Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Santoso
"Dengan berkembangnya kemampuan rekayasa material, polimer blend menjadi salah satu metode untuk merekayasa material polimer yang cukup penting karena aplikasinya yang cukup luas. Dalam penelitian ini telah dilakukan proses blending (pencampuran) antara material polimer polietilena tereftalat (PET) dengan polipropilena (PP) dengan bantuan kompatibilizer PP-g-MA. Proses pencampuran menggunakan mesin ekstrusi jenis single screw dengan setting parameter suhu 210oC, 230oC, 265oC dan 275oC pada putaran 50 rpm. Pengaruh penambahan filler pada sistem campuran PET/PP/PP-g-MA terhadap sifat mekanik dilakukan dengan menambahkan filler clay dengan konsentrasi 1, 3, 5, 7 dan 10 % (rasio berat).
Hasil pencampuran PET/PP/PP-g-MA dan penambahan filler clay dikarakterisasi sifat mekanik yaitu tensile strength, impact strength dan sifat termalnya dengan DSC, TGA serta morfologinya dengan SEM. Pada penelitian ini didapatkan nilai optimal dari penambahan kompatibilizer PP-g-MA pada konsentrasi 7% (rasio berat) dengan nilai kuat tarik sebesar 29,25 MPa. Penambahan filler clay dalam sistem campuran PET/PP/PP-g-MA pada konsentrasi 7 % (rasio berat) berpengaruh terhadap sifat mekanik, termal dan sifat morfologinya. Semakin besar penggunaan filler clay menyebabkan sifat Emodulus meningkat, kuat tarik menurun, elongasi menurun dan kekuatan impak juga menurun. Kekuatan mekanik terbesar dicapai pada penambahan filler 1 % (rasio berat) dan nilai E-modulus terbesar pada penggunaan filler 10% (rasio berat). Sifat termal pada penambahan filler didapatkan kecenderungan meningkatkan kestabilan termal dan menurunnya derajat kristalinitas PP campuran PET/PP/PP-g-MA/filler clay.

Advancement of material engineering makes polymer blend as an important polymer material engineering method among other methods because of its wide applications. In this research, blending between polyethylene terephthalate (PET) and polypropylene (PP) polymer materials using compatibilizer PP-g-MA was produced. Single-screw extrusion machine with temperature parameters of 210oC, 230oC, 265oC and 275oC at 50 rpm was used during mixing process. The influence of filler supplementation on mixture system of PET/PP/PP-g-MA on mechanical properties was carried out by adding filler clay of 1, 3, 5, 7 and 10% (weight ratio).
The mixing result of PET/PP/PP-g-MA and supplementation of filler clay was characterized mechanically (tensile strength, impact strength), thermally (DSC, TGA), and morphologically (SEM). Optimal value of compatibilizer PP-g-MA supplementation was obtained at concentration of 7% (weight ratio) with tensile strength of 29.25 MPa. Supplementation of filler clay into the system of 7% (weight ratio) influenced their mechanical, thermal, and morphological properties. The higher the ratio of filler clay, the higher the E-modulus property, the lower the tensile strength, the lower the elongation, and the lower the impact strength. The highest mechanical strength was obtained at filler supplementation of 1% (weight ratio) and the highest E-modulus value was obtained at filler supplementation of 10% (weight ratio). Thermal properties of filler supplementation tends to increase thermal stability and decrease crystallinity of PP mixed with PET/PP/PP-g-MA/filler clay.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29090
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Handriyanto
"Pada masa depan kebutuhan bahan bakar minyak akan semakin meningkat namun ketersediaan bahan bakar minyak yang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui akan semakin menipis. Selain masalah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan, dalam hal ini adalah pengurangan emisi gas buang. Untuk itulah perlu dicari bahan baker minyak yang terbarukan dan juga ramah lingkungan. Salah satu solusinya adalah bahan bakar biodiesel dari minyak kelapa yang dihasilkan dari tumbuhan melalui proses transesterifikasi. Biodiesel dibuat dengan proses batch dengan prosesor BDP-10FG-BV dengan methanol sebagai pereaksi dan NaOH sebagai katalis. Terdapat tiga langkah dalam pembuatan biodiesel. Pertama adalah pencampuran trigeliceride, methanol and NaOH. Kemudian yang kedua adalah memisahkan biodiesel dari gliserol, dan yang terakhir adalah pencucian biodiesel dengan menggunakan air murni. Prosesor BDP-10FG-BV cocok untuk produksi berskala kecil karena memiliki hasil yang berkualitas baik. Kelemahan dari proses ini adalah waktu produksi yang lama. Biodiesel yang telah dibuat perlu diuji untuk mengetahui apakah bias menggantikan solar. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian spesifikasi biodiesel dan pengujian prestasi mesin serta gas buang. Dalam pengujian prestasi mesin, biodiesel minyak kelapa dicampur dengan solar dengan komposisi 5% biodiesel 95% solar (BM-5), komposisi 10% biodiesel 90% solar (BM-10), komposisi 20% biodiesel 80% solar (BM-20). Dari hasil pengujian spesifikasi biodiesel, didapatkan bahwa biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol masih memiliki gliserol total yang tidak sesuai dengan standar syarat mutu biodiesel. Gliserol total pada biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol memiliki kelebihan 0,0489 [% - massa] dari standar. Sedangkan dari hasil pengujian prestasi mesin, dapat disimpulkan bahwa biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol memiliki nilai efisiensi thermal yang lebih baik dari biosolar dan juga memiliki opasitas yang lebih baik dari solar maupun biosolar. Campuran biodiesel yang terbaik adalah BM-10 untuk efisiensi thermal pada bukaan throttle tetap dan BM-20 pada putaran tetap. Sedangkan untuk opasitas campuran biodiesel yang terbaik adalah BM-5 pada bukaan throttle tetap dan BM-20 pada putaran tetap.

In the future the demand of oil fuel will increase, but because oil fuel is a non renewable energy the supply will decrease. Beside that problem, oil fuel that we used must be care with environment, in this case is reducing of exhaust gas. For that reason, we must search for the oil fuel which made from renewable energy and care with environment. One of the solutions is biodiesel of coconut oil which produce by transesterification process. Biodiesel produced by batch processor BDP-10FG-BV with methanol and catalyst NaOH. There are three step in producing biodiesel. First mixing trigeliceride, methanol and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is washing biodiesel with pure water. Processor BDP-10FG-BV suitable for small scale production because have a good quality result. The weakness is the process need a lot of time. Biodiesel that we made have to be tested to compare with diesel fuel. There are two kind of tested, biodiesel specification test and engine perform and opacity test. In engine perform and opacity test, biodiesel from coconut oil are blended with diesel fuel. The percentage of blending are 5% biodiesel and 95% diesel fuel (BM-5), 10% biodiesel and 90% diesel fuel (BM-10), 20% biodiesel and 80% diesel fuel (BM-20). From the biodiesel specification test result, we got that coconut biodiesel with methanol still had unsuitable total glycerol value from biodiesel standardization. Total glycerol from coconut biodiesel with methanol have 0,0489 [% - mass] surplus than standard. From engine perform and opacity test we got that coconut biodiesel with methanol had better thermal efficiency than biodiesel fuel (biosolar) and had better opacity than biodiesel fuel (biosolar) and diesel fuel (solar). The best blending are BM-10 for thermal efficiency at constant throttle opened and BM-20 at constant rpm. For opacity, the best blending are BM-5 at constant throttle openedand BM-20 at constant rpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Hanafi Setiawan
"PMMA is one of the main raw materials for the injection molding process in the lens industries. Since this process requires extremely careful techniques to obtain lens with the best quality, it leads to a high rate of product rejection. These rejected products do not only pose an issue for the industrial environment and require storage space,
their price also falls significantly. Among the solutions to this problem is to reuse the rejected products as substitute materials for the manufacture of another product?s part such as lamp holders. This process reuses rejected PMMAcontaining products in the ABS base polymer industries so as to generate PMMA-containing products with better physical properties. In this experiment, 10 to 40 % (w/w) of rejected PMMA was blended with ABS resins. The
monomer content in the ABS resins was analyzed by NMR. Moreover, the mechanical, thermal, and morphological properties of the blended products were also examined. The NMR analysis showed that the resin contained 21.6 % butadiene monomer, in which its value was higher than the value required for materials with high-impact class
application. The blend of resins and rejected PMMA (10-30% w/w) could increase the tensile strength value and decrease Izod impact strength and elongation percentage. The morphological analysis showed that this increased PMMA content may also result in widespread brittle areas. Since the blend was designed without compatibilizers,
the DSC analysis indicated that the resulting blend in any ratios was not completely miscible. It was revealed that ABS resins containing 10% PMMA was the best blend for the polymer engineering application and this blend still had adequate properties and elastomer content required."
Polymer Chemistry Group ; Politeknik AKA Bogor, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
J Sanjoy
"Work comporising of manual labor is a distinctive shop floor feature of indian micro-small and medium-scale enterprises in manufacturing sectors. Investigations from an ergonomics perspective have not been performed in Indian plastic processing industries till date. Present paper aims to evaluate physical workload, psychosocial work environment, and subjective workload associated with blending workstations of small and medium scale plastic processing industries, in order to prose context-specific design interventions, An innovative combination of techniques featuring direct observation, questionnaire study, postural assessment, work study, virtual human modeling, and simulation were utilized toward achieving the stated aim. Prevalence of awkward work postures, symptoms of musculoskeletal ailments, and perception of heigh physical demand; urged for design interventions in these workstations. Following evaluation of existing working circumstances; concept model of modified blending workstation along with work accessories were assessed ergonomically in a virtual environment for making it human centric"
Taylor and Francis, 2016
658 JIPE 33:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harnoko S.
"Sekitar tahun 1983 Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijaksanaan deregulasi. Kebijaksanaan tersebut dimaksud untuk memberikan suasana lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejalan dengan itu, dunia usaha juga berusaha menempatkan dirinya agar leading dibidang masing-masing yang semakin kompetitif. Tujuan utama yang berupa profit, growth dan market share harus bisa dicapai, dilain pihak sasa ran yang berupa customer satisfaction, efficient dan productivity harus terpenuhi.
Praktek akuntansi manajemen yang bergaya tradisional belum mampu memenuhi kebutuhan informasi dalam dunia usaha yang memiliki investasi yang bersifat advance manufacturing technology. Berbagai pendekatan strategik dilakukan antara lain dengan cara penggunaan otomasi komputer untuk membantu manajemen dalam penggunaan sumber daya yang menguntungkan untuk memproduksi barang atau jasa yang kompetitif, dalam kaitannya dengan cost, quality dan timing yang tepat. Dengan demikian manajemen dapat mengendalikan dan mengambil tindakan ?untuk mengontrol apa yang menyebabkan aktifitas-aktifitas yang mengkonsumsi sumber daya dan mengeliminir biaya-biaya yang tidak diharapkan untuk terjadi. Di dalam cost man agement system, pengendalian biaya difokuskan pada aktifitas-aktifitas atau kondisi yang menyebabkan/mendorong suatu aktifitas mengkonsumsi biaya.
Munculnya teori activity based costing yang baru dikembangkna di Amerika Serikat merupakan jawaban kebutuhan cost management system, yang merupakan kunci keberhasilan untuk meningkatlan kinerja operasional yang dicerminkan dalam aktifitas-aktifitaS. Sekalipun masih relatif baru, Leon ini berusaha mengejar ketinggalan dan menyelaraskan praktek akuntansi rnanajemen, terutama di Indonesia yang sebagian besar masih beronientasi tradisional.
Lube Oil Blending Plant (LOBP) Pertamina UPPDN III Jakarta merupakan salah satu strategic business unit di lingkungafl Pertamina yang ditugasi mengelola sektor pelumas untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Sebagai BUMN yang telah mendapatkan predikat ?sehat sekali? dan Departemen Keuangan, Pertamina berkewajiban untuk meningkatkan masalah efisiensi dan produktifitas atas kegiatan di Pertamina UPPDN III. Penulis menjadikan LOBP sebagai konsep perancangan cost management system, namun studi ini hanya membatasi pada organisasi manufaktur. Dengan menggunakan sistem ini diharapkan manajemen dapat memperoleh informasi yang relevan untuk melakukari evaluasi atas biaya-biaYa yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan pemicu biaya (cost driver).
Sekalipun masih terbatas pada tahap perancangan, namun diharapkan konsep ini dapat dijadikan sebagai moment untuk memperkenalkan praktek akuntansi manjemen yang relevan dengan kebutuhan perkembangan dunia usaha dewasa ini sebagai upaya continues improvement untuk mengejar ketinggalan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdio Giffary
"Pengolahan minyak mentah membutuhkan kilang minyak dengan investasi yang sangat besar. Pencampuran atau blending minyak mentah, yang dilakukan pada kilang yang sudah beroperasi, adalah proses yang umum dilakukan di dunia migas untuk penghematan biaya. Salah satu industri minyak dan gas di Indonesia berencana untuk melakukan pencampuran minyak mentah dari sebuah sumur minyak berat dan minyak ringan pada kilang minyak yang berada di Sumatera. Namun, minyak campuran tersebut diprediksi dapat menimbulkan masalah baru pada proses transportasi menggunakan pipa. Minyak campuran dikhawatirkan tidak dapat mengalir dalam pipa akibat pengendapan wax, sehingga flow assurance   tidak tercapai. Penelitian ini mengusulkan studi tentang pengaruh pencampuran dua jenis minyak mentah terhadap fenomena mengendapnya wax pada pipa atau disebut wax deposition. Minyak berat "X" dengan karakteristik 24.1 °API dan 15% wax content dicampur minyak ringan "Y" dengan karakteristik 41.1 °API dan 0.121% wax content. Terdapat 2 variabel utama yang akan divariasikan yaitu rasio blending dan penambahan pemanas sebelum pemompaan. Selanjutnya dilakukan variasi terhadap temperatur pemanas untuk diketahui pengaruhnya terhadap pengendapan wax disepanjang pipeline. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak aliran multi-fase dinamis, OLGA v.2017.2.0, untuk mendapatkan profil wax deposition. Rasio blending minyak ringan "Y" dan minyak berat "X" akan divariasikan pada nilai 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, dan 1:7, masing-masing pada kondisi tanpa pemanas dan dengan pemanas. Pemanas di atur pada temperatur 45 oC dan temperatur ambient pada 26 oC.  Variasi berikutnya dilakukan pada temperatur pemanas dengan nilai 35 oC, 40 oC, 50 oC, dan 55 oC dengan rasio blending diatur tetap pada 1:1. Hasil menunjukkan peningkatan rasio blending, penambahan pemanas, dan peningkatan temperatur pemanas menghasilkan penurunan jumlah wax yang mengendap. Semua variasi parameter operasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap fenomena pengendapan wax pada pipa.

Crude oil processing requires an oil refinery with massive investment. The Crude oil blending process in an existing refinery is a common process to overcome this problem. One of Indonesia's oil and gas producer is planning to blend crude heavy and light oil in an oil production facility located in Sumatra. It is anticipated that the oil mixture would encounter transportation problems due to the existence of wax deposition, resulting in a flow assurance problem. This research is conducted to examine the wax deposition as the effect of blending 24.1 °API heavy crude and 41.1 °API light crude oil with 15% and 0.121% of wax content. This research also takes two main experiment variables, the blending ratio and initial temperature. The effect of the heater addition's and its operating temperature were also examined. This study used a dynamic multi-phase flow software, OLGA v.2017.2.0, to obtain a wax deposition profile. The blending ratio of light oil and heavy oil varies 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, and 1:7, each samples was examined in both ambient and heated conditions. The heater was set at 45 oC and ambient temperature at 26oC. The heating temperature was variated at 35oC, 40oC, 50oC, and 55oC with a blending ratio fixed to 1:1. Results showed that with higher light crude oil ratios, the addition of a heater, and higher heater temperatures resulted in lowering the number of waxes that appeared. All variations of the operating parameters show a significant effect on the wax deposition on the pipeline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Yulistri
"Skripsi ini meneliti kependekan kata yang terdapat dalam iklan baris properti. Kependekan pada iklan baris properti lazim digunakan untuk menghemat ruang penulisan dan biaya pemasangan iklan, sehingga banyak ditemukan kependekan dari berbagai macam jenis. Terkait dengan jenis dan pola pembentukan yang beragam, penulis akan memaparkan karakteristik kependekan dalam iklan baris yang diteliti berdasarkan konsistensi dan inkonsistensi penggunaan kependekan tersebut. Data akan dianalisis berdasarkan teori Donalies (2005), Fleischer/Barz (1995) dan Kridalaksana (1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kependekan yang paling banyak ditemukan ialah singkatan dan jenis kependekan yang paling sedikit ialah akronim. Berdasarkan konsistensinya, singkatan termasuk ke dalam jenis kependekan yang tidak konsisten, sedangkan lambang huruf termasuk ke dalam jenis kependekan yang konsisten. Unsur tanda baca juga berperan mendukung pola pembentukan kependekan.

This study examines abbreviation word of property advertisings. The abbreviation generally used for save space and cost which found in various types. The author will explains the characteristics of abbreviation in property advertisings based on the consistency and inconsistency uses referred to the diverse of type and pattern formation. The results showed that the type of the most common abbreviation is the blending and the type of the least stands the acronym. Based on consistency, stands belongs to the blending that is inconsistent, while the symbol of the letter belongs to the kind of consistent abbreviations. Punctuation element also contributes to support the formation of abbreviations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Pudja Asmara
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh Lubes Oil Blending Plant (LOBP) Jakarta dewasa ini adalah perencanaan dan pengendalian persediaan material yang sesuai dengan kondisi yang ada diperusahaan. Beranjak dari masalah tersebut, maka tujuan dari studi ini adalah menyusun perencanaan dan pengendalian persediaan sebagai upaya memperbaiki sistem yang ada.
Dari hasil evaluasi dan analisa, maka diusulkan suatu alternatif untuk pemecahan masalah tersebut yaitu dengan pendekatan Material Requirement Planning (MRP). Masukan utama dari metode MRP adalah Master Production Schedule (MPS) , Bill of Material (BOM) dan inventory Record dan sebagai keluarannya adalah perencanaan produksi atau perencanaan pembelian.
Proses MRP meliputi netting , lotting dengan memperbandingkan tiga teknik lot size untuk mendapatkan ukuran lot yang ekonomis, serta diikuti dengan offseting dan explosion.
Dengan penerapan metode MRP yang diusulkan diharapkan Perusahaan tidak akan kehilangan penjualan potensial sebesar Rp 45,3 miliyar pada tahun 199711998.
Metode MRP dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

ABSTRACT
Problem faced by Jakarta Lubes Oil Blending Plant (LOBP) nowadays are the planning and inventory control problems which must be in accordance with the firm's condition and business environment. Based on the problems identified, the objective of this study is to document the planning and inventory control as a mean to improve the existing system.
From the evaluation and analysis results, it is proposed to use the Material Requirement Planning (MRP) approach to solve the problems.The main input for the MRP method are the Master Production Schedule (MPS), Bill of Material (BOM), and Inventory Record, while the output are the Production Planning and Purchase Order Planning.
MRP processes include the netting and lotting by comparing three lot size technique to find out the most economical lot size and then followed by the offseting and explosion.
By implementing the proposed MRP method, the company would not lose its approximately Rp 45.3 billion potential sales in the year 199711998.
The MRP method also supplies necessary information to be considered in the decision making process.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyanti Mayasari
"

Biodiesel adalah bahan bakar nabati cair yang memiliki karakteristik menyerupai minyak solar dan dapat diperoleh dari bahan baku organik sehingga sifatnya sustainable dan ramah lingkungan. Indonesia memproduksi biodiesel dari Crude Palm Oil (CPO) sejak 2006, namun terdapat permasalahan yaitu keterbatasan lahan, terganggunya ketahanan pangan dan komoditas perdagangan ekspor CPO, selain itu produksi biodiesel di Indonesia belum memiliki tata kelola yang baik serta kurangnya kebijakan yang mendorong pengembangan biodiesel sehingga target pemanfaatan biodiesel tidak tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu model sistem dinamis produksi biodiesel di Indonesia yang mengintegrasikan berbagai variabel, seperti bahan baku, lahan, produktivitas, ekspor CPO dan kebijakan, dilakukan dengan metode pemodelan sistem dinamis menggunakan piranti lunak STELLA. Model yang dihasilkan dapat membantu pencapaian target mandatori pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia pada tahun 2025 serta kemandirian energi dengan penghapusan impor minyak solar di Indonesia melalui simulasi skenario yang dapat digunakan untuk mengajukan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah.

Telah dihasilkan Indonesia Biodiesel Production Model (IBPM) yang memfokuskan pada peningkatan produksi biodiesel. Hasil simulasi pada model menunjukkan bahwa untuk pemenuhan target mandatori 30% biodiesel (B30) pada 2025, dibutuhkan pertumbuhan lahan 5,3%/tahun pada Perkebunan Rakyat (PR), 1,001%/tahun pada Perkebunan Besar Negara (PBN) dan 5,78%/tahun pada Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan kenaikan produktivitas lahan rata-rata secara bertahap hingga 14,75 Ton/Ha serta penurunan ekspor refined CPO hingga 43,05% pada tahun 2025. Sementara untuk penghapusan impor minyak solar, dibutuhkan kenaikan lahan 5,78%/tahun untuk PR, 1,0092%/tahun untuk PBN dan 6,38%/tahun untuk PBS dengan produktivitas yang naik secara bertahap hingga mencapai 14,75 Ton/Ha dan pembatasan ekspor refined CPO hanya sebesar 25,17% pada tahun 2025, nilai variabel input ini akan menghasilkan persentasi blending biodiesel sebesar 60% (B60) pada tahun 2025. Sementara itu kemungkinan penggantian minyak solar dengan biodiesel B100 belum dapat dilakukan karena dampak yang besar terhadap ekspor CPO dan hilangnya insentif biodiesel.

Beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diusulkan di antaranya pemberian izin penggunaan lahan terabaikan, insentif atau pinjaman untuk perluasan lahan, kemudahan perizinan lahan, subsidi bibit unggul dan pupuk serta perbaikan sistem irigasi untuk lahan kelapa sawit dan pembatasan ekspor refined CPO yang merupakan variabel yang paling memengaruhi peningkatan produksi biodiesel di Indonesia.


Biodiesel is a liqud biofuel that has similar characteristic with diesel oil. Biodiesel is produced from organic materials, thus it is sustainable and enviromental friendly. Indonesia has been producing biodiesel from Crude Palm Oil (CPO) since 2006, but there are some issues regarding biodiesel utilization, such as land limitation, food security and CPO export commodity threats. In addition, good management of biodiesel development in Indonesia has not achieved and the lack of supported biodiesel policies are behind the reasons why biodiesel mandate has not been reached in the last few years.

The research aims to build a system dynamics model of biodiesel production in Indonesia, which integrated all the variabels, such as feedstock, land, productivity, CPO export and policies using system dynamics modeling with STELLA software. The model will help to reach the biofuel utilization mandate in 2025 and to gain energy security in terms of elimination diesel oil import, through simulation of policies recommendation scenarios.

Indonesia Biodiesel Production Model (IBPM) has been developed, which focus on increasing of biodiesel production in Indonesia. The simulation shows, to achieve biodiesel mandate of 30% biodiesel in 2025 (B30), cultivation lands need to be increased, as 5,3%/year of small holding land, 1,001%/year of state owned land and 5,39%/year of private owned land. It is also needed to gradually increase land productivity to 14,75 Ton//Ha and decrease refined CPO export to 43,05% in 2025. Whereas to eliminate diesel oil import, land growth rate of small holding, state owned and private owned land are 5,78%/year, 1,0092%/year and 6,38%./year, respectively. Land productivity should be increased gradually to 14,75 Ton/Ha and export of refined CPO must be limited to maximum 25,17% in 2025. These adjusted variables will result biodiesel blending of 60% (B60) in 2025. Meanwhile the option to exchange diesel oil with biodiesel B100 will not be possible, since it will have a great impact on CPO export levy and biodiesel incentives.

There are some policies recommendation according to the simulated scenarios, such as acquiescence to use the abandoned agricultural land, incentive or loan to land expanding, simplicity on land licensing, subvention of quality seeds and fertilizers, improvement of palm oil irigation system and export limitation of refined CPO as the most influenced variable to increase biodiesel production in Indonesia.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benu Hendarto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>