Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purnama Riayanti
"Pengembangan metoda penguatan sifat mekanik dan ketahanan korosi baja karbon dipelajari untuk memperoleh sifat fisik baja yang lebih superior dengan proses yang tidak terlalu mahal dan hasil pengembangan dapat digunakan dalam beragam aplikasi. Penghalusan ukuran butir melalui kontrol proses termo mekanikal merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk peningkatan sifat mekanik baja karbon. Pada penelitian ini Baja Karbon rendah GR X42 dideformasi dengan metoda severe plastic deformation, kemudian baja karbon yang telah dideformasi tersebut diuji kekerasan, Iaju korosi dan ketahanan korosi-nya terhadap pengaruh proses penggetasan hidrogen.
Sejumlah logam dan paduan akan menyerap hidrogen dan pada kondisi-kondisi tertentu dan mengalami difusi hidrogen yang cukup serius yang mengakibatkan perapuhan pada material. Perapuhan akibat hidrogen adalah salah satu bentuk penurunan kualitas Iogam yang berhubungan dengan stress corrosion cracking. Diduga mekanisme difusi hidrogen ke dalam material dapat terjadi melalui beragam cara. Salah satu penguatan material terhadap serangan difusi hidrogen adalah dengan penghalusan struktur mikro butir ferit melalui proses deformasi. Pencapaian struktur butir ferit yang lebih halus pada material baja karbon telah menjadi objek yang cukup menarik karena terbukti secara signifikan meningkatkan kekuatan luluh (yield strength) dan pada saat yang sama transisi temperatur ducrile-brittle yang lebih rendah dapat diprediksi dengan ukuran butir yang sangat halus (ultrafine grain).
Ukuran butir yang diperoleh dalam penelitian ini diukur dengan metoda garis intercept. Hasilnya cukup beragam namun umumnya memiliki diameter butir yang lebih kecil dibanding dengan diameter butir baja karbon yang tidak dideformasi, kecuali untuk benda uji yang dideformasi pada 550 dan 600°C setelah sebelumnya dipanaskan hingga 1100°C, memiliki diamater butir yang Iebih besar atau sama dengan diameter baja karbon yang tidak dideformasi. Ukuran butir baja karbon yang dideformasi tidak memberikan hubungan yang berarti terhadap perubahan laju korosi maupun kekerasan. Sementara ketahanan korosi baja karbon terhadap pengaruh proses pemberian hidrogen untuk benda uji yang dideformasi pada suhu 550, 600, dan 650°C cenderung meningkat. Peningkatan kekuatan-nya diamati metalui pengujian tank setelah sebelumnya diaplikasi ke dalam larutan 1N H2SO4 + 100 mg/L Thiourea CS(NH2)2 selama 10 menit.

Method development of mechanical properties and corrosion resistance improvement of carbon steel has been learnt to achieve superior physical properties of carbon steel with minimum cost and the result can be applied into many application. Grain refinement through thermomechanical process control is one of many methods used to improve carbon steel mechanical properties. On this paper, low carbon steel GR X42 is deformated with severe plastic deformation method, then the deformated material is applied to hardness test, corrosion rate determination and corrosion resistance test against hydrogen charging.
Many steel and alloy absorb hydrogen and on a specific condition the material is severe from serious hydrogen dilfusion which cause embrittlement. Hydrogen embrittlement is a form of deteriotion of material quality and has a direct connection with stress corrosion cracking. Hydrogen introdudion into material may occur in many ways and one of physical properties material against this introduction is through microstructure refinement of ferrite grain size by deformation process. The achievement of refine ferrite grain size has been a interesting topic since it improve yield strength significantly and at the same time the lower temperature transition of ductile-brittle is predicted with ultra line grain.
The grain size was measured by intercept line method and the result is vary, but in general they have decreasing trend compare to undeformated carbon steel, except the specimen which deformated on 550 and 600°C has the same or bigger than the original carbon steel. The deformated carbon steel grain size gives no significant effect on its corrosion rates and microhardness properties. While the increasing of corrosion resistance of deformated carbon steel against hydrogen charging is observed on the specimen which deforrnated on 550, 600 and 650°C. The defomiated specimen toughness observed through the tensile test after introduced to 1N H2804 + 100 mg/L Thiourea CS(NH2)2 solution for 10 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27837
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hilarius Wibi Hardani
"Salah satu metode penguatan logam yang paling banyak diterapkan pada logam-Iogam ringan seperti Aluminium adalah penambahan unsur penghalus butir. Pada proses pengecoran logam, struktur halus benda tuang dapat diperoleh dengan cara memberikan unsur-unsur perangsang nukleasi ke dalam logam cair. Pada saat pembekuan, unsur-unsur tambahan ini diharapkan dapat mendorong nukleasi dan membentuk inti bagi pertumbuhan kristal logam dasar. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan penghalus butir Titanium-Boron terhadap penghalusan butir paduan Al-Si ADC-12 yang mengandung kadar Si sekitar 12%. Dalam penelitian ini, komposisi tuangan dihasilkan dengan dapur krusibel, sedangkan cetakan yang digunakan adalah cetakan ingot. Kuantitas penghalus butir divariabelkan, dan selanjutnya dilihat pengaruh penghalusan butir tersebut terhadap kekerasan dan konduksivitasnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan penghalus butir Titanium-Boron sebesar 0.2% berat logam menghasilkan benda tuang yang nilai kekerasamqya paling tinggi (82 BHN) namun nilai konduktivitas Iistriknya paling rendah (21.9 %IACS) , sedangkan dari hasil penuangan yang tampa penghalus butir didapatkan nilai konduktivitas Iistrik yang paling tinggi (24.4 % IACS), namun nilai kekerasannya paling rendah (78 BHN). Hasil yang optimum didapat dari AELT-2, dengan penambahan Ti-B 0.1% berat Iogam, di mana nilai kekerasan yang diperoleh cukup tinggi (81 BHN) dan nilai konduktivitas listriknyajuga cukup baik (22.5 %IACS)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nugraheni Rositawati
"Telah dilakukan pembuatan keramik Ba0,5Sr0,5TiO3 dengan metode "Mechanosynthesis powder". Bubuk BaCO3, SrCO3 dan TiO2 digunakan sebagai material dasar. Bubuk dicampur dan dimilling selama 4 jam kemudian dikalsinasi pada 1100°C selama 4 jam menghasilkan fase tunggal Ba0,5Sr0,5TiO3 yang diketahui dari XRD. Bubuk Ba0,5Sr0,5TiO3 dipress menjadi pellet dengan tekanan 4 ton/cm2 kemudian disinterring pada 1200°C dan 1300°C selama 1-3 jam. Salah satu sampel yang disintering pada 1200°C 2 jam diannealing pada 900°C selama 1, 2 dan 4 jam. SEM digunakan untuk mengetahui ukuran, bentuk dan distribusi butir serta software ZsimpWin digunakan untuk mengetahui rangkaian listrik ekivalen, nilai resistansi R dan kapasitansi C. Waktu sintering yang semakin lama akan menghasilkan butir yang cenderung semakin besar serta menurunkan nilai R dan C butir dan batas butir. Waktu annealing yang semakin lama akan menghasilkan butir yang cenderung semakin kecil dan homogen serta menaikkan nilai resistansi R dan kapasitansi C butir dan batas butir.

Preparation of Ba0,5Sr0,5TiO3 ceramic has been done by Mechanosynthesis powder method. BaCO3, SrCO3 dan TiO2 powder was used as raw materials. The powder was mixed and milled for 4 hours then calcined at 1100°C for 4 hours resulting single fase Ba0,5Sr0,5TiO3 confirmed by XRD. Ba0,5Sr0,5TiO3 powder was pressed to form pellet at 4 ton/cm2 then sintered at 1200°C and 1300°C for 1-3 hours. One of the 1200°C 2 hours sintered sample was annealed at 900°C for 1, 2 and 4 hours. SEM was employed to observe the size, morphology and distribution of grain and ZsimWin software was employed to know the equivalent circuit, value of resistance R and capacitance C. It is seems that with longer sintering time, the grain size increases and the values of R and C for both grain and grain boundary contribution decrease. However after annealing their values increase due to decreasing in grain size."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21430
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthoni Akbar
"ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan pada studi degradasi material tube boiler secondary superheater (SSH) pada pembangkit listrik. Material baja karbon rendah 2.25Cr-1Mo mengalami kerusakan retak terbuka selang 26 jam setelah tes ujicoba. Material yang mengalami kerusakan, dianalisis secara fisik dan mekanik menggunakan uji metalografi, uji komposisi kimia, Scanning electon microscopy- Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX), uji kekerasan dan uji tarik, kemudian dibandingkan dengan material baru dan lama. Struktur mikro tube rupture mengalami elongasi searah keliling lingkaran tube dan retak mikro pada batas butir mengindikasikan adanya tegangan yang melebihi kemampuan material.
Hasil perhitungan tegangan (hoop stress) sebesar 42,47 MPa, melebihi nilai yang diijinkan sebesar 23,5 MPa pada maksimum temperatur metal tube 605 °C. Material mengalami degradasi saat tercapai temperatur tertinggi (overheating), dan terjadi dalam waktu singkat. Pada tube lama, degradasi terjadi karena perubahan struktur mikro perlit menjadi speroidisasi karbida yang terdekomposisi dan terdispersi pada matrik ferit. Perubahan ini terjadi karena material terekspos dalam rentang waktu lama pada lingkungan temperatur tinggi.

ABSTRACT
This research focused on the study of material degradation of tube boiler secondary superheater (SSH) in power plant. Low carbon steel 2.25Cr-1Mo are wide open ruptured in 26 hours after the running test. Samples were analyzed with physical and mechanical tests using metallographic, chemical composition, scanning electron microscopy-energy dispersive x-ray spectroscopy (SEM-EDX), hardness and tensile test and compared with virgin and old tube. Microstructure of rupture tube undergo elongation direction of the circumference tube and micro cracks at grain boundaries indicates a stress that exceeds the ability of the material.
The stress calculations (hoop stress) of 42.47 MPa, exceeding the allowable stress of 23.5 MPa at maximum metal tube temperature of 605 °C. In the old tube, degradation occurs due to changes in the microstructure into pearlite spheroidizing carbides are decomposed and dispersed in the ferrite matrix. This change occurs because the material is exposed in a long time at high temperature environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endyas Pratitajati
"Pertumbuhan butir pada temperatur 1100oC, 1200oC, dan 1300oCkristal LaxBa(1-x)Fe0.25Mn0.5Ti0.25O3 dipelajari. Material sampel dipreparasi menggunakan teknik pengaloyan mekanik (mechanical alloying) dengan waktu penggilingan (high ball energy milling) selama 30 jam. Sintering dilakukan selama 0, 1, 3 dan 6 jam. Material dianalisa menggunakan sinar X. Besar ukuran butir dihitung menggunakan persamaan Debye-Scherrer berdasarkan profil difraksi sinar X-nya. Sifat magnetik diukur menggunakan pemagraf. Sedangkan serapan gelombang mikro diukur menggunakan alat Network Analyzer (VNA) dengan metode Transmission/Reflection Line (TRL). Semua pengukuran dilakukan pada temperatur kamar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan pertumbuhan butir kristal La0.25Ba0.75Fe0.25Mn0.5Ti0.25O3 mengikuti model persamaan laju difusi. Hasil serapan gelombang mikro menunjukkan adanya serapan pada frekuensi 11-15 GHz. Serapan ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan serapan material basisnya yakni LaFe0.25Mn0.5Ti0.25O3. Namun daerah serapannya relatif lebih luas daripada material basis tersebut.

Growth of La0.25Ba0.75Fe0.25Mn0.5Ti0.25O3 in the temperatur e1100oC, 1200oC, dan 1300oC during 0, 1, 3 and 6 hours sinteringwas investigated. Sampels was prepared by mechanical alloying techique with high ball energy milling. Milling time is 30 hours. Sample was analized using x-ray diffraction.Grain size was calculated using Debye-Scherrer equation based on their x-ray diffraction profiles. Material absorbance properties was measured using Network Analyzer (VNA) with Transmission/ Reflection Line (TRL) measurement technique. All analysis was conducted in room temperature.
Data showed that grain growth of La0.25Ba0.75Fe0.25Mn0.5Ti0.25O3 has followed diffusion rate equation model of. Whilst it microwave absorbance measurement data performed its wide absorbance in the fequency range 11-15 GHz. Despite its relatively small absorbance intensity, La0.25Ba0.75Fe0.25Mn0.5Ti0.25O3 has broader bandwith comparing to its base material LaFe0.25Mn0.5Ti0.25O3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31934
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ariati Mochtar
"ABSTRAK
Berbagai penelitian dan para peneliti terdahulu terhadap pertumbuhan butir baja terfokus pada kondisi isothermal, sehingga berbagai tinjauan terhadap topik ini terdapat dalam berbagai literatur. Sedangkan berbagai aplikasi proses material, seperti canal panas pengecoran atau tempa berlangsung dalam kondisi non-isoternal. Prediksi pertumbuhan butir mempergunakan persamaan yang didapat secara empris dalam kondisi anil isothermal sehingga terjadi fluktuasi dalam besar butir dan sifat mekanis produk baja.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan mendapatkan pertumbuhan butir austenit dalam kondisi dimana pertumbuhan butirnya setelah dilakukan deformasi canal satu pass, dalam kondisi pendinginan kontinyu. Pendekatan yang digunakan adalah memberikan regangan deformasi canal panas antara O,3-0,4 dengan temperatur pemanasan awal l200°C, dan temperatur deformasi antara 900-1100C dengan kecepatan pendinginan antara 7-12 C/detik dalam rentang waktu rata-rata 30 detik setelah deformasi, kemudian didinginkan cepat ke temperatur ruang. Kecepatan pendinginan direkayasa dengan memasukkan benda iji ke dalam heating jacket dan pendinginan cepat dilakukan dengan water jetspray.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pertumbuhan butir austenit baja setelah proses canal panas dapat digambarkan sebagai fungsi kecepatan pendinginan. Besar butir austenit semakin menurun dengan meningkatnya kecepatan pendinginan. Kinetika pertumbuhan butir austenit non-isotermal didapat dengan melakukan modifikasi matematis persamaan pertumbuhan butir isotermal dengan memasukkan faktor inverse kecepatan pendinginan berpangkat m. Model modfikasi ini dilakukan iterasi dengan hasil eksperimen dan didapat model empris dengan nilai amat mendekati hasil eksperimen, dengan hubungan besar butir austenit yang berbanding terbalik dengan kecepatan pendinganan berpangkat m (1/Cr), dan penambahan konstanta B. Didapat konstanta kecepatan pendinginan m hampir tidak terpengaruh oleh komposisi baja yaitu sekitar 12 sedangkan konstanta B meningkat dari 3,0 x10'° sampai 8 x l0'° dengan peningkatan prosentase Nb, C atau N dalam baja. Model ini dievaluasi dengan perhitungan penumbuhan butir austenit hasil perhitugan matematis berdasarkan persamaan isothermal dan metode additivity. Didapati bahwa model modifikasi memilih nilai besar butir austenit yang amat mendekati perhitugan matematis , dengan nilai konstanta yang relatif sama dengan model matematis . Didapat bahwa perhitungan dengan model empiris non isotermal memiliki deviasix rendah terhadap nilai eksperimen (4-l5%). sehingga lebih tepat untuk memprediksi pertumbuhan butir austenit kondisi non-isotermal.

ABSTRACT
Many reviews in the literatures by many previous investigators on the steel grain growth mostly focused for the isothermal condition. At the same time, many of the materials processing such as hot-rolling, casting, and forging take place under non-isothermal conditions. Grain growth prediction uses empirically obtained formula in an isothermal annealing condition; in this instant, there are possibilities that the fluctuation in the predicted grains size and thus in the mechanical properties will occur.
The main purpose of this investigation is to evaluate and to obtain austenite grains growth in a non-isothermal condition. The grain growth of three compositions of HSLA-Nb steel, i.e. 0.019; 0.037; and 0.056 wt.% Nb, was examined after single-pass-hot-rolling process under continuous cooling condition. The materials were hot-rolled about 0.3-0.4 at an initial temperature of 1200C, deformation temperature of 900-1100C, cooling rate of 7-12K/s in an average time period of 30 second after deformation, and the quenched to room temperature. Cooling rate was achieved by putting the specimen into a heating jacket and quenching was performed by using a water jetspray.
The results show that the austenite grain growth was obtained by modifying isothermal grain growth relation with respect to the inverse factor of cooling rate to the power of m. This modification model was irerated by using experimental data and results in an empirical model with the value very close to the experimental data, in which the austenite grain size inversely proportional to the cooling rate power m (1/Cr) and an additional content of B. It was also found that the cooling rate m was almost not affected by steel composition, which is around 12, whereas the constant of B increases from 3.0 x 10 to 8 x 10 with the increase of Nb, C, or N content in the steel. The model was evaluated by using the austenite grain growth calculation based on isothermal and addivity methods. This model results in the same value as the calculation model with the same constant. The austenite grain growth calculated by modified empirical model was found has small deviation compare to the experiments value (4-15%). Hence, the model is appropriates to be applied to predicts the non-isothermal austenite grain growth after deformation in hot rolling process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesiaa, 2010
D1168
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riansyah
"Pupuk berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman yang dibedakan menjadi dua jenis pupuk yaitu, pupuk organik dan anorganik. Pemberian pupuk (organik dan anorganik) secara berlebih membuat kondisi lahan menjadi kekurangan unsur hara yang berpengaruh dalam kesuburan tanah, perubahan struktur tanah dan pencemaran lingkungan. Penelitian ini memanfaatkan metode resistivitas untuk mengamati perubahan nilai resistivitas akibat pemberian pupuk organik dan anorganik pada lahan pertanian di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Pemilihan metode resistivitas geolistrik karena dapat memetakan karakteristik tanah dengan cepat dan murah. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data resistivitas lapangan dan sampel tanah. Pengukuran resistivitas lapangan dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran (1 kali sebelum diberi pupuk dan 4 kali setelah diberi pupuk) pada setiap lintasan (lintasan Organik dan lintasan Anorganik). Konfigurasi yang digunakan merupakan konfigurasi dipole-dipole dengan panjang lintasan 6 meter dan elektroda sebanyak 16 batang. Sedangkan pengukuran sampel tanah dilakukan di laboratorium sedimentologi, FMIPA UI untuk mendapatkan klasifikasi tekstur tanah dan grafik resistivitas fungsi kadar air. Hasil yang didapat menunjukan bahwa perubahan nilai resistivitas dalam rentang 27 jam setelah diberi pupuk (organik dan anorganik) cenderung mengalami penurunan yang disebabkan oleh kadar air dan reaksi larutan kimia pupuk dan penurunan resistivitas pemberian pupuk organik lebih tinggi dibandingkan larutan anorganik.

Fertilizers play a role in providing nutrients for plant needs and are categorized into two types of fertilizers, namely, organic and inorganic fertilizers. Excessive application of fertilizers (organic and inorganic) causes a lack of nutrients that affect soil fertility, changes in soil structure, and environmental pollution. This study uses the resistivity method to observe changes in resistivity values due to applying organic and inorganic fertilizers on agricultural land in Caringin District, Bogor Regency. The geoelectric resistivity method was chosen because it can map soil characteristics quickly and cheaply. The data used in this study consisted of field resistivity data and soil samples. Field resistivity measurements were carried out five times (1 time before being fertilized and four times after being fertilized) on each line (Organic line and Inorganic line). The configuration used is a dipole-dipole configuration with a line length of 6 meters and a total of 16 electrodes. Meanwhile, soil sample measurements were carried out at the sedimentology laboratory, FMIPA UI to obtain a soil texture classification and a resistivity graph of the water content function. The results showed that the change in resistivity values within 27 hours after being given fertilizer (organic and inorganic) tended to decrease due to the fertilizer solution's water content and chemical reaction. The decrease in resistivity of organic fertilizer application was higher than inorganic solutions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukfawan Trijati
"Salah satu jenis paduan aluminium-silikon tuang yang digunakan pada industri otomotif adalah AC4B, antara lain untuk komponen cylinder head dengan proses Low Pressure Die Casting (LPDC). Masalah dominan pada proses pengecoran LPDC adalah cacat kebocoran akibat shrinkage. Untuk mengatasi masalah ini, sering ditambahkan penghalus butir titanium yang berfungsi sebagai partikel pengintian awal dan diharapkan dapat mengontrol laju pembekuan sehingga distribusi shrinkage yang terjadi akan lebih merata. Masalah lain yang juga timbul adalah fading karena siklus proses LPDC yag mencapai 4 jam. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan studi mengenai waktu fading dari penambahan penghalus butir.
Penghalus butir yang ditambahkan pada penelitian ini sebesar 0,072 wt. % Ti. Siklus proses pada mesin LPDC berlangsung selama 4 jam, oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap berapa lama waktu pemudaran (fading) dari penghalus butir titanium. Lama waktu pemudaran (fading) diamati melalui pengujian kekerasan, pengujian tarik, dan perhitungan Dendrite Arm Spacing (DAS) melalui pengamatan struktur mikro. Penelitian ini juga menggunakan SEM dan EDAX untuk mengetahui fasa intermetalik yang terbentuk. Sampel terdiri dari dua bagian yaitu pada bagian tipis yang mengalami pembekuan cepat dan pada bagian tebal yang mengalami pembekuan normal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan penghalus butir dengan kadar 0,072 wt. % Ti meningkatkan kekerasan, kekuatan tarik, dan berkurangnya DAS. Kekerasan dari paduan AC4B tanpa dan dengan penambahan 0,072 wt. % Ti pada sampel bagian tipis adalah 87,48 BHN dan 91,99 BHN. Kekerasan dari paduan AC4B tanpa dan dengan penambahan 0,072 wt. % Ti pada sampel bagian tebal adalah 83,43 BHN dan 89,42 BHN. Kekuatan tarik dari paduan AC4B tanpa dan dengan penambahan 0,027 wt. % Ti adalah 172,07 MPa dan 128,89 MPa. Sampel bagian tipis mulai mengalami fading setelah 1 jam diamati dari pengujian kekerasan. Sampel bagian tebal mulai mengalami fading pada waktu di bawah 1 jam diamati dari pengujian kekerasan dan perhitungan DAS. Fasa intermetalik yang dapat diamati adalah adalah Al2Cu yang berwarna terang, β-Al15(Fe,Mn)3Si2 yang berwarna abu abu muda (jarum atau blok), fasa Si (jarum) yang berwarna abu abu gelap, dan matriks aluminium.

AC4B is one of aluminium silicon cast alloys used on automotive industries for producing cylinder head with Low Pressure Die Casting (LPDC). The main problem on LPDC process is leakage caused by shrinkage. To counter these problem, titanium grain refiner which acts as early nucleant agent was added to control the solidification rate, which leads to more distributed shrinkage. Other problems that also occurred is fading, due to 4 hours cycle process of LPDC. This research was conducted to study the effect of fading from the addition of grain refiner.
The addition of grain refiner on this research was 0.072 wt. % Ti. The process cycle on LPDC is four hours, so the research was conducted to study fading time of titanium grain refiner. Fading time was observed through hardness testing, tensile testing, and microstructure examination to count Dendrite Arm Spacing value. SEM and EDAX observation was also conducted to read phases that occur. Samples was taken from thin part which has high solidification rate and thick part which has low solidification rate.
This results shows that grain refiner addition with 0.072 wt. % Ti increased hardness, tensile strength, and decreased DAS value. The hardness value from AC4B alloy without and with 0.072 wt. % Ti addition on thin parts are 87.48 BHN and 91.99 BHN. The hardness value from AC4B alloy without and with the addition of 0.072 wt. % Ti on thick parts are 83.43 BHN and 89.42 BHN. Tensile strength on AC4B without and with the addition of 0.072 wt. % Ti are 172.07 MPa and 128.89 MPa. Fading on thin parts occurred after 1 hour and observed from hardness testing value. On thick parts, fading occurred under 1 hour and observed from hardness testing and DAS examination. Intermetallic phases that occurred are white Al2Cu, light grey β-Al15(Fe,Mn)3Si2 (acicular or blocky), dark gre Si phases (acicular), and aluminium matrix.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41757
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Fitriasih
"

Meningkatnya permintaan akan electronic vehicle (EV) menyebabkan meningkatnya penggunaan Magnesium yang memiliki sifat lebih ringan sehingga mampu mengunggulkan efisiensi bahan bakar. Salah satu paduan Maagnesium yang sering digunakan adalah AZ31B. Namun, sheet metal forming dan perlakuan panas pada manufaktur dapat memengaruhi sifat mekanisnya. Penelitian ini dilakukan pada plat paduan Magnesium AZ31B yang dilakukan cold rolling hingga terjadi deformasi sebesar 22% dan perlakuan panas annealing pada 349℃ pada waktu tahan 0, 10, 30, 60, dan 120 menit. Penelitian ini didukung dengan pengujian metalografi dan kekerasan microvickers. Didapatkan bahwa rolling menghasilkan butir dengan ukuran diameter terkecil, sedangkan annealing pada waktu tahan yang lebih lama menghasilkan butir dengan ukuran diameter yang lebih besar pula. Tak hanya itu, sampel yang memiliki ukuran butir yang kecil memiliki nilai kekerasan yang tinggi. Hal ini terlihat dari sampel yang dilakukan rolling memiliki nilai kekerasan tertinggi, sedangkan sampel yang ditahan pada annealing selama 120 menit memiliki nilai kekerasan terendah. Berdasarkan pertumbuhan butir, didapatkan persamaan empiris yang mampu menunjukkan kinetika pertumbuhan butir sebagai berikut: D^(0,18)=D0^(0,18)+2244,35.exp(-70.000/8,314.T).t^(0,48)


The increasing demand for electric vehicles (EVs) has led to a rise in the use of magnesium, which is lighter and thus enhances fuel efficiency. One commonly used magnesium alloy is AZ31B. However, sheet metal forming and heat treatment during manufacturing can affect its mechanical properties. This study focuses on AZ31B magnesium alloy plates subjected to cold rolling, achieving a deformation of 22%, and annealing heat treatment at 349°C for various holding times: 0, 10, 30, 60, and 120 minutes. The research includes metallographic analysis and microvickers hardness testing. It was found that rolling produces the smallest grain diameters, while longer annealing times result in larger grain diameters. Additionally, samples with smaller grain sizes exhibited higher hardness values. Specifically, the rolled samples had the highest hardness, while samples annealed for 120 minutes had the lowest hardness. From the grain growth observations, an empirical equation was derived to describe the kinetics of grain growth as follows: D^(0.18)=D0^(0.18)+2244.35.exp(-70,000/8.314.T).t^(0.48)

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara empiris bagaimana melakukan evaluasi mutu butir-butir tes hasil belajar matematika oleh pihak sekolah dalam meningkatkan mutu instrumen tes dan hasil pengukurannya...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>