Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taufik Budianto
"Latar Belakang: Obesitas diketahui memiliki berbagai macam komplikasi dalam jangka panjang, salah satunya yaitu gangguan motilitas lambung dan perlambatan pengosongan lambung. Hal ini memiliki implikasi yang cukup serius khususnya pada kondisi perioperatif dimana perlambatan pengosongan lambung meningkatkan risiko aspirasi cairan lambung ke saluran napas. Dibutuhkan penilaian isi konten lambung secara riil menggunakan ultrasonografi untuk menilai volume residual lambung perioperatif. Tujuan: Menganalisis posisi pemeriksaan yang optimal dan metode pengukuran ultrasonografi lambung yang terbaik serta membandingkan volume residual lambung berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi dua jam pasca pemberian cairan maltodextrin 12,5% antara populasi obesitas dan non obesitas. Metode: Sebanyak 53 subjek berpartisipasi pada penelitian ini pada periode Desember 2023 hingga Maret 2024. Desain penelitian ini adalah potong lintang perbandingan volume residual lambung antara populasi obesitas dan non obesitas yang dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Tidak didapatkan perbedaan hasil pengukuran diameter CSA antrum lambung dengan metode elipsoid ataupun dua dimensional. Terdapat perbedaan bermakna antara posisi pemeriksaan RLD dibandingkan berbaring dalam menilai volume residual lambung (p < 0,05). Median volume residual lambung dua jam pasca konsumsi cairan karbohidrat pada kelompok obesitas berat yaitu 1,93 (0,56-3,39) ml/KgBB dengan batas aman risiko aspirasi yaitu <1,5 ml/KgBB. Kesimpulan: Pemeriksaan ultrasonografi lambung terbaik dilakukan pada posisi RLD dan dapat menggunakan metode elipsoid ataupun dua dimensional. Terdapat peningkatan volume residual lambung dua jam pasca konsumsi cairan karbohidrat yang melebihi batas aman risiko aspirasi pada kelompok obesitas berat.

Background: Obesity is known to have various long-term complications, one of which is delayed gastric emptying. This condition has quite serious implications, especially in perioperative conditions which can increases the risk of aspiration of gastric fluid into the airway. Gastric content assessment using ultrasonography is needed to assess perioperative gastric residual volume. Objective: To analyze the optimal examination position, the best gastric ultrasound measurement method and to compare the gastric residual volume two hours after administration of 12.5% maltodextrin fluid in obese and non-obese populations. Method: A total of 53 subjects participated in this study during the December 2023 to March 2024. This was a cross-sectional comparative study of gastric residual volume between obese and non-obese populations analyzed using the Mann-Whitney test. Results: There were no differences in the results of measuring the CSA diameter of the gastric antrum using the ellipsoid or two-dimensional method. There was a significant difference between the RLD examination position compared to supine position in assessing gastric residual volume (p < 0.05). The median residual volume of the gastric antrum two hours after consuming carbohydrate fluids in the severely obese group was 1.93 (0.56-3.39) ml/KgBW which exceed the safe limit for aspiration risk (<1.5 ml/KgBW). Conclusion: The best gastric ultrasound examination is carried out in the RLD position and can use both ellipsoid and two-dimensional method. There was significant increase in gastric residual volume two hours after carbohydrate fluids administration which exceeded the safe limit for risk aspiration in the severely obese group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reiner Reza Rahardja
"Latar belakang: Pengukuran luas penampang lintang nervus ulnaris menggunakan USG siku pada populasi dewasa normal pada posisi ekstensi dan fleksi telah banyak dilakukan, tetapi belum banyak penelitian yang menyatakan apakah ada perbedaan bermakna antara kedua posisi tersebut. Bila ditemukan perbedaan yang bermakna, maka pengukuran harus memperhatikan posisi siku karena memiliki rerata normal yang berbeda. Selain itu, hingga saat ini belum ada publikasi maupun data mengenai luas penampang lintang nervus ulnaris pada populasi dewasa normal menggunakan USG siku di Indonesia, khususnya pada posisi ekstensi dan fleksi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dan desain potong lintang komparatif dengan data primer. Total sampel 61 nervus ulnaris normal yang dibuktikan dengan pemeriksaan kecepatan hantaran saraf (KHS) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan USG pada level terowongan kubital serta 2 cm proksimal dan distalnya, kemudian dilakukan pengukuran luas penampang lintang nervus ulnaris di ketiga level tersebut. Analisis statistik dilakukan dengan uji T 2 kelompok berpasangan, dan perbedaan dianggap bermakna apabila p kurang dari 0,05.
Hasil: Rerata luas penampang lintang nervus ulnaris di level 2 cm proksimal dari terowongan kubital, terowongan kubital, dan 2 cm distalnya secara berurutan pada posisi ekstensi adalah 6,0 ± 0,7 mm2, 6,3 ± 0,9 mm2, dan 5,9 ± 0,7 mm2; pada posisi fleksi juga secara berurutan adalah 5,7 ± 0,8 mm2, 5,2 ± 0,9 mm2, dan 5,7 ± 0,7 mm2. Rerata luas penampang lintang nervus ulnaris pada posisi ekstensi lebih besar secara bermakna (p < 0,001) dibandingkan posisi fleksi di ketiga level tersebut pada populasi dewasa normal.
Kesimpulan: Rerata luas penampang lintang nervus ulnaris di siku pada posisi ekstensi lebih besar secara bermakna dibandingkan posisi fleksi, sehingga posisi siku subjek perlu diperhatikan pada saat pengukuran karena masing-masing posisi memiliki nilai normal yang berbeda signifikan.

Background: There are many cross sectional area measurement of ulnar nerve ultrasound of the elbow in extended and flexed position the normal adult population that have been done, but but not many studies have stated whether there are significant differences between the two positions. If significant differences are found, then the measurement must pay attention to the elbow position because it has a different normal mean value. In addition, until now there has been no publication or data on the cross-sectional area of the ulnar nerve in the normal adult population using elbow ultrasound in Indonesia, especially in the position of extension and flexion.
Methods: This study used descriptive design and comparative cross-sectional study design with primary data. A total of 61 normal ulnar nerve samples were proven by nerve conduction velocities examination (NCV) and continued with ultrasound examination at the level of the cubital tunnel and 2 cm proximal and distal, then the cross sectional area of the ulnar nerve at all three levels were measured. Statistical analyses were performed using paired sample t test, and the difference was considered significant if p was less than 0.05.
Results: The mean cross sectional area of the ulnar nerve at the level of 2 cm proximal to the cubital tunnel, cubital tunnel, and distal distal 2 cm in the extension position were 6.0 ± 0.7 mm2, 6.3 ± 0.9 mm2, and 5.9 ± 0.7 mm2, respectively; in the flexion position, they were 5.7 ± 0.8 mm2, 5.2 ± 0.9 mm2, and 5.7 ± 0.7 mm2, respectively as well. The mean cross sectional area of the ulnar nerve in the extension position was significantly greater (p <0.001) than the flexion position at all three levels in the normal adult population.
Conclusion: The mean cross sectional area of the ulnar nerve at the elbow at the extension position was significantly greater than the flexion position, so the elbow position of the subject needs to be considered at the time of measurement because each position has a significantly different normal value.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Farlina
"Anak tuna grahita memiliki resiko kekerasan seksual 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan anak normal lainnya. Anak tuna grahita mengalami kendala secara verbal dalam menggambarkan kasus kekerasan seksual serta hambatan kemampuan dalam melaporkan perilaku kekerasan yang dialami. Penelitian ini bertujuan untuk menggali secara mendalam pengalaman ibu yang memiliki anak tuna grahita dalam melakukan upaya pencegahan kekerasan seksual. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi pada sembilan belas orang partisipan Ibu yang ditentukan secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Analisis data menggunakan analisis Colaizzi.
Penelitian ini mengidentifikasi sembilan tema yaitu memahami ciri-ciri kekerasan atau pelecehan seksual, merasa cemas terhadap risiko yang mengancam anak, membatasi aktivitas yang berisiko, mengajarkan anak cara menjaga diri, menyandarkan harapan kepada Tuhan, bekerjasama dengan sistem pendukung, merasa ragu cara yang tepat dalam mengajarkan, merasa kondisi anak sulit untuk diajarkan, dan kurangnya dukungan pasangan. Peran perawat dibutuhkan untuk melakukan asuhan keperawatan dengan memperhatikan edukasi dalam pencegahan kekerasan seksual. Sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup serta meminimalkan resiko yang mengancam bagi anak tuna grahita.

The child with Intellectual disability has risk child sexual abused 2.5 times higher than other normal children. The child has a verbal problem in describing the case of sexual abused and the ability to report on the behavior of the violence experienced. The study aims to explore the experiences of mothers who have children with intellectual disability in prevention of the CSA. The study used a phenomenological study on nineteen participants who recruted by purposive sampling, using a semi-guided interview method. Data analysis using Colaizzi analysis.
This study identified the nine themes, understanding the characteristics of child sexual abused, anxious feeling of the risk that could threaten the child, limiting risk activities, teaching the children how to protect themselves, relying on God's hope, cooperating with support systems, doubtful feelings the right way to teach, feeling the condition of the child is difficult to teach, and lack of support partner. The role of nurses needed to nursing care by taking into the education efforts in the prevention of CSA. So that can help improve the quality of life and minimize the risks that threaten the child's with intellectual disability.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najla Nadhira Yoanna
"Penelitian ini menyelidiki respons konsumen Indonesia terhadap corporate social advocacy (CSA) oleh kampanye "No! Go! Tell!" dari The Body Shop Indonesia. Seiring dengan pergeseran preferensi konsumen menuju merek yang selaras dengan nilai-nilai mereka, penelitian ini mengeksplorasi peran keterlibatan konsumen dan keterikatan merek dalam membentuk sikap terhadap CSA. Analisis Structural Equation Modeling (SEM-PLS) terhadap 275 responden mengungkapkan bahwa keterlibatan isu dan keterikatan merek secara signifikan memengaruhi perilaku sikap terhadap CSA. Penelitian ini menemukan bahwa individu yang mengembangkan sikap positif terhadap CSA perusahaan lebih cenderung terlibat dalam word-of-mouth positif dan menunjukkan peningkatan niat pembelian. Selain itu, temuan ini menunjukkan bahwa agar pesan CSA dapat diterima, perusahaan harus terlebih dahulu membangun citra merek yang kuat dan positif.

This study investigates Indonesian consumer responses to corporate social advocacy (CSA) by The Body Shop Indonesia's "No! Go! Tell!" campaign. As consumer preferences shift towards brands aligning with their values, this research explores the role of consumer involvement and brand attachment in shaping attitudes toward CSA. A Structural Equation Modeling (SEM-PLS) analysis of 275 respondents reveals that issue involvement and brand attachment significantly influence attitudinal behavior toward CSA. The study finds that individuals who develop a positive attitude toward the company's CSA are more likely to engage in positive word-of-mouth and exhibit increased purchase intention. Furthermore, the findings suggest that for CSA messages to resonate, companies must first establish a strong, positive brand image."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library