Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Penelitian komunitas moluska di rataan terumbu (reef flat) Kepulauan Natuna Besar, Kabupaten natuna dilakukan selama 10 hari, yaitu 26 Juli - 4 Agustus 2001. Pengamatan dipusatkan di Pulau Bunguran yang meliputi 4 lokasi menurut arah mata angin, yaitu Pulau Bunguran Utara (Teluk Buton), Pulau Bunguran Timur (PUlau Sinumbing dan Pulau Sinua), Pulau Bunguran Selatan (PUlau Kumbik dan Pulau Sebangmawang) dan Pulau Bunguran Barat (Pulau Batubilis). tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan fauna moluska yang meliputi sebaran dan keragamannya. Contoh moluska diperoleh dengan metode transek kuadrat dan data dianalisis menggunakan program COMM. Selama penelitian telah dikumpulkan sekitar 83 jenis (species) dari 31 suku (family) hewan moluska yang meliputi 56 jenis keong (70,58%) dan 27 jenis kerang (29,42%). Karaketeristik dasar/substrat rataan terumbu umumnya didominasi oleh pasir dan karang mati dan pada bagian tubir merupakan pertumbuhan karang bercabang, Acropora spp. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunitas moluska di rataan terumbu Pulau Bunguran, Kepulauan natuna Besar relatif dalam kategori rendah sampai sedang.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mamesah, Juliaeta A.B.
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas dan sebaran spasial Bivalvia serta hubungannya dengan karakteristik lingkungan di Teluk Katania, Seram Barat, Maluku Tengah. Ada 5 stasiun penelitian yaitu : Pelita Jaya 1, Pelita Jaya 2, Pulau Buntal, Pulau Tatumbu, dan Pulau Burung. Anadara maculafa merupakan jenis Bivalvia yang kepadatannya tertinggi (2,5 individu/m2). Nilai H' (indeks keanekaragaman) Bivalvia tertinggi ada di Pulau Burung (H' = 0,958) dan terendah di Pulau Buntal (H' = 0,624). Indeks kemerataan J' tertinggi (J' = 0,843) terdapat di Pelita Jaya 1. indeks kesamaan Morisita C tertinggi adalah antara Pelita Jaya 2 dan Pulau Buntal (C = 0,92). Kondisi substrat di Pelita Jaya 2 dan Pulau Buntal mempunyai persentase Lumpur yang tinggi. Dengan analisis cluster, 5 stasiun penelitian terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I terdiri atas stasiun Pelita Jaya 2 dan Pulau Buntal kemudian kelompok II terdiri atas Pelita Jayal, Pulau Tatumbu, dan Pulau Burung. Analisis diskriminan dengan faktor lingkungan substrat pasir halus dan lumpur juga membagi kelima stasiun menjadi dua kelompok yang sama seperti pada analisis cluster. Substrat lumpur mempunyai kontribusi yang tinggi (96,3 %). Tellina sp merupakan jenis yang penyebarannya luas sebab selalu hadir di setiap stasiun penelitian. Hasil analisis faktorial koresponden membentuk enam kelompok. Penyebaran spasial jenis jenis Bivalvia di 5 stasiun dari hasil analisis tersebut berdasarkan pada kepadatan tertinggi dari jenis jenis tertentu (lima kelompok) dan berdasarkan jenis-jenis yang selalu hadir di setiap stasiun (satu kelompok). ......Bivalvia, also known as Pelecypoda, is the second largest class in phylum Mollusca. This group has 28.000 species (Barth & Broshear, 1982) and about 1000 species of Bivalvia live in Indonesian waters (Nontji, 1987). Information about Bivalvia in Kotania Bay has not been known well. Based on those fact, a research on the community structure and spatial distribution of Bivalve in the waters of Kotania Bay was conducted in February 1996. The aim of study was to find out the relationship between Bivalvia community structure with environmental factors in the waters of Kotania Bay. The spatial distribution of Bivalvia in several small islands in Kotania Bay was also studied. Hopefully, the results can be used as basic information for father research. The research was conducted in five stations, i.e. Pelita Jaya 1, Pelita Jaya 2, Buntal Island, Tatumbu Island, and Burung Island. The sampling method used in the study was belt transact. The water conditions measured were water temperature, salinity, and pH. The substrates were characterized by the sediment fractions. Temperatures in the research stations ranged between 29.5°C and 31 °C, the range of pH is between 7 and 8.4. Water salinities in the research stations varied between 22 % and 30 %. Substrates in the research stations mostly contained sand with the very high percentage of very coarse sand. Silt was the smallest fraction found in the substrate. In five research stations, 32 species of Bivalvia belonging to 15 families were collected. Anadara maculata had the highest density (2.5 individulm2) of all Bivalvia species found. The highest H' value (diversity index) of Bivalvia was in Burung Island (H' = 0.958) and the lowest was in Buntal Island (H' = 0.624). The highest evenness index J' = 0.843 was found in Pelita Jaya 1. The highest similarity index was shown by Pelita Jaya 2 and Buntal Island. Substrates in Pelita Jaya 2 and Buntal Island were dominated by silt. Cluster analysis at five research stations divided the stations into two groups. Group I, defined by Pelita Jaya 2 and Buntal Island. Group ii, defined by Pelita Jaya 1, Tatumbu Island, and Burung Island. Discriminant analysis based on two environmental factors, i.e. very fine sand and silts, also divided the stations into two similar groups as cluster analysis did. The silt factor had high contribution (96.3%) in separating the stations. Factorial correspondence analysis classified the species of Bivalvia into six groups. Based on the highest density of the certain species (five groups) and on the common species found in all stations (one group). Among the species collected Tellina sp was the common species found in the five stations. Spondylus squamosus, Trachydarium subrugosum, and Vulsella vulsella were found only in Pelita Jaya 2. Pitar subpellucidus, Septifer hi/ocular-is, Fimbria fmbriata and Chama pacifica were found only in Burung island. The species of Bivalvia only found in Pelita Jaya 1 were Atrina vexillum, Tellina staurella, Chama ruderalis, Limaria fragilis, and Clycymeris pectunculus.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Eve Berliana
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang struktur populasi kerang Pinna muricata dan korelasinya dengan kepadatan lamun di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan menganalisis struktur populasi kerang Pinna muricata yang meliputi kelimpahan, persebaran, dan ukuran, serta mencari tahu ada atau tidaknya korelasi dengan jumlah lamun di sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan transek sepanjang 50 meter yang dibentangkan mengelilingi pulau secara tegak lurus dari pantai. Pada jalur transek tersebut diletakan kuadrat dengan luas 10×2 m2 sebanyak tiga buah dengan jarak antar kuadrat adalah 10 m. Pinna muricata yang ditemukan pada tiap kuadrat dihitung dan diletakan kuadrat kecil seluas 1×1 m2 dengan posisi sehingga Pinna muricata berada di tengah kuadrat tersebut. Tegakkan tiap jenis lamun yang ada dalam kuadrat kecil dihitung. Setelah itu, cangkang kerang diambil dari substrat dan dihitung morfometrinya menggunakan penggaris. Tiap data yang didapat ditampilkan dalam tabel, dan dibandingkan dengan data yang didapat pada penelitian sebelumnya. Data jumlah Pinna muricata, jumlah tegakkan lamun, dan panjang total cangkang diuji dalam rumus Uji Korelasi Spearman. Hasil menunjukkan bahwa jumlah kerang Pinna muricata menurun sampai 42,6%, dan panjang total cangkang dari Pinna muricata menurun 13,49% dibandingkan dengan penelitian pada tahun 2003. Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukan adanya nilai korelasi positif antara jumlah Pinna muricata dan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi 0,86, namun, ditemukan nilai korelasi negatif antara panjang total cangkang Pinna muricata dengan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi -0,51. ......A research about the population structure of Pinna muricata and its correlation with the number of seagrass shoots around them had been conducted. The purpose of this study was to count, compare, and analyze the population structure of Pinna muricata in the shape of their numbers, distributions, and size, then finding out whether or not those factors have any correlations with the number of seagrass’ shoots around them. Data collecting was done with a 50 meter line transect placed vertically with shoreline. On the transect track, a 10×2 m2 quadrats was placed three times, with the distance of each quadrats is 10 m. Each Pinna muricata that was found on the quadrat was counted, and then a smaller quadrat with the size of 1×1 m2 was put in a way that makes the Pinna muricata is placed on the center of the small quadrat. Every seagrass’ shoots that was found on the small quadrat was counted. Then Pinna muricata was picked from its substrate to measure its morphometrics. Every data that was found was displayed on a table to be compared with previous research. The number of Pinna muricata that was found, number of seagrass’ shoots, and the total length of Pinna muricata was analyzed using the Spearman’s Rank Correlation Coefficient formula. Results show that the number of Pinna muricata had decrease by 42,6%, and the total length of Pinna muricata had also decrease by 13,49% when compared to a previous study in 2003. The results of Spearman’s rank correlation coefficient showed a positive correlation between the number of Pinna muricata and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is 0,86. The result also showed a negative correlation between the total length of Pinna muricata’s shell and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is -0,51.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Budihardjo
Abstrak :
Hasil penelitian tentang di Madura yang dilakukan pada bulan Juli 1995 sampai dengan bulan Juli 1996 telah diketemukan empat species Baru di perairan Indonesia, yaitu Solen abbreviatus, Solen comeus, Solen malaccensis dan Solen timorensis. Solen merupakan makanan tambahan untuk lauk pauk, cemilan dan sebagai penyedap (petis). Solen regularis, Solen malaccensis dan Solen leanus mempunyai kandungan protein masing-masing 10,73%;12,34%; 11,29%. Kandungan karbohidrat 4,1%, 5,39% dan 6,66%. Sedangkan kandungan lemak 1,22% dan 1,29 % dan kandungan air sebesar 79,33%, 79,46% dan 75,68%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library