Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Dengue haemorrhagic fever (DHF) disease is a dengerous is a dengerous contagious disease which often induces epidemy....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmala Kurata Aini
Abstrak :
ABSTRACT
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu muosquito- borne viral disease yang persebarannya paling cepat di seluruh dunia. Kasus DBD dapat menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. DBD yang awalnya dipercaya sebagi penyakit yang berasal dari wilayah kota, kini sudah banyak ditemukan di wilayah pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kasus DBD yang terjadi di wilayah pedesaan Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan disain studi case series dengan analisis spasial. Sampel dari penelitian ini yaitu seluruh penderita DBD dengan data lengkap yang tercatat di UPT Puskesmas Nanggung tahun 2012-2014. Dari 19 kasus yang ada, 15 kasus (79%) diantaranya diduga merupakan kasus lokal (kasus DBD yang didapat dari wilayah pedesaan) dan 4 kasus (21%) diduga merupakan kasus impor (kasus DBD didapat dari wilayah perkotaan). Di wilayah ini banyak ditemukan tempat- tempat potensial breeding place nyamuk. Sementara itu, potensi wisata dan pertambangan di Kecamatan Nanggung menyebabkan mobilitas manusia dan kendaraan yang tinggi, sehingga wilayah ini berpotensi menjadi wilayah endemis Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu, diperlukan penelitian- penelitian lebih lanjut menggunakan analisis spasial untuk memudahkan fokus penanggulangan DBD di wilayah pedesaan.
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) spreading rapidly throughout the world. Dengue cases can lead to dengue shock syndrome which has a high mortality rate. DHF is initially believed as a disease originating from the city areas, now it found in many rural areas. This study aims to describe of dengue fever cases occur in rural areas in Nanggung District of Bogor Regency. This study uses a case series design with a spatial analysis. The samples are all patients who diagnosed DHF with complete data recorded in UPT Puskesmas Nanggung 2012-2014. Of the 19 cases, 15 cases (79%) were suspected to be the case locally (DHF cases were obtained from rural areas) and 4 cases (21%) suspected to be imported cases (dengue cases come from urban areas). In this region are found sites of potential mosquito breeding place. Meanwhile, the potential of tourism and mining in the District Nanggung causes of high mobility include vehicle, human and transportation, so that, this region has the potential to become endemic region of Dengue Hemmorrhagic Fever. Therefore, it is necessary further studies using spatial analysis to facilitate focused prevention of dengue in rural areas.
2014
S55596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Laksmono Widagdo
Abstrak :
Berbagai intervensi dilakukan untuk menekan kasus DBD seperti fogging, serta himbauan 3M plus, tetapi ABJ (angka bebas jentik) di Semarang masih di bawah target. Intervensi yang paling baik adalah melalui PSN (pemberantasan sarang nyamuk) 3M plus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik responden, pengetahuan, dan sikap dengan PSN 3M Plus pada berbagai sarang nyamuk, mengetahui hubungan PSN 3M Plus dengan kepadatan jentik, mengetahui kepadatan jentik dan memperoleh bentuk prediksi kepadatan jentik melalui PSN 3M plus. Penelitian dilakukan di Kelurahan Srondol Wetan, melalui observasional, kuantitatif, explanatory research dengan metode survei secara cross-sectional. Populasi penelitian adalah rumah responden dengan responden pelaku PSN 3M Plus. Jumlah sampel 188, dipilih dengan cara stratified random sampling. Uji statistik menggunakan Kendalls Tau dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara karakteristik sosial yakni pendidikan, pekerjaan, jumlah penghuni rumah dan pendapatan rata-rata dengan PSN 3M Plus sedangkan umur, pengetahuan dan sikap, tidak terdapat hubungan. Terdapat pula hubungan antara PSN 3M Plus di bak mandi, ember dan gentong plastik dengan kepadatan jentik. Disarankan kepada pihak DKK Semarang dan Puskesmas Srondol khususnya supaya mampu menerapkan strategi penyuluhan PSN 3M Plus di bak mandi, ember dan gentong plastik. Bagi peneliti lain yang berminat pada hubungan PSN 3 M Plus dengan kepadatan jentik disarankan menggunakan metode purposive sampling dan r.
Interventions have been done to reduce DHF incidence, such as fogging and suggestion to do 3 M plus, but ABJ (larva?s number) of Semarang is still under the target. The best intervention is by doing 3M plus. The aims of this research are to know the relation between social characteristics, knowledge, and attitude with the habitual elimination 3 M Plus of mosquito sites, the relation between the habitual elimination 3 M Plus of mosquito sites with larva density, the larva density and also the prediction model of larva density from the habitual elimination 3 M Plus of mosquito sites. The research has been done at Kelurahan Srondol Wetan, with observational, quantitative, and explanatory research by using cross-sectional survey method. The population were the houses with the respondent-the person who did the habitual elimination 3 M Plus of mosquito sites. Sample number were 188 with stratified random sampling. The statistic test was the Kendalls Tau and multiple regresion. The result showed that there are relation between social characteristics such as education, family number, job, and salary, with the habitual elimination 3 M Plus of mosquito sites but there is no relation with age, knowledge and attitude. There are also relations between the habitual elimination 3 M Plus of mosquito sites at bath tub, water tub and also bucket with the larva density. Based on those results, Health Department of Semarang especially Community Health Center in Srondol Wetan expected to do health education about 3 M Plus at bath tub, bucket and water tub. Suggestion also addressed to the next researcher to use purposive sampling and water storage classification for the same research.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Wildan Asfan
Abstrak :
ABSTRAK Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Incidence rate DBD tertinggi terdapat di DKI Jakarta tahun 1992. Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah administrasi DKI Jakarta. Lebih dari separuh penderita DBD di wilayah ini berusia antara 5 - 14 tahun. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya anak-anak yang rentan terhadap penyakit DBD, potensial untuk menjadi tempat penularan DBD oleh nyamuk Aedes. Belum diketahui gambaran upaya sekolah untuk mencegah penularan DBD di sekolah melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Aedes dan berapa besar proporsi sekolah bebas jentik Aedes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan PSN-DBD di sekolah, dan faktor lainnya, serta hubungannya dengan Sekolah Dasar bebas jentik Aedes. Desain penelitian adalah Cross Sectional, dengan jumlah sampel 211 yang ditarik melalui stratified random sampling, dengan mengelompokkan sekolah menurut status (negeri, swasta, madrasah). Data dianalisa dengan program Epi info dan Egret. Analisa yang dilakukan adalah distribusi frekuensi (univariat), Chi-Square (bibariat) dan logistic regresi (multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi Sekolah Dasar ada jentik Aedes adalah 23,2 %. Pengelolaan PSN-DBD bermakna berhubungan dengan Sekolah Dasar bebas jentik Aedes (p = 0,014). Faktor lain yang berhubungan dengan Sekolah Dasar bebas jentik adalah fogging di sekolah dan house indeks di kelurahan sekolah berada (p = 0,011 dan 0,037). Fogging di sekolah mempunyai interaksi antagonis dalam hubungan pengelolaan PSNDBD dengan Sekolah Dasar bebas jentik ( p = 0,045). Status sekolah tidak bermakna berhubungan dengan Sekolah Dasar bebas jentik. Pengetahuan dan sikap Kepala Sekolah bermakna berhubungan dengan pengelolaan PSN-DBD (p = 0,0007 dan p = 0,011). Pendidikan DBD tidak bermakna berhubungan dengan pengelolaan PSN-DBD. Untuk meningkatkan proporsi sekolah bebas jentik perlu dilakukan upaya peningkatan pengelolaan PSN-DBD di 'sekolah, diantaranya melalui pelatihan DBD untuk Kepala Sekolah, membudayakan praktek PSN-DBD di kalangan siswa.
ABSTRACT Dengue Haemorhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia.The highest Dengue Haemorhagic Fever incident rate found in DKI Jakarta at 1992. Morethan half of the persons who suffer from this disease are children between 5-14 years old. As a place where we can find the crowd of children ( which is very susceptible to this disease). School is a potential place for the spreading of Dengue Hemorrhagic Fever. How is the picture og the effort did by the school to prevent the contamination by eliminating Aedes' breeding places (EBP) and how is the proportion of Free Aedes Larva Elementary School. The objectives of this research are to illustrate the EBP-D management at schools and other factors, and the correlation with Free Aedes Larva Elementary School. The design used in this research is Cross Sectional, with 211 samples pick by Stratified Random Sampling, where the schools are leveled according to its status (state, private, madrasah). Data are analyzed with EPI info and Egret. The analysis methods used in this research are Frequency Distribution Analysis (univariat), Chi-square Analysis (bivariat) and Logistic Regression (multivariat). The result shows that the proportion of school with Aedes Larva is 23,2 %. The EBP-DHF management significantly correlated with Free Aedes Larva Elementary School (p= 0,014). Other factors that have a correlation with Free Aedes Larva Elementary School are fogging at the school and house index at the district where those schools are located (p=0,Q11 and p=0,037). In the case of EBP-DHF management, fogging at the school location has antagonic interaction with free Aedes Larva Elementary School (p=0,045). School status insignificantly correlated with free Aedes Larva Elementary School. The head master's knowledge and attitude significantly correlated with EBP-DHF management (p=0,0007 and 0,011). DHF education insignificantly correlated with EBP-DHF management. To increase the Free Aedes Larva Elementary School proportion we have to improve the school EBP-DF management, e.g. by arranging DHF training for the headmaster, and bring the EBP-DHF practice into the mainstream of civilization among the children.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Minerva Theodora P.
Abstrak :
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Bengkulu Utara merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Bengkulu. Puskesmas Lais merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 37,8‰. Tujuan penelitian menganalisa pengaruh keberadaan tempat perindukan nyamuk sebagai faktor risiko kejadian malaria di Puskesmas Lais. Desain penelitian kasus kontrol dengan data primer, jumlah sampel 184, dilakukan uji chi-square dan dilanjutkan dengan uji regresi logistik ganda. Data tentang tempat perindukan nyamuk dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah keberadaan tempat perindukan nyamuk (OR=3,484; 95%CI: 1,880-6,458), penggunaan kelambu (OR=4,514: 95%CI: 2,426-8,398) dan penggunaan anti nyamuk (OR=2,224; 95%CI: 1,230-4,020). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian malaria. Adanya tempat perindukan nyamuk di sekitar pemukiman penduduk memberikan risiko sebesar 3,484 kali terjadinya malaria dibandingkan tanpa tempat perindukan nyamuk setelah dikontrol oleh penggunaan kelambu dan anti nyamuk.
Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. North Bengkulu District is one high malaria endemic district in Bengkulu Province. Lais Health Centre is a high malaria endemic area which its API 37,8‰. This study aims to analyze the influence of the presence of mosquito breeding places related to malaria risk in Lais Health Centre. The design study is case control study, using primary data, the overall samples are 184, chisquare test was done continued with logistic regresion test. Data of mosquito breeding places were collected through interview and observation using questionaires. The results showed that there were three variables significantly associated with malaria incidence; the mosquito breeding place (OR=3,484; 95%CI: 1,880-6,458), using bednets (OR=4,514: 95%CI: 2,426-8,398) and using mosquito destroyer (OR=2,224; 95%CI: 1,230-4,020). Concluded that significantly assosiated between mosquito breeding places with malaria risk, the occurance of malaria of people living with mosquito breeding place have 3,484 times at risk to malaria compares to people living without mosquito breeding place after being contolled by using bednets and mosquito destroyer.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Hasyim
Abstrak :
Kabupaten Lahat adalah salah satu wilayah endemis malaria di Sumatera Selatan dengan prevalensi 16,4% dan Annual Malaria Incidence 22,08. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria. Faktor risiko lingkungan genangan air (breeding place) berhubungan dengan kejadian malaria dengan nilai p= 0,000. Analisis multivariat menemukan determinan utama kejadian malaria adalah breeding place di sekitar rumah responden dengan odds ratio (OR) = 5,034 dan 95% CI = 2,65 _ 9,56. Responden yang tinggal di sekitar breeding place berisiko 5,03 kali lebih besar untuk menderita malaria dibandingkan dengan responden yang di sekitar rumah tidak terdapat breeding place setelah dikontrol variabel jarak rumah ke breeding place, ventilasi rumah, penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari.
Lahat district is one of the malaria endemic area in South Sumatra Province with a prevalence of 16.4% and Annual Malaria Incidence of 22.08. The case control reports were carried out of 240 respondents. This study aimed to understand the relationship among of environmental risk factors with the incidence of malaria. After primary data collection followed by processing and data analysis in a multimedia laboratory. There was association between breeding place and malaria cases (p value= 0.000). The results of multivariate analysis of variables revealed the determinant risk was breeding place, with OR = 5.034 and CI 95%= 2.65 _ 9.56. Respondents who live around the breeding place has 5.034 times chance of affected malaria compared with respondents around the house there are no breeding place after the controlled distance to the breeding place house, use of mosquito nets, use of anti-mosquito, and habits out of the house at night variables.
Palembang: Universitas Sriwijaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, *Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Frits, Wamaer
Abstrak :
Prevalensi malaria klinis di kabupaten Fakfak : 285%o (2002), dan untuk triwulan 1 tahun 2003, (SPR): 65.33%, Jalciparuin: 28.83%, dan vivax: 24.62%, sedangkan malaria klinis pada balita : 23.73% dari semua golongan umur. Tujuan penelitian untuk mengetahui kejadian malaria pada anak umur 6-59 bulan serta hubungannya dengan kondisi fisik bangunan rumah dan tempat perindukan nyamuk di daerah Distrik Fakfak; dan apakah hubungan dimaksud dipengaruhi oleh faktor pendidikan, penghasilan, lama waktu bennukim, kebiasaan pakai pakaian Tutup badan saat melakukan aktifitas di luar rumah pada malam hari, kebiasaan pakai kelambu saat tidur malam hari, dan kebiasaan pakai obat nyamuk pada malam hari. Jenis penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara rumah dengan kondisi fisik bangungannya berpotensi (ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan mengigit nyamuk malaria dengan kejadian malaria pada anak umur 6-59 bulan sebesar 3.07 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang kondisi fisik bangunannya tidak berpotensi (tidak ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berpengaruh terhadap hubungan kondisi fisik bangunan rumah dengan kejadian malaria pada anak sebagai faktor konfonding yang bersifat protektif yang mengurangi risiko untuk terkena malaria sebesar 0.47 kali lebih kecil dibandingkan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Terdapat interaksi antara kebiasaan pakai kelambu > 30 hari dan kondisi fisik bangunan rumah terhadap hubungannya dengan kejadian malaria pada anak dengan kekuatan hubungan 3.57 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan pakai kelambu <30 hari (tidak pakai kelambu). Diperoleh pula prediksi berdasarkan perhitungan regresi logistik bahwa kemungkinan risiko terjadinya malaria pada seorang anak umur 6-59 bulan yang tinggal dirumah dengan kondisi fisik bangunannya berpotensi (ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria; dan memiliki orang tua dengan latar belakang tingkat pendidikan rendah, serta pakai kelambu <30 hari (tidak pakai kelambu) sebesar 77.64% lebih besar apabila dibandingkan dengan seorang anak umur 6-59 bulan tinggal dirumah dengan kondisi fisik bangunannya tidak ada risiko, dan memiliki orang tua dengan latar belakang tingkat pendidikan tinggi, serta pakai kelambu >30 hari (pakai kelambu) sebesar 39.65%. Jika dilakukan upaya pencegahan penyakit malaria dengan cara masyarakat membangun rumah tempat tinggal yang desain maupun bahan konstruksi bangunan rumah tidak berpotensi sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria akan memberikan dampak potensial berupa penurunan kejadian malaria sebesar 4230%. Sangat diperlukan kesadaran dan peran aktif masyarakat dengan menjaga kondisi fisik bangunan rumah tetap bersih dan bebas dari vektor malaria; dan membangunan rumah yang desain maupun bahan konstruksi bangunan rumah yang tidak berpotensi sebagai tempat hinggap, istirahat, dan mengigit nyamuk malaria; serta membiasakan diri selalu menggunakan kelambu saat tidur pada malam hari. Daftar pustaka : 49 (1963 - 2003 ).
The Association of Housing Condition and Mosquito Breeding Place to the Malaria Prevalence at Children Under 5 Years old at Fakfak District Health Services, Papua, 2003In 2003, the morbidity of clinical malaria at Fakfak District was 285 9uo. Furthermore, in the first quarterly year 2003, the Slide Positive Rate (SPR) was 65.33 % which consist of Plasmodium falciparum: 65.33 %, Plasmodium vivax: 24.62 % and the remained is combined (mixed), while the SPR of clinical malaria for children under five years old was 23.73 % from all ages group. In general, the objective of this research was to identify and to examine the association between housing condition and mosquito breeding place to the malaria cases at children under five years old at Fakfak District, including any confounding factors were mostly education level, out come per capita per month, length of stay, the habit of wearing closed clothes when had outdoors activities at night, the habit of having mosquito net at night and using mosquito coil at night. This research was conducted and carried out by the writer and health officers who have duties at Fakfak District mainly in Canton area, Papua. The type of this study was observational study with has case control design. It looked at the association between housing condition and mosquito breeding place as independent variable to the malaria cases as dependent variable at children under five years old. 220 respondents (head of household) were interviewed at Canton Sub-district, Fakfak District with consist of 110 respondents as control and 110 respondents who has malaria cases, The result of this study showed that there were strong significant of housing conditions which have potentially risk was 3.07 times compared to housing conditions where as mosquito can alighting, resting and biting which have no potentially risk with malaria cases at children under Hive years at Fakfak District. Moreover, of the confounding factors are considered being associated with the malaria cases, those that were strongly significant are the following variables: education level (p= 0.016), the habit of having mosquito net at night more than 30 days (p= 0.038). It represent that the respondent who has high education level became protective 0.47 times less than respondent who has low education level. Also it describes that respondent who have habits of having mosquito net at night more than 30 days had strongly significant (3.57) limes more than that respondent who have habits of having mosquito net at night less than 30 days. The data analysis using logistic regression that there is probability 77.64 % which children under five years old who stay at home where has potential risk and have parents who have low education level and who have habits of having mosquito net less than 30 days or without mosquito net. Based on the results, it recommended that Health Officials should consider all significant variables involved in health policy, health promotion and health education. It is important to develop a strategy and Government policy to support the better implementation of malaria program for example healthy housing condition program where no potential risk for malaria or to eliminate of malaria breeding place. Moreover, it is required awareness and participation of community to be concerned of healthy housing. Hence, it is necessary to maintain their behavior primarily having mosquito net at night. Finally, it is essential to conduct further study concerning other factors associated with malaria cases. References: 49 (1963 - 2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latif Hidayat
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan masyarakat, satu diantaranya terjadi di unit wilayah kerja Puskesmas Tegal Gundil dengan IR 13,5 per 10.000 penduduk pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sosiodemografi dan kondisi lingkungan dengan kejadian DBD di wilayah tersebut tahun 2014.

Rancangan penelitian menggunakan desain case control dengan jumlah sampel 64 orang. Populasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati. Data primer didapat dengan melakukan wawancara langsung mengenai DBD dan observasi kondisi lingkungan responden.

Hasil analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan antara umur sebagai faktor sosiodemografi dengan kejadian DBD dengan OR 3,40. Kondisi lingkungan yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu keberadaan jentik dengan OR 4,59 dan breeding place dengan OR 16,24. Hasil analisis multivariat menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan, keberadaan jentik dan breeding place dengan OR 2,80. Variabel breeding place merupakan faktor paling dominan terhadap kejadian DBD.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an environtment-centered plague and also a society health problem. From many cases, one happened in Puskesmas Tegal Gundil Working Unit Area with the IR 13,5 per 10.000 people in 2013.

This reseach is aimed to discover the relationship between sociodemography and the environment condition of DHF case in that area in 2014. The research design used case control with 64 sample of participants. The population of the research is the community member who live and stay in Kelurahan Tegal Gundil and Bantarjati. The primary data is gained by conducting direct interview about DHF and observation to the respondence's environment condition.

The result from bivariat analysis shows correlation between age, as a factor of sociodemography, with DHF case, by OR 3,40. Environment condition which links to the DHF case is the existence of mosquito larva, with OR 4,59 and OR 16,24 of breeding place. The result from multivarite analysis shows the relationship between, knowledge, the existence of mosquito larva, and breeding place with OR 2,80. Breeding place variable is the most dominantly influential to the DHF case. Keywords:
2014
S56548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library