa terstimulasi untuk melakukan kegiatan tersebut. Naskah ringkas ini akan membahas terciptanya ruang kerja kreatif pada cafe yang merupakan bagian dari maraknya fenomena work from cafe. Penulis akan menjelaskan bagaimana elemen ruang pada cafe membentuk atmosfer yang menstimulasi kreativitas pekerja. Studi kasus dan wawancara dilakukan dalam membedah atmosfer ruang cafe dan apa yang menjadikan ruang cafe memenuhi kualitas dalam mendukung kerja kreatif. Pada akhirnya, diharapkan penulisan skripsi ini dapat memperjelas kualitas ruang ideal yang dapat menstimulasi creative thinking dalam proses bekerja seseorang. ......The atmosphere of space is a quality that can be felt through human senses when they are present in a place. The receiving process of the atmosphere can affect a person's physical, psychological, and emotional state, then affect their cognitive. In addition, a creative workspace is a space condition that can accommodate working activities and encourage workers to think creatively. Creative workspaces can be present anywhere when someone feels stimulated to carry out these activities. This thesis will discuss the presence of creative workspaces in cafes which are part of the work from cafe phenomenon. The author will explain how the space elements create an atmosphere that stimulates creativity. Case studies and interviews were conducted to identify the cafe atmosphere and what makes the atmosphere quality of the cafe support creative work. Hopefully, the writing of this thesis can clarify the ideal quality of space that can stimulate creative thinking in a working process
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyada
Abstrak :
Kopi merupakan salah satu minuman yang telah dikenal secara mendunia termasuk di Korea Selatan. Rutinitas minum kopi masyarakat Korea Selatan sudah membentuk sebuah kebiasaan yang kemudian menjadi sebuah budaya minum kopi di Korea Selatan. Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kebiasaan yang berbeda apabila mengaitkan budaya minum kopi dengan diferensiasi gender. Perbedaan kebiasaan tersebut akankah tetap berbeda, apabila individu Korea berada di luar Korea Selatan, seperti mahasiswa Korea di Universitas Indonesia.  Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas diferensiasi gender pada budaya minum kopi ditinjau dari studi habitus dan lingkungan. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan meggunakan tinjauan pustaka dari buku, jurnal, situs internet, pengambilan data berupa kuesioner , dan melakukan wawancara kepada  mahasiswa Korea di Universitas Indonesia sebagai sample dari individu Korea yang berada di luar Korea Selatan. Hasil penilitan ini menunjukkan gender dapat mempengaruhi kebiasaan seseorang dalam menjalani budaya minum kopi, khususnya saat berada di Korea Selatan. Akan tetapi, saat individu tersebut berada di luar Korea, kebiasaan yang dilakukan akan menyesuaikan dengan lingkungan baru yang ada. Coffee is one of the famous drinks that have been known worldwide, incluiding South Korea. Coffee drinking routine by South Korean people become a habit and later formed a coffee culture in South Korea. Both men and women have different habits when connecting coffee culture with gender differentiation. The difference in coffee drinking habits will remain the same or not, if  South Korean people live outside South Korea, such as Korean Scholars in University of Indoneisa. Therefore, the author is interested in how gender differentiation in coffee culture by point of view from habitus and field theory concept by Pierre Boudieu. The author uses qualitative methods by using books, journals, internet sites, giving a questioner, and interview a Korean Scholar in University of Indonesia for data collection. Korean Scholar in University of Indonesia will become author sample, as Korean people who live outside South Korea. The result of this paper shows that gender differentiation can affect a person when doing a coffee culture, especially in South Korea. However, when a South Korean people lives outside their country like in Indonesia, their habit will adapt to the new environment.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ah. Zainul Milal
Abstrak :
Proses-proses politik di parlemen sangat diwarnai perilaku-perilaku anggotanya dalam mendistribusikan kekuasaan dan pencarian dukungan untuk legitimasi. Melalui perubahan konstitusi dan pembentukan berbagai perundang-undangan, sistem politik dinegosiasikan dengan proses-proses politik seluruh elemen bangsa terutama para anggota parlemen. Bagaimana suatu proses-proses politik di parlemen berlangsung, bagaimana strategi-strategi parlemen memperoleh kembali legitimasi dan bagaimana pula perilaku mereka mempergunakan dan memproduksi kekuasaan. Sehingga pada gilirannya, bagaimana jejaring patron-klien memproduksi kekuasaan dan siapa yang sebenarnya memainkan kekuasaan di pentas perpolitikan Indonesia. Dengan demikian, budaya politik parlemen merupakan konstruksi budaya yang dihasilkan dari proses timbal balik antara struktur (sistem dan budaya lama) dengan kesadaran subyektif (upaya-upaya perubahan dan perilaku anggota parlemen). Untuk menemukan konstruksi budaya politik tersebut, penelitian ini meletakkan antropologi politik sebagai sebuah pendekatan kualitatif, khususnya pirantinya mengenai pendekatan dinamik yang mempertimbangkan historical time. Pendekatan ini melihat dinamika proses-proses politik sehingga memungkinkan untuk mengoptik perilaku dan aktivitas politik, bahkan masuk ke ruang-ruang `eksotik' kekuasaan yang tersembunyi. Untuk kepentingan analisa, penelitian ini meminjam perangkat hermeneutika sosial yang diperkenalkan Littlejohn, pendekatan "praksis" yang diperkenalkan Boudieu dan "wacana" yang diperkenalkan Foucoult. Dari data yang diperoleh, ditemukan berbagai peristiwa yang menunjukkan adanya konstitusi yang masih bermasalah, sehingga negosiasi-negosiasi politik lebih banyak dilakukan di luar prosedur dan mekanisme resmi seperti di kafe-kafe. Operasionalisasi `amplop' sebagai suatu pesan menjadi pintu masuk mengungkapan praktek-praktek suap, korupsi dan money politic di parlemen. Tradisi patemalistik terlalu akut membekam mentalitas bangsa Indonesia, sehingga perilaku 'sungkan' yang terbungkus dalam `amplop' makin memperkuat patronase. Para parlemen selalu aktif mencari `celah' untuk menjaga eksistensinya dan harus memasuki dan mengikuti jaringan suap pada patron-klien. Dari sinilah, ditangkap mengapa sulit sekali memilah-milah antara kepentingan politik, hukum dan ekonomi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saomi Rizqiyanto
Abstrak :
[ABSTRAK
Starbucks sebagai korporasi global yang mencerminkan nilai-nilai Amerika berperan penting dalam perdagangan industri kopi. Kapitalisasinya yang mencapai lebih dari 70 miliar US Dolar membuatnya jadi sasaran tembak dari sisi negatif globalisasi dan sekaligus sasaran tuntutan agar perusahaan berlambang Siren ini mengadopsi Fair Trade. Mulai Februari 2000 Starbucks secara resmi mengadopsi Fair Trade dan pada awal 2001 secara sepenuhnya Starbucks mengadopsi Fair Trade. Tesis ini berupaya untuk mengkaji kembali hubungan antara Starbucks sebagai lambang globalisasi dengan Starbucks sebagai korporasi global yang mengadopsi Fair Trade. Penulisan ini juga berupaya menjelaskan bagaimana praktik Fair Trade Starbuck secara keseluruhan dan mengungkap alasan-alasan dibalik Starbucks mengadopsi Fair Trade. Tesis ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan menggunakan sumber sumber referensi primer dan sekunder baik berupa buku maupun jurnal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Starbucks memiliki alasan-alasan kuat yang pada akhirnya membuat perusahaan ini mengadopsi Fair Trade. Proses adopsi Fair Trade yang dikenal dengan istilah CAFE Practices ini ternyata tidak luput dari kritik para pemerhati Fair Trade.
ABSTRACT
Starbucks as a global corporation that reflect American values play an important role in the trade of the coffee industry. Capitalization that reached more than 70 billion US Dollars makes Starbucks a target of the protesters who hates negative side of globalization. At the same time Starbucks also a target of protesters who demands that company bearing the Siren to adopt the Fair Trade. Starbucks in February 2000 partially adopted the Fair Trade and in early 2001 Starbucks fully adopt Fair Trade. This thesis seeks to examine the relationship between Starbucks as a symbol of globalization with Starbucks as a global corporation who adopt Fair Trade. This study also seeks to explain how any practical Starbucks Fair Trade as a whole and uncover the reasons behind Starbucks adopt Fair Trade. The thesis uses a case study method and using a primary and secondary reference sources in the form of books and journals. As a results, this study indicate that Starbucks has strong reasons that ultimately makes the company adopted the Fair Trade. The adoption of Fair Trade also known as CAFE Practices is apparently not spared from criticism of the observer of Fair Trade., Starbucks as a global corporation that reflect American values play an important role in the trade of the coffee industry. Capitalization that reached more than 70 billion US Dollars makes Starbucks a target of the protesters who hates negative side of globalization. At the same time Starbucks also a target of protesters who demands that company bearing the Siren to adopt the Fair Trade. Starbucks in February 2000 partially adopted the Fair Trade and in early 2001 Starbucks fully adopt Fair Trade. This thesis seeks to examine the relationship between Starbucks as a symbol of globalization with Starbucks as a global corporation who adopt Fair Trade. This study also seeks to explain how any practical Starbucks Fair Trade as a whole and uncover the reasons behind Starbucks adopt Fair Trade. The thesis uses a case study method and using a primary and secondary reference sources in the form of books and journals. As a results, this study indicate that Starbucks has strong reasons that ultimately makes the company adopted the Fair Trade. The adoption of Fair Trade also known as CAFE Practices is apparently not spared from criticism of the observer of Fair Trade.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Ratnawati Aditya
Abstrak :
Perkembangan bisnis cafe di Indonesia belakangan mengalami peningkatan, sehingga membuat tingkat persaingan juga semakin ketat. Hal ini lah yang membuat para pebisnis cafe harus pintar mempertahankan loyalitas pelanggan, karena karekteristik konsumen senang mencoba hal atau tempat baru. Dalam mengambil keputusan, pelanggan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ulasan pelanggan lainnya, platform ulasan, dan karakteristik properti serta profil pelanggan itu sendiri. Dalam konteks ini, penelitian dilakukan untuk mengetahui kelompok atribut-atribut yang membentuk online review yang dianggap penting pada platform social media dan review website dalam memilih cafe. Penelitian ini mengembangkan model penelitian terdahulu dengan membandingkan dua jenis platform (platform social media dan review website) dan menguji secara empiris dengan mengumpulkan data dari kuesioner yang akan disebar melalui survei online. Exploratory Factor Analysis (EFA) digunakan untuk melihat pengelompokan dimensi yang membentuk online review. Hasil analisis menunjukkan terdapat 7 kelompok dimensi pada kedua jenis platform, yaitu kegunaan, keahlian pengulas, volume, ketepatan waktu, ulasan positif, ulasan negatif, dan kelengkapan. Uji beda juga dilakukan untuk melihat perbedaan antara kelompok responden yang menganggap atmosfer cafe dengan tingkat kepentingan berbeda. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pengusaha cafe dalam mengembangkan strategi untuk menarik pelanggan potensial. Pengusaha cafe dapat lebih memperhatikan faktor-faktor yang mendorong dalam menarik konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
The development of cafe business in Indonesia has recently increased, making the level of competition become tighter. This is what makes cafe business must be able to maintain customer loyalty, due to the characteristics of consumers tend to try new things or places. The customers decision making is affected by various factors such as other customer reviews, review platforms, and property characteristics as well as the customers profile itself. In this context, research was conducted to determine the groups of attributes that make up online reviews which are considered important on social media and review website platforms in choosing a cafe. This study referred to the former research model by comparing two types of platform (social media and review website) and empirically tested by collecting data from questionnaires that were distributed using online survey. Exploratory Factor Analysis (EFA) is used to see the dimension groupings that make online reviews. The results of the analysis showed that there were 7 dimension groups on both types of platforms, namely usefulness, reviewers expertise, volume, timeliness, positive online reviews, negative online reviews, and comprehensiveness. A different test was also conducted to see differences between groups of respondents who considered the cafe atmosphere with different levels of importance. The results of this study can be used by cafe entrepreneurs to develop their strategies for engaging potential customers. Cafe entrepreneurs can pay more attention to the most encouraging factors that attract customers to make purchasing decisions.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Navratilova Ivita
Abstrak :
Kehidupan di perkotaan saling terkait antara keadaan perkotaan secara fisik (kepadatan populasi, polusi, temperature yang ekstrem, limbah padat yang berlebihan, degradasi lanskap, dll.) dengan individu perkotaan. Jika keadaan perkotaan yang seperti ini sudah berada di luar batas toleransi, individu di dalam perkotaan tersebut bisa merasa stress (Rishi dan Khuntia, 2012). Menghadapi hal itu, manusia membutuhkan tempat yang dapat mengurangi rasa stress—salah satunya dengan beraktivitas di kafe sebagai sebuah tempat ketiga (Oldenburg, 1989). Kafe mulai populer dikalangan masyarakat Jakarta dengan berbagai macam konsep desain yang unik dan menarik. Istilah “experience selling” pada desain kafe merujuk pada prioritas kafe untuk menghadirkan desain yang spesifik dan dapat memberikan kepuasan terhadap pengunjung atau konsumen (Agarwal, 2009). Secara psikologis manusia memiliki kecenderungan yang sangat kuat terhadap alam. Hal ini disebut dengan konsep Biophilia dimana manusia secara psikologis memiliki kecenderungan yang kuat untuk terikat dengan alam (Wilson, 1984). Untuk merespon kebutuhan manusia akan tempat yang dapat mengurangi rasa stress, desain biofilik mulai diperkenalkan oleh Kellert (2013) sebagai penerapan konsep Biophilia dalam desain. Desain biofilik merupakan upaya untuk memahami pemahaman tentang ketertarikan manusia yang melekat untuk berhubungan dengan sistem dan proses alami ke dalam desain lingkungan binaan (Heerwagen, Kellert dan Mador, 2013). Dengan penerapan desain biofilik di kafe, diharapkan pengunjung kafe menghabiskan waktunya lebih lama dibandingkan dengan kafe yang tidak menggunakan desain biofilik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desain biofilik terhadap durasi serta macam aktivitas pengunjung kafe, serta mengkaji pola-pola biofilik yang diterapkan di kafe Semusim dan kafe Brownstones Bintaro. ......Urban’s life is interrelated between physical urban conditions (population density, pollution, extreme temperatures, excessive solid waste, landscape degradation, etc.) with urban individuals. If the urban’s condition is out of tolerance, individuals in urban areas can feel stressed (Rishi and Khuntia, 2012). Facing that, humans need a place to reduce stressful feelings –by doing activities in the cafe as a third place (Oldenburg, 1989). Many cafes have shown up with a unique and interesting design. “Experienced Selling” is the priority in creating cafes with specific design and it can provide customer satisfaction (Agarwal, 2009). Psychologically humans have a very strong tendency towards nature accord to the concept of Biophilia (Wilson, 1984). Response in these human needs, Kellert (2013) introduced biophilic design as an application of the concept of biophilia in design. Biophilic design is an attempt to understand the understanding of human interest inherent in dealing with natural systems and processes into the design of the built environment (Heerwagen, Kellert and Mador, 2013). With the application of biophilic designs in cafes, it is assumed that the visitors will spend more time compare to cafes without biophilic designs. This research aims to determine the influence of biophilic design applications on cafe visitor's duration of stay by examining biophilic patterns applied, and type of activity in Semusim coffee garden; a café with applied biophilic design and Brownstones coffee; a café without biophilic design, Bintaro.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maudy Almira Griselda Xaviera
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh cafe yang menjadi bagian dari lifestyle masyarakat modern. Pengelola cafe mengatur ruang dengan mengelompokkan elemen ruang menjadi organisasi ruang yang efisien dan menarik. Hal ini bisa mengarahkan mata pengunjung untuk mengikuti arah tertentu atau fokus pada bagian tertentu. Penerapan prinsip Gestalt pada organisasi ruang cafe hadir untuk mengorganisasikan suatu objek yang terpisah menjadi terorganisir dalam prinsip proximity, similarity, closure, figure & ground, continuity, dan symmetry. Saya memulai pengamatan tentang fenomena ruang terkait zoning area pada Kilogram Cafe. Di dalamnya terdapat prinsip proximity, similarity dan closure. Prinsip proximity terlihat dari adanya jarak zona yang berdekatan, prinsip similarity hadir dalam kesamaan bentuk material secara visual dan prinsip closure hadir sebagai sirkulasi ruang yang cenderung dipersepsikan sebagai ruang gerak walaupun di area ini ada elemen ruang yang hilang seperti pada dinding dan atap. Tujuan dari skripsi ini untuk melihat penerapan teori Gestalt pada organisasi ruang cafe dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian mengemukakan bahwa penerapan prinsip Gestalt secara dominan ada dalam bentuk proximity, continuity, closure, figure & ground dikarenakan membentuk satu keterikatan yang saling terhubung dalam ruang dan penggunanya. ......This research background is cafes as a part of the modern society lifestyle. Cafe managers organize the space by grouping space elements into an efficient and attractive space organization. It will direct visitors’ eyes to follow a specific direction or focus on a certain part. The implementation of Gestalt principles on cafe space organization exists to organize a separate object to be organized in terms of proximity, similarity, closure, figure & ground, continuity, and symmetry. I started an observation about the spatial phenomenon related to the zoning area at Kilogram Cafe. There are the principles of proximity, similarity and closure. The principle of proximity can be seen from the distance of adjacent zones, the principle of similarity is portrayed in the visual similarity of the material form and the principle of closure is portrayed as a circulation of space that tends to be perceived as space for movement, even though in this area there are missing elements of space such as walls and roofs. The purpose of this thesis is to observe the implementation of Gestalt theory on cafe space organization by using a qualitative descriptive method. The results of this research suggest that the implementation of the Gestalt principles is dominantly based on the principles of Proximity, Continuity, Closure, Figure & Ground as these principles manifest an interconnectedness in space and its occupants.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwin Wistara Norman
Abstrak :
ABSTRAK Perkembangan kafe di perkotaan besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya semakin meningkat di setiap tahunnya. Begitu juga dengan Kota Bandung, tercatat hingga tahun 2010 saja jumlah kafe meningkat hingga 493 kafe. Komoditas serta pasar penikmat kopi di Kota Bandung dimanfaatkan oleh beberapa pengusaha kafe seperti Dreezel Coffee yang baru saja buka pada awal tahun 2015. Namun, terhitung hingga akhir tahun, jumlah pengunjung tidak ada peningkatkan yang signifikan, dengan rata-rata 50 pengunjung per harinya. Maka dari itu, untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang lebih banyak, perlu adanya sebuah program khusus yang dapat meningkatkan impresi khalayak target Dreezel Coffee, salah satunya dengan teknik marketing public relations melalui rancangan program Educoffee Dreezel Coffee. Program tersebut meliputi dua kegiatan besar, yakni Share 2 Share, Vakansi di Kala Senja, serta dibantu dengan Media Promosi untuk menyebarkan informasi seluruh kegiatan Educoffee. Diharapkan, dengan program Educoffee tersebut, jumlah pengunjung dapat meningkat secara signifikan, baik di saat dimulainya program hingga setelah berakhirnya program sehingga memberikan impresi yang positif mengenai edukasi kopi terbaik di Kota Bandung.
ABSTRACT
Cafe in large urban city such as Jakarta, Bandung, and Surabaya is increasing every year. Such in the city of Bandung, recorded until the year 2010 alone the number increased to 493 cafes. Commodities and markets coffee lovers in Bandung used by some entrepreneurs as Dreezel Coffee cafe that had just opened in early 2015. However, as of year-end, the number of visitors there is no significant improvement, with an average of 50 visitors per day. Therefore, to increase the number of visitors more, they need special program that can increase the target audience impressions Dreezel Coffee, one of them with the techniques of marketing public relations through the planning programme Educoffee Dreezel Coffee. The program includes two major activities, namely Share 2 Share, Vakansi di Kala Senja, and assisted with the Media Campaign to disseminate information on all activities Educoffee. Hopefully, with the Educoffee program, the number of visitors can be increased significantly, both at the beginning of the program until after the end of the program so as to provide a positive impression about the education of the best coffee in the city of Bandung.
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>