Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arry Bharata
Abstrak :
Industri perbankan di Indonesia saat ini adalah industri yang mempunyai tingkat persaingan cukup berat, karena tidak seperti dulu, dimana membuat dan menjalankan sebuah bank adalah relatif lebih mudah. Saat ini jumlah bank di Indonesia menurun secara drastis, tetapi secara kualitas tenjadi peningkatan yang cukup menggembirakan. Seperti halnya Bank BTN yang merupakan Bank BUMN, yang pada saat masih disediakan subsidi bunga pemmahan oleh pemerintah sempat mencapai masa keemasannya karena merupakan satu-satunya Bank yang ditunjuk pemerintah untuk penyaluran KPR bersubsidi. Tetapi saat seperti itu sudah berlalu, saat ini yang diperlukan adalah kerja keras untuk memenangkan kompetisi yang berat, karena saat ini pasarlah yang menentukan baik tidaknya suatu bank, berbanding lurus dengan pelayanannya. Saat ini di Indonesia terdapat empat Bank BUMN yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN. Dalam menjalankan usahanya khususnya di bidang pengumpulan dana pihak ketiga, keempat Bank ini selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Bank BTN dalam hal ini cukup menyadari apa yang terjadi di lingkungan bisnisnya, oleh karena itu Bank BTN pada tahun 2002 melakukan modemisasi besar-besaran pada basis teknologinya dengan melakukan online di seluruh cabang-cabangnya di Indonesia Sering dengan hal tersebut tidak Iupa ditambahkan beberapa fasilitas pada Tabungan Batara dan Batara Prima yang dianggap dapat mendongkrak pengumpulan dana ketiga via tabungan. Yang menjadi pertimbangan disini adalah bagaimana usaha-usaha tersebut dapat mendongkrak merek Bank BTN ke arah yang lebih dapat diperhitungkan, mengingat ketiga Bank BUMN saingannya begitu agresif dan ekspansif. Tidak dapat pula diabaikan peran Bank swasta seperti Bank BCA yang dapat memenuhi kebutuhan bagi masyarakat pengguna jasa bank di Indonesia, sehingga menimbulkan ketergantungan pada Bank tersebut. Yang perlu dikaji disini adalah apakah usaha-usaha-marketing yang dijalankan selama ini dapat menambah atau justru mengurangi nilai produk yang akan berasosiasi dengan merek Bank BTN atau yang lebih dikenal dengan Ekuitas Merek. Hal ini sangat berkaitan langsung dengan konsumen potensial Bank BTN dan masyarakat pada umumnya Perlu juga dikaji bagaimana Ekuitas Merek Bank BTN dipersepsikan oleh nasabahnya khususnya nasabah dana, sebab jika Ekuitas Merck Bank BTN masih dianggap mengurangi nilaj produk tabungan di mata nasabahnya maka sebaiknya diambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk membangun Ekuitas Merek Bank BTN ke arah yang positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana sebenamya Ekuitas Merek yang dimiliki. Bank BTN dimata nasabah tabungan Batara dan Batara Prima dengan pendekatan teori Aaker yang meliputi Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality dan Brand Loyalty dan kemudian merekomendasikan kepada pihak manajemen Bank BTN untuk penyempurnaan layanan guna peningkatan Ekuitas Merk Bank BTN didasarkan pada persepsi konsumen Tabungan Batara dan Batara Prima. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa asosiasi yang paling kuat muncul untuk Bank BTN adalah sebagai Bank BUMN yang arnan dan terjamin. Tetapi hal ini kontradiktif pada apa yang menjadi keinginan responden dan sebuah produk tabungan, dimana mereka menjawab bahwa fasilitas dan pelayanan adalah sesuatu yang sangat diutamakan baru kemudian diikuti dengan bunga yang tinggi, dan ternyata dari hasil kuesioner yang didapat ternyata alasan menjadi nasabah Bank BTN adalah rasa aman, diikuti pelayanan, sedangkan bunga di urutan ke empat, sedangkan bila dilihat dari produknya tidak dilihat sebagai produk yang inovatif ada di urutan terakhir. Dari keinginan responden di atas yang mengutamakan fasilitas dan pelayanan, Bank BTN belum dapat mengakomodir secara maksimal, dan baru dapat memenuhi unsur keamanan sebagai bank BUMN yang ternyata tidak mengakomodir kenginan sebagian besar nasabah tadi Selain itu bila dikonfirmasikan kepada kelompok responden yang cukup besar di Bank BTN, dimana mereka tidak ingin berpindah bank karena masalah tinggi rendahnya bun ga, ternyata mereka tetap konsisten lebih mementingkan fasilitas dan pelayanan, dan tidak terlalu mementingkan pertimbangan aman karena BUMN. Disini dilihat adanya potensi ketidak stabilan prinsip nasabah antara bunga yang relatif lebih tinggi dan fasilitas serta kemudahan yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan fungsi tabungan yang seharusnya lebih mementingkan pelayanan dan fasilitas dibandingkan bunga yang tinggi, karena produk tabungan bukanlah produk untuk investasi tetapi produk yang lebih sesuai untuk mempermudah transaksi keuangan.
Within the last few years banking industry in Indonesia has been facing a moderately high competition, a quite difterent situation previously where incorporating and operating a bank is relatively easy. Although the number of active banks has been dramatically decreased, the quality of overall services offered has increased. The same situation with BTN, a government bank reached its golden age during the period where it was appointed by the Indonesia govemment as the only bank to provide subsidized housing loan. However, those golden times are no longer exist, currently every bank require so much effort to stay above the competition since market will determine the service level of a bank?s quality. Currently there are four government banks in Indonesia, which are Bank Mandiri, BNI, BRI and BTN. On the process of collecting third party fund, these banks are always tried to adjust with the evolving customer demand. Realizing this, BTN also tries to catch up by having major changes on 2002 with its core banking technology and change its branches into online connectivity. Other features were also incorporated into Batara and Batara Prima savings in order to achieve third party fund target for savings. In this case, BTN need to consider their overall effort to increase BTN brand awareness into a much higher level, since other three govemment banks are expanding and their efforts are also very aggressive. Not to mention that there are other private banks such as BCA which has been very aggressive and successfully meet customers demand, leading them as successfully penetrated bank in Indonesian. As a result, BTN needs to consider their overall marketing effort whether it has been successfully increased or whether it has been unsuccessfully decrease products values which have association with BTN brand, or Brand Equity. This is important because brand equity is highly related to increase potential and current customers. Parallel to this, BTN also need to consider how their customers perceive BTN?s brand equity, especially their savings account customers, to prevent decreasing product value due to BTN?s brand equity and to take important steps to increase overall BTN?s brand equity. Hence, the purpose of this research is to analyze how BTN?s brand equity in Batara and Batara Prima savings account customer?s point of view, using Aaker approach which includes Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality and Brand Loyalty, to come up with recommendation result for BTN?s management to improve BTN?s service which could result in increasing BTN?s brand equity. Result of BTN?s brand equity research is that BTN?s strongest association is a safe and secure government bank. Contradictory to this result, savings account respondents mention that bank facilities and services are their highest priorities, followed by high saving interest. Most Respondents whom voted facilities and services as their highest priority provide feedback that BTN currently only able to accommodate security, but not yet able to provide good facilities and high quality of services to their customers. Also, according to survey results, majority of respondents infomi that they do not want to switch to other bank just for the sake of higher interest rates, but rather for better facilities and services and also not for the sake of sense of security in government bank. In this case, there is a potential of customers instability in choosing between higher interest rates.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intiwahyuni Kusumasari
Abstrak :
ABSTRAK
Karya akhir ini memiliki tiga tujuan utama yaitu mengetahui posisi merek VIT didalam industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia pada saat ini, menganalisis penetapan dan penyusunan strategi yang tepat yang diterapkan oleh PT. Tirta Investama bagi merek VIT agar dapat menjalankan fungsinya menjaga merek utamanya (first brand) AQUA dan dapat lebih bersaing sebagai second brand dari perusahaan, dan diharapkan dapat memberi informasi dan masukan-masukan yang berguna bagi perusahaan dalam mempertimbangkan dan menentukan kebijakan strategis bagi merek VIT.

Karya akhir ini menggunakan metodologi deskriptif-analistis dengan melakukan analisis yang ditujukan untuk menguji dan rr.engadakan interpretasi secara lebih mendalam mengenai hubungan antara teori dan fakta. Metodologi penelitian kepustakaan (field research) juga dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi tambahan (data sekunder) dari berbagai sumber seperti perusahaan sendiri, AC Nielsen - Indonesia, Badan Pusat Statistik, berbagai lembaga penelitian pemasaran, dan lain-lain. Selain itu, guna melengkapi penulisan karya akhir ini juga diterapkan metodologi penelitian lapangan (field research) yang tujuannya untuk mendapatkan data aktual dan terbaru dari sumber-sumber berkaitan dengan melakukan pengumpulan data internal, interview, dan peninjauan atau obseivasi langsung ke lokasi penelitian dan kemudian melakukan pencatatan data yang ada di dalam perusahaan yang berhubungan dengan merek VIT.

Hasil penelitian dari karya akhir ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan perubahan strategi pemasaran yang selama ini telah diterapkan bagi merek VIT karena perusahaan telah menetapkan perubahan objektivitas bagi merek VIT untuk saat ini dan masa mendatang. Dengan strategi baru ini, diharapkan dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan dan memperkuat posisi merek VIT di pasar, dapat menjaga posisi AQUA, dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dirinya sebagai yang terbesar di industri AMDK di Indonesia.

Beberapa perubahan yang sangat signifikan yang dilakukan oleh perusahaan saat ini untuk merek VIT adalah yang bersangkutan dengan strategi pemasaran. Pertama adalah dengan melakukan perubahan terhadap penetapan strategi pemasaran yang berbeda dari yang selama ini dipakai oleh perusahan untuk merek VIT. Perusahaan menetapkan bahwa mulai saat ini merek VIT akan ditempatkan sebagai market-follower dengan menetapkan strategi flanck attack. Dengan strategi flanck attack ini perusahaan telah menyusun beberapa program yang bersifat sangat agresif untuk menyerang merek-merek pesaing yang ada dipasar. Dengan keagresifan ini diharapkan merek VIT dapat meningkatkan market sharenyatetapi dapat menjaga market share dari merek AQUA sehingga secara total market share dari perusahaan meningkat.

Kedua, dengan berubahnya strategi segmentasi, targeting dan positioning yang ditetapkan tersebut, perusahaan merasa harus membuat merek VIT menjadi merek yang lebih agresif di pasar. Dengan demikian perusahaan perlunya melakukan perubahan terhadap penetapan segmen can konsumen sasaran bagi meerek VIT. Perusahaan saat ini bermaksud untuk merubah segmen dan target pasarnya dari pasar yang memiliki audience orang-orang atau kalangan dengan umur yang muda ke segmen dan target pasar yang berasal dari hampir seluruh kalangan tanpa menetapkan suatu rentang umur secara khusus. Konsumen berubah dari kalangan yang memiliki karakteristik tertentu menjadi kepada kalangan yang lebih luas dan Iebar. Hal ini diharapkan akan meningkatkan kesempatan merek VIT untuk dapat menjual lebih banyak dan dapat Iebih berkembang di pasar. Dengan lebih meluasnya segmen dan target konsumen bagi merek VIT maka strategi targeting yang dilakukan perusahaan juga secara otomatis menjadi berubah lebih luas dan melebar. Sementara itu perusahaan juga melakukan positioning bagi merek VIT yang berusaha untuk menyampaikan pesan dan komunikasi yang berbeda dengan positioning yang lama dan tentu saja agar lebih sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan saat ini. Dengan begitu maka diharapkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menyampaikan komunikasi dan pesan dari merek VIT akan lebih efisien dan efektif.

Ketiga adalah perusahaan menentukan penyusunan program baru yang sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan bagi merek VIT saat ini. Perubahan-perubahan tersebut harus dilakukan oleh perusahaan terhadap program-program pemasaran mendasar bagi merek dan produk VIT. Beberapa aspek dari merek VIT yang harus dirubah yaitu hal-hal yang bersangkutan dengan produk, harga, distribusi, dan promosi. Semua perubahan-perubahan ini tentu saja ditujukan agar tercapainya semua objektivitas yang ditentukan oleh perusahaan bagi merek VIT.

Karya akhir ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkai. Bagi perusahaan, diharapkan dapat memberi masukan-masukan yang belum ada dari program yang telah disusun oleh perusahaan bagi merek VIT sehingga program yang disusun lebih lengkap dan lebih tajam. Bagi peneliti, memberi pengetahuan baru yang lebih detail mengenai penentapan strategi dan penanganan sebuah merek atau produk dengan pcrsaingan yang sangat ketat sekali. Sedangkan bagi para akademisi, memberi gambaran kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan besar untuk mempertahankan posisinya di pasar.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Harmensyah
Abstrak :
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama, pertama yaitu mengetahui awareness konsumen terhadap merek-merek produk rokok mild, kedua mengetahui atribut penting rokok mild yang disukai dan berpengaruh dalam proses konsumsi, dan yang ketiga adalah untuk mengetahui performa merek Sampoerna A Mild berdasarkan pernyataan atribut dalam pemetaan perseptual biplot sebagai bahan masukan dan dasar pertimbangan konsep positioning. Hal ini dilandasi dengan pertimbangan tingginya tingkat persaingan pasar rokok mild saat ini dengan pertumbuhan yang mencapai 15-17 % dari total produksi rokok nasional. Pertimbangan secara khusus adalah perlunya upaya manajemen merek Sampoerna A Mild sang pionir agar tetap mampu bertahan sebagai market leader melalui salah satu tools dalam strategi pemasaran yaitu komunikasi pemasaran. Hal ini timbul dalam pemikiran karena secara tidak disadari, konsumen membeli sebuah merek bukan produk, sehingga dapat dikatakan "Perceptions is more important than reality" dengan pengartian persepsi lebih penting daripada kenyataan. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untuk melihat bagaimana positioning berdasarkan citra merek antar merek produk rokok mild di benak konsumen, khususnya merek Sampoerna A Mild dengan merek close competitor-nya Star Mild dan LA Lights, yang sekarang sedang bersaing keras dalam merebut bukan hanya market share teapi juga mind share and heart share melalui persepsi terhadap image atribut rokok mild. Ukuran sampel yang disebar dalam penelitian ini adalah sebanyak 115 responden. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan non-probability sampling, dengan convenience sampling yang digunakan berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Responden diambil dari berbagai macam kriteria, diantaranya pria atau wanita yang tergolong perokok, yaitu perokok rokok mild yang berusia tidak di bawah 18 tahun dengan lokasi pengambilan sampel dilakukan di Jakarta. Beberapa analisa yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain analisa deskriptif, analisa asosiatif, analisa faktor, analisa frekwensi tingkat kepentingan atribut, analisa performance terhadap pemyataan atribut, dan analisa positioning berdasarkan pemetaan biplot. Hasil penelitian berdasarkan perilaku responden, dapat disimpulkan beberapa temuan yaitu Sampoema A Mild merupakan merek top of mind awareness ( 66%) untuk kategori rokok kretek mild dimana media-media seperti televisi (61,74%), billboard (43,48%) dan event (32,46%). merupakan sumber informasi utama responden sedangkan warung pinggir jalan (86,96%) merupakan tempat atau lokasi pembelian yang paling Iazim ketika responden ingin membeli rokok. Hasil klasifikasi responden berdasarkan tingkat konsumsi dalam satu hari adalah perokok merek Sampoema A Mild dan merek Star Mild secara signifikan merupakan kelompok light users, sedangkan untuk merek LA Light respondennya termasuk dalam kelompok heavy users. Atribut utama yang menjadi dasar pertimbangan konsumen mengkonsumsi rokok mild adalah atribut rasa merupakan atribut utama yang menjadi dasar pertimbangan responden mengkonsumsi rokok mild (5,55), diikuti oleh kandungan tar dan nikotin (5,23) dan kualitas tembakau (5,17). Hasil temuan lainnya adalah merek Sampoema A Mild cenderung mendominasi performa pernyataan atribut berdasarkan tingkat kesetujuan responden. Perfonna tertinggi untuk pernyataan atribut (image) merek Sampoema A Mild adalah "dimana saja ada" (5,37), diikuti "rendah kandungan tar dan nikotinnya" (5,02) dan "merek yang disegani" (4,92). Performa mean score pemyataan atribut untuk merek Sampoema A Mild lainnya yang lebih tinggi dibandingkan merek Star Mild dan LA Light yaitu pada pemyataan "Rasa yang memuaskan" (4,82) , "Tembakau kualitas tinggi" (4,8) , "Rokok untuk kalangan atas" (4,48) , "Aroma yang enak" (4,33) , "Terkesan atraktif saat merokok" (4,2) , dan yang terahir adalah pernyataan "Harga mahal" (3,58). Dengan pemetaan biplot, image yang dapat digunakan untuk melakukan fonnulasi positioning manajemen Sampoema A Mild adalah dengan fokus terhadap atribut faktor fisik dan non fisik basil temuan, dengan prioritas atribut fisik yaitu atribut rasa, kandungan tar dan nikotin, kualitas tembakau dan aroma. Sedangkan untuk prioritas atribut non fisik adalah "rokok kalangan atas" dan "merek yang disegani", dan "terkesan atraktif saat merokok" yang dapat dipertimbangkan sebagai dasar positioning. Adapun positioning berdasarkan basil temuan tersebut pada akhimya dapat dijadikan alternatif tema komunikasi sebagai nilai tambah, khususnya bagi merek Sampoerna A Mild. Implementasi strategis jangka pendek dari positioning berdasarkan penelitian ini adalah dengan melakukan serangkaian kegiatan komunikasi pasar yang terintegrasi (IMC) melalui media TV, billboard, dan media cetak, serta kegiatan relationship marketing dengan mengadakan serangkaian event. Hal tersebut ditakukan selain untuk lebih meningkatkan brand awareness, menambah pangsa pasar, juga untuk lebih menjalin hubungan pada konsumen, dengan harapan mampu meningkatkan citra/ image merek Sampoerna A Mild di benak konsumen. Untuk ke depannya, agar lebih mendapatkan basil yang maksimal, maka perlu dilakukan berbagai riset lanjutan untuk lebih mendalami berbagai hal yang berhubungan dengan strategi positioning rokok mild yaitu dengan melakukan riset brand personality dan efektifitas iklan sebagai bagian dari kerangka positioning secara menyeluruh terhadap produk rokok mild, khususnya merek Sampoema A Mild dalam upaya rnempenahankan kepemirnpinannya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zoultan Tariq Imanshah Maarifai
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai bagaimana peranan brand equity suatu produk sehingga produk tersebut bisa mempertahankan posisinya sebagai market leader Studi kasus dilakukan terhadap layanan Indosat Blackberry. Dalam hal ini dengan mempunyai Brand Equity yang kuat maka indosat blackberry akan menjadi daya tarik bagi konsumen, sehingga untuk mengembangkan dan mempertahankan sebagai Market Leadership akan mudah dicapai. Berdasarkan dari 100 sampel responden , peneliti menemukan bahwa tingkat brand equity yang dianalisa yaitu Brand Awareness, Brand Loyalty, Perceived Quality menunjukkan hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen (Customer Behaviour) menunjukkan tingkat kesetiaan yang tinggi walaupun adanya tawaran yang menarik dari pesaingnya. Hal yang disarankan untuk Indosat Blackberrt adalah perlunya peningkatan kualitas layanan dalam upaya meningkatkan Brand Loyalty, dan indosat sebagai first mover harus mengarahkan pasar agar konsumen sadar bahwa Indosat adalah yang pertama untuk layanan service blackberry sehingga akan menimbulkan suatu persepsi bahwa indosat sudah jauh lebih berpengalaman. This Thesis discuss how ?brand equity? of a product has the function to keep its position as a market leader.Study case towards Indosat Blackberry services. In this case with a powerful ?Brand Equity?, Indosat Blackberry becomes attractive to consumer, so to develop and to keep as a Market Leadership will be a lot easier. Based on 100 respondent samples, research discovers that analyzed brand equity level such as Brand Awareness, Brand Loyalty, and Perceived Quality has a significant relation with consumer behavior. Consumer behavior shows a high loyalty level even though there is more attractive offer from other competitor. Things to be considered by Indosat Blackberry is to increase quality of service in order to increase Brand Loyalty, and Indosat as first mover should direct the market so consumers realize that Indosat is the first operator who launched Blackberry service which make a perception ?indosat has more experience that its competitor?
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26535
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzul Inas Nabila
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah antecedents internal brand equity yang dikembangkan oleh Baumgarth dan Schmidt (2010) benar mempengaruhi internal brand equity perusahaan dan mengetahui apakah internal brand equity dari perspektif karyawan sama dengan customer brand equity dari perspektif konsumen . Sampel penelitian ini adalah karyawan outlet Nike dan konsumen Nike. Partial Least Square digunakan dengan software Wrap PLS 4.0 digunakan untuk menganalisis data. Hasil analisis menunjukkan bahwa internal brand commitment, internal brand knowledge, internal brand involvement berpengaruh terhadap internal brand equity. Sedangkan brand orientation tidak terbukti memiliki pengaruh langsung terhadap internal brand equity, dan brand orientation tidak terbukti mempunyai pengaruh langsung terhadap internal brand knowledge namun melalui internal brand involvement memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Temuan empiris lain yang penting dengan menggunakan analisis independent t test tidak terbukti Internal brand equity dari perspektif karyawan sama dengan customer brand equity dari perspektif konsumen.
ABSTRACT
This study aims to determine whether antecedents of internal brand equity developed by Baumgarth and Schmidt (2010) and determine whether the internal brand equity from the perspective of the employee similar with the customer brand equity from a consumer perspective.The samples of this study is an employees and consumers of Nike. Partial Least Square used with software Wrap PLS 4.0 used to analyze the data. The result show that internal brand commitment, internal brand knowledge, internal brand involvement has a significant impact on internal brand equity. Where as brand orientation proved to have no direct impact to internal brand equity, and brand orientation proved to have no direct impact on the internal brand knowledge but through internal brand involvement has a significant impact. Another important empirical findings using independent t test analysis is not proven Internal brand equity from the perspective of the employee similar with the customer brand equity from a consumer perspective, This study aims to determine whether antecedents of internal brand equity developed by Baumgarth and Schmidt (2010) and determine whether the internal brand equity from the perspective of the employee similar with the customer brand equity from a consumer perspective.The samples of this study is an employees and consumers of Nike. Partial Least Square used with software Wrap PLS 4.0 used to analyze the data. The result show that internal brand commitment, internal brand knowledge, internal brand involvement has a significant impact on internal brand equity. Where as brand orientation proved to have no direct impact to internal brand equity, and brand orientation proved to have no direct impact on the internal brand knowledge but through internal brand involvement has a significant impact. Another important empirical findings using independent t test analysis is not proven Internal brand equity from the perspective of the employee similar with the customer brand equity from a consumer perspective]
2015
T44252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Nabila
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang gambaran Brand Equity menurut persepsi peserta asuransi kesehatan PT. X pasca rebranding yang dilaksanakan pada tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menggambarkan bahwa secara umum persepsi peserta asuransi kesehatan terhadap Brand Equity PT. X adalah baik. PT. X harus meningkatkan Brand Equity peserta terhadap PT. X.
ABSTRACT
The focus of this study is about description of Brand Equity according to the insured?s perception in PT. X after rebranding on 2011. This research using quantitative study with cross sectional approach. The result of this study describes that over all the insured?s perception about Brand Equity of PT. X is good. From this result, the researcher suggest that PT. X should improve Brand Equity of the PT. X to the insured.
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Haris Budiman
Abstrak :
ASPIRA merupakan merek yang dikeluarkan oleh PT. Astra Komponen Indonesia, dan mencakup berbagai jenis suku cadang sepeda motor seperti: kampas rem, shock breaker, hingga oli. Merek ASPIRA sebelum bulan Februari tahun 2001, merupakan satu-satunya merek yang dicap sebagai komponen asli untuk sepeda motor merek Honda. Namun sejak bulan Februari 2001, menyusul dengan perubahan kepemilikan saham di PT. Astra Honda Motor, yang Sebelumnya saham mayoritas dimiliki oleh PT. Astra lnternasional dan sisanya dimiliki Honda Jepang, selanjutnya menjadi 50% milik :PT. Astra Internasional dan 50% milik Honda Jepang. maka pihak PT. Astra Honda Motor mulai mengeluarkan produk komponen sepeda motor merek Honda dengan menggunakan merek Honda Genuine Part. Sehingga di pasar yang dulunya hanya mengenal merek ASPIRA sebagai satu-satunya merek onderdil asli untuk sepeda motor Honda, kini dikenal pula merek Honda Genuine Part. Hal ini tentu saja mempenganihi persepsi konsumen dalam memilih onderdil asli untuk sepeda motor Honda-nya. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Mendeskripsikan tingkat kekuatan merek ASPIRA di benak konsumen, (2) Mendeskripsikan persepsi konsumen produk suku cadang sepeda motor terhadap nilai dari produk-produk merek ASPIRA, (3) Menguji seberapa besar dan kekuatan hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel pengetahuan konsumen terhadap merek tersebut dan ( 4) Memberikan rekomendasi untuk strategi pemasaran bagi merek ASPIRA dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap merek ASPIRA berdasar pengetahuan tentang hubungan-hubungan antara variabel tersebut. Obyek yang diteliti meliputi hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel-variabel pengetahuan merek konsumen (brand knowledge). Penelitian ini terutama untuk lima jenis suk.ll cadang sepeda motor yang memiliki angka penjualan tinggi untuk merek ASPIRA yaitu kampas rem, piston, gear depan/belakang, kabel, dan ring set. Model yang digunakan adalah model ekuitas merek berbasis konsumen (Customer-based brand equity). Model ini dikemukakan oleh Kevin Lane Keller dalam buk.'Unya betjudul "Strategic Brand Management" yang diterbitkan tahun 1998. Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (I) Statistik deskriptif sederhana. (2) Uji Chi-Square dan (3) Uji Korelasi kanonik. Hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel unsur pembangun merek (unsur-unsur merek, stimulus pemasaran dan leverage dari perusahaan) dan kelompok variabel pengetahuan terhadap merek (brand knowledge) meliputi tingkat kekuatan dan persepsi terhadap merek. Dari hasil penelitian, tingkat kekuatan (brand recall) merek ASPIRA relatif kuat. Hal ini dapat dilihat dari jurnlah responden yang menyebutkan merek ASPIRA di urutan pertama (top of mind) lebih besar dibanding yang menyebut di urutan ke-2 atau ke-3. Kekuatan ini juga dapat dilihat relatif besar jika dibanding merek lain, merek ASPIRA menempati urutan pertama sebagai top of mind yaitu mencapai 38 orang, sedang di urutan kedua (13 orang) adalah Astra dan ututan ketiga (10 orang) yaitu Honda Genuine Part. Merek ASPIRA juga relatif dikenal luas oleh pengguna sepeda motor dari berbagai merek sepeda motor. Image merek ASPIRA relatif baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, secara keseluruhan, 85% responden memberikan penilaian positif (setuju hingga sangat setuju) terhadap persepsi niiai (perceived value) dari produk merek ASPIRA.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Teguh Wibowo
Abstrak :
Nobody's perfect only God. Sebagai seorang khalifatullah fil ardh, manusia berkewajiban menggunakan ajaran dan kaidah agama dalam setiap aspek kehidupannya untuk mewujudkan kerajaan Allah SWT di muka burni. Seperangkat ajaran agama itulah yang kemudian dalam Islam dikenal sebagai syariah, God's Laws, yang merupakan sekumpulan The do's & don'ts yang mengatur semua hal-hal yang diwajibkan, yang dibolehkan, dan yang dilarang oleh Allah SWT untuk mengatur persoalan ibadah dan muamalah. Sistem kehidupan sosial ekonorni, termasuk pula sistem keuangan dan segenap instrumentasinya, tidak luput dalam pengaturan tersebut, dan masuk ke dalam ruang lingkup shariah muamalah. Globalisasi ekonorni yang ditandai dengan bebasnya arus barang modal dan jasa, serta perdagangan antar negara, telah mengubah kondisi kehidupan menjadi individualistis dan persaingan usaha yang amat ketat. Disinilah kaidah syariah dapat berperan untuk membimbing manusia ke arah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sekaranglah saatnya menunjukkan bahwa muamalah syariah dengan filosofi utama kernitraan dan kebersamaan (sharing) dalam keuntungan (profit) dan resiko (risk) dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang lebih adil dan transparan. Sekaligus pula membuktikan bahwa sistem perbankan syariah dapat menghilangkan wabah penyakit negative spread ( selisih negatif) dari dunia perbankan. Lahirnya Undang-undang No. 10 Talmn 1998, pada bulan November 1998, sebagai penyempurnaan Undang-Undang No. 711992, lebih mengukuhkan keberadaan perbankan syariah dan memberikan ketegasan serta pel uang yang cukup besar bagi perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Perangkat bam ini selain memberikan panduan bagi Bank Umum yang menjalankan operasinya secara penuh sesuai syariah (Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri), juga memberikan kesempatan bagi industri perbankan konvensional yang ingin menjalankan operasi dengan dualbanking system, yaitu beroperasi secara konvensional dan syariah sekaligus sepanjang operasi itu dilakukan secara terpisah. Studi yang pemah dilakukan Bank Indonesia dan Universitas- Diponegoro mengenai Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, kiranya dapat memberikan gambaran bagaimana brand equity atau ekuitas merek perbankan syariah saat ini kurang kuat berada dalam benak konsumen (nasabah). Padahal kunci sukses suatu bisnis adalah memiliki atribut keunggulan bersaing yang sulit bisa ditiru oleh pesaing. Satu-satunya atribut keunggulan bersaing yang sulit bisa ditiru adalah ekuitas merek yang kuat. Mengelola brand equity bank syariah agar menjadi lebih kuat dapat meningkatkan keunggulan bersaing (competitive advantage). Karena itu satu bank syariah yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat lebih mudah merebut peluang bisnis yang ada dibandingkan bank lain yang tidak memiliki keunggulan bersaing. Ekuitas merek bank syariah yang kuat juga dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat nasabah barn atau merangkul kembali nasabah lama. Penelitian dalam Karaya Akhir ini bertujuan untuk menganalisis ekuitas merek (brand equity) Bank Syariah Mandiri melalui pengukuran komponen-komponen yang membangun ekuitas merek, antara lain: kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi (kesan) kualitas, dan loyalitas merek. Dari hasil pengukuran Kesadaran Merek, merek Bank Muamalat Indonesia (BMI) masih menjadi merek yang menempati puncak kesadaran merek (top of mind brand) bank syariah. Sementara itu Bank Syariah Mandiri (BSM) hanya menempati urutan kedua dalam hal kesadaran puncak responden terhadap merek bank syariah. Secara keseluruhan, dari hasil pengukuran asosiasi merek Bank Syariah Mandiri, agaknya manajemen BSM cukup berhasil menciptakan brand image dari merek Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, lembaga yang menjalankan bisnisnya sesuai dengan syariah Islam. Ke-7 butir asosiasi ternyata terkait dengan nilai-nilai. Syariah (baca: syariah Islam) dan kesemuanya memperkuat dan mendukung citra merek (brand image) dari merek Bank Syariah Mandiri sebagai sebuah lembaga keuangan perbankan yang sesuai syariah yang rnemiliki slogan "Lebih Adil dan Menentrmnkan". Dari hasil pengukuran Kesan kualitas, secara umum kesan kualitas yang dirasakan responden terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri memperlihatkan kesan POSITIF. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum BSM mampu memenuhi kepuasan nasabahnya. Hasil pengukuran elemen Loyalitas Merek selayaknya menjadi perhatian bagi manajemen Bank Syariah Mandiri untuk meningkatkan value-nya di hati nasabah. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem, atau sesuatu yang melibatkan emosi nasabah, sehingga para nasabahnya dapat merasakan perasaan "sangat puas" dan perasaan "sangat suka" terhadap merek Bank Syariah Mandiri yang pada akhirnya akan melahirkan nasabah yang komit (committed buyer) yang "selalu" mempromosikan BSM kepada calon nasabah lain.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raymon C. D. Suhari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S9231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Easter Deashinta Harryputri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi store brand equity pada industri ritel fashion di Indonesia khususnya yang menerapkan strategi fast fashion. Data pada penelitian ini didapat dari penyebaran kuisioner kepada konsumen ZARA, H&M dan UNIQLO yang pernah melakukan pembelanjaan selama 6 (enam) bulan terakhir. Data ini diolah dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekuitas merek toko (store brand equity) dipengaruhi langsung secara positif oleh kesadaran merek toko (store brand awareness) dan loyalitas merek toko (store brand loyalty). Loyalitas merek toko (store brand loyalty) dipengaruhi secara langsung dan positif oleh persepsi kualitas merek toko (store brand perceived quality) dan kesadaran merek toko (store brand awareness). Kemudian, persepsi kualitas merek toko (store brand perceived quality) dipengaruhi langsung oleh citra komersial toko (store commercial image). Sementara kesadaran merek toko (store brand awareness) dipengaruhi oleh reputasi toko (store reputation), citra komersial toko (store commercial image), dan citra harga toko (store price image). ......This study aims to analyze the antecedents of store brand equity in Indonesia Fashion Retail Industry, particularly those that implement fast fashion strategy. Data for this research were collected from ZARA, H&M, and UNIQLO consumers, specifically those who made purchasing in the last 6 (six) months. They were analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) method. The results of this show that store brand awareness and store brand loyalty have positive effect on store brand equity. Then, store brand loyalty affected positively by store brand perceived quality and store brand awareness. Furthermore, store brand perceived quality affected by store commercial image, while store brand awareness affected positively by store reputation, store commercial image, and store price image.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S61858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>