Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkina Pascawati
"Pertumbuhan polimerisasi anilin dipelajari secara langsung melalui pengukuran dengan metode CLM yang dihubungkan dengan spektrofotometer UV-Visible. Polimer konduktif polianilin merupakan salah satu jenis material fungsional karena sifatnya yang menarik. Metode CLM yang telah dikembangkan selama ini digunakan untuk mengamati fenomena antarmuka pada pembentukan kompleks pada proses ekstraksi. Pada penelitian ini dicoba untuk memanfaatkan metode CLM yang menggunakan reagen dalam jumlah sedikit untuk mengamati pertumbuhan proses polimerisasi anilin secara langsung dan mempelajari mekanisme proses polimerisasi yang diamati pada interval waktu yang singkat. Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengaruh kecepatan rotasi, volume, konsentrasi reaktan, rasio APS/AK dan penambahan asam dan basa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kecepatan rotasi mempengaruhi kecepatan pembentukan membran pada sel gelas. Volume mempengaruhi ketebalan lapisan membran yang terbentuk. Volume ideal adalah 0,2 mL dengan ketebalan membran adalah 0,3243 mm. Konsentrasi reaktan tidak mempengaruhi spesi-spesi yang terbentuk pada polimerisasi. Pembentukan PANI ES (Emeraldine Salt) mulai dapat diamati pada konsentrasi 0,02 M dan polimerisasi semakin cepat seiring meningkatnya konsentrasi reaktan. Rasio APS/AK yang ideal dalam polimerisasi adalah sebesar 1,25. Polimerisasi anilin dalam suasana asam dapat mempercepat terjadinya perubahan spesi pada tahap polimerisasi. Sedangkan penambahan basa dapat menghambat proses polimerisasi. Metode CLM telah berhasil diaplikasikan untuk polimerisasi anilin dan diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi dalam perkembangan sains dan teknologi.

Growth polymerization of aniline is studied directly by using CLM method associated with UV-Visible spectrophotometer. Conductive polymer polyaniline is one kind of functional material because of its interesting properties. CLM method that which has been developed for all this time is used to observe interfacial phenomena in complex formation in the extraction process. This research is attempted to utilize the CLM method that uses small amounts of reagents for the polymerization of aniline to observe the growth process directly and to learn about the mechanism of the polymerization process observed at short time intervals. This research is conducted by studying the effect of rotational speed, volume, concentration of reactants, the ratio of APS/AK and the addition of acids and bases. From the results of the research, it can be concluded that rotational speed influences the speed of the cell membrane formation on the glass cell. Volume affects the thickness of the formed membrane. Ideal volume is 0,2 mL with membrane thickness is 0,3243 mm. The concentration of reactants does not affect the species formed in the polymerization. The formation of PANI ES (Emeraldine Salt) can be set to be observed at concentrations of 0,02 M and the polymerization becomes faster with the increasing concentrations of the reactants. The ideal ratio of APS/AK in the polymerization is 1,25. Polymerization of aniline in acidic conditions can accelerate the change of species in the polymerization stage whereas the addition of base can inhibit polymerization process. This CLM method has been succesfully applied to the polymerization of aniline and expectedly this research can be such a contribution to the development of science and technology as well.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Nurdianti
"ABSTRAK Kinetika dan mekanisme reaksi pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) dengan ligan 2-(5-bromo-2-piridilazo)-5-dietilaminofenol (5-Br-PADAP atau HL) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari melalui pengukuran spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode batch, metode high speed stirring (HSS) dan metode centrifugal liquid membrane (CLM). Molar rasio pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) yang diperoleh adalah [HL] : [Fe] = 2 : 1, sehingga kompleks yang terbentuk ialah kompleks netral Fe(II)L2 dan kompleks kation Fe(III)L2+. Ligan 5-Br-PADAP dalam pelarut heksana menghasilkan spektrum absorpsi UV-Vis pada ??maks = 450 nm dengan nilai absorptivitas molar, ?? = 2,95 x 104 M-1 cm-1, serta koefisien distribusi, KD = 8,81. Melalui pembentukan kompleks dengan metode batch diketahui bahwa kompleks Fe(II)L2 yang terbentuk akan terekstrak dalam fasa organik (dengan ??maks = 533 nm dan 750 nm), sedangkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kompleks kation Fe(III)L2+ tidak terekstrak pada fasa organik tapi terlarut pada fasa air (dengan ??maks = 512 nm). Adsorpsi zat pada antarmuka diselidiki dengan menggunakan metode high speed stirring (HSS). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa saat kondisi kecepatan pengadukan tinggi (4500 rpm), sebagian besar ligan 5-Br-PADAP dan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP akan teradsorpsi pada antarmuka. Tetapi saat kecepatan pengadukan dihentikan (stop), sebagian besar zat akan kembali terekstrak ke dalam fasa organik. Nilai konstanta adsorpsi ligan 5-Br-PADAP pada antarmuka (K??) heksana-air dengan metode ini didapat sebesar 3,15 x 10-4 cm. Juga diperoleh konstanta adsorpsi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP pada antarmuka heksana-air sebesar 2,73 x 10-3 cm. Pembentukan kompleks dengan metode CLM menghasilkan spektra absorpsi dengan ??maks ( kompleks Fe(II)L2: 550 nm dan 750 nm, serta kompleks kation Fe(III)L2+: 523 nm ) yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari metode batch, disimpulkan bahwa kompleks tersebut berada pada antarmuka. Penggunaan ligan dengan konsentrasi tinggi pada pembentukan kompleks dapat menghasilkan aggregat kompleks (kumpulan kompleks), yang ditunjukkan dengan pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah atau batokromik). Aggregat jenis ini disebut J-aggregat. Pembentukan kompleks Fe ?V 5-Br-PADAP yang diamati menggunakan metode CLM dipengaruhi oleh konsentrasi ligan dan pH. Dari hasil kinetika reaksi pembentukan monomer kompleks dan aggregat kompleks, dapat diketahui mekanisme reaksi yang terjadi pada antarmuka sistem heksana-air. Untuk pembentukan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 8,63 x 102 M-1 s-1 dan kagg = 6,26 x 102 M-1 s-1, sedangkan untuk pembentukan kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 4,20 x 10 M-1 s-1 dan kagg = 6,36 x 10 M-1 s-1. Kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP dapat direduksi menjadi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP menggunakan asam askorbat dan kinetika reaksi reduksinya diamati dengan metode CLM. Diperoleh konstanta laju rata-rata reaksi reduksi sebesar 9,76 x 10 M-1 s-1. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library