Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berlian Nuh H.J.
Abstrak :
Pemunculan film Ayat-ayat Cinta menimbulkan tanda tanya, apakah terdapat indikasi bahwa usaha perbioskopan dewasa ini masih banyak diwarnai oleh praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat mengingat sejarah mencatat bahwa pada masa-masa yang lalu usaha di sektor ini banyak di dapati praktik anti persaingan usaha. Melalui Undang-undang No.5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat sebagai tolok ukur dan sumber data primer maupun sekunder, fakta-fakta akan ditelaah sehingga dapat diambil kesimpulan. Studio Bioskop operasionalnya sangat bergantung dengan adanya pasokan film, tanpa film tidak mungkin studio bioskop dapat bekerja dengan baik. Minimnya pasokan film yang di butuhkan di pasaran salah satu penyebabnya kemungkinan di sebabkan pemenuhan permintaan pasokan yang besar akan film oleh Group 21 hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya pasokan bagi studio bioskop yang lain, kebutuhan pasokan film yang besar dari Group 21 kemungkinan dapat di sebabkan karena banyaknya studio bioskop yang dimilikinya, dimana hal tersebut mencerminkan pangsa pasar yang dikuasai, dikarenakan demikian tidak menutup kemungkinan kondisi tersebut berhubungan dengan ketentuan mengenai Posisi Dominan dalam Undang-undang No.5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. ......Film appearances of "Ayat-ayat Cinta" to evoke sign ask, what exists that indication effort about cinema mature it stills a lot of dyed by practice monopolizes and insanitary effort emulation remember history to note that on efforts last terms at sectorallies it a lot of at dropped upon practice anti effort emulation. Via No.5's Law year 1999 About Prohibition Praktik Monopolizes and insanitary Effort emulations as yardstick and primary data sources and also secondary, facts will be studied so get to be taken by conclusions. Operational Cinema studio its very dependent with marks sense film supply, without film may not cinema studio can work properly. Its minim is film supply that at needs at marketing one of cause it pretty much at causes accomplishment sees dammed hell first big supply will film by Group 21 it can beget its dwindling supplies for the other cinema studio, film supply requirement that big of Group 21 possible get at cause since a lot of cinema studio that its proprietary, where does that thing reflect henpecked market compartment, because of such doesn't close that condition possible in reference to rule hit Dominant Position in Statute No.5 year 1999 About Prohibition Practice Monopolizes and Insanitary Effort emulations.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
S24757
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adissa Rebecca
Abstrak :
Skripsi ini membahas kekuatan persaingan di dalam industri bioskop sinepleks di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan desain analisis deskriptif, dengan mengaplikasikan teori dan model Five Porter Forces. Hasil penelitian menunjukkan rendahnya ancaman pemain baru, kekuatan pembeli, ancaman barang substitusi, dan persaingan antarperusahaan dalam industri bioskop. Kekuatan pemasok dalam industri ini juga cenderung rendah. Struktur industri bioskop seperti yang digambarkan dalam lima kekuatan model Porter Five Forces ini menunjukkan rendahnya kekuatan persaingan dalam industri bioskop.
This thesis discusses the forces of competition in the cinema industry in Indonesia. This research uses qualitative method and descriptive analysis design, by applying the theory and model of Five Porter Forces. The results show the low threat of new entrants, buyer power, threats of substitutes, and rivalry among existing competitors in the cinema industry. The power of suppliers in this industry is relatively low too. The cinema industry structure as illustrated in the Porter Five Forces shows the low level of competition in the cinema industry.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Liveright, 1972
791.437 AME
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Diba Subandrio
Abstrak :
Persil Empat (4) pada pengembangan TOD Harmoni Kelompok Sudut diperuntukkan sebagai area komersil. Tipologi Bioskop dipilih sebagai magnet penarik massa. Program ruang dimodifikasi dengan menggunakan prinsip disprogramming antara dua tipologi ruang yang berbeda agar penggunaan fasilitas dapat maksimal. Tipologi ruang yang digabung adalah bioskop dan teater seni tampil. ......Plot Four (4) in the development of the Sudut Group Harmony TOD is designated as a commercial area. Cinema Typology was chosen as a mass attracting anchor. The space program is modified by using the principle of disprogramming between two different room typologies so that the use of the facilities can be maximized. The combined space typologies are cinemas and performing arts theaters.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bintari Yuniati Mauliana
Abstrak :
ABSTRAK
Banyaknya bioskop jaringan berkonsep sinepleks tidak menghalangi lahirnya bioskop alternatif. Bioskop alternatif ini memfasilitasi adanya diskusi mengenai film antar penggemar film atau dengan pembuat film. Penggemar film memiliki preferensi tersendiri dalam memilih bioskop untuk menonton film, dengan melakukan wawancara kualitatif pada penggemar film yang menonton film di bioskop alternatif diharapkan dapat diketahui motivasi yang melatarbelakangi pemilihan bioskop untuk menonton film. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat beberapa motivasi terkait dengan pemilihan bioskop di Jakarta. Terdapat perbedaan pola pemilihan antara bioskop jaringan dan bioskop alternatif. Faktor jarak berpengaruh terhadap pemilihan bioskop jaringan. Selain itu dari penelitian ini didapatkan bahwa umumnya karakteristik penggemar film di bioskop alternatif adalah cenderung berumur muda, menyukai seni dan hiburan, serta memiliki motivasi intelektual, status dan sosial.
ABSTRACT
High number of Cineplex doesn?t preclude the emergence of alternative cinema. Alternative cinema provides movie discussion among movie buffs or along with the movie makers. Movie buffs themselves have different preferences in choosing place to watch movie. Through qualitative interview with movie buffs who watch movie in alternative cinema, it is aimed to discover the motivation behind cinema choice for watching movie. The result of analysis showed that there are several motivations which influence cinema choices in Jakarta. There is different pattern of cinema choices between network cinema and alternative cinema. Distance factor influences the network cinema choices. Beside that, from this research, it is discovered that movie buff characteristics for alternative cinema generally young age, like art and entertainment, and also have intellectual, status, and social motivation.
2016
S64763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steele, James
Chichester: Academy Editions, 1996
725.822 STE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Steele, James
Chichester: Academy Editions, 1996
725.822 STE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Steele, James
Chichester: Academy Editions, 1996
725.822 STE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jufry
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam kurun lima tahun terakhir ini Indonesia tengah dilanda gejolak sosial budaya sebagai akibat berbagai inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi. Berbagai kemajuan, khususnya di bidang teknologi komunikasi telah menimbulkan suatu revolusi dalam proses penyebaran informasi melalui media massa terhadap aspek kehidupan, khususnya melalui media massa audio visual. Sebagai dampak dari kemajuan tersebut suatu kenyataan baru harus dihadapi media audio visual Indonesia bahwa dalam era global mendatang mau tidak mau harus bersaing dengan media audio visual impor dengan tanpa proteksi dan dukungan Pemerintah kecuali pasar yang menentukan. Menghadapi kenyataan ini, dunia perfilman Indonesia dihadapi pada posisi sulit sekaligus dilematis. Berbagai infra struktur dan dukungan teknologi, manajemen, sumber daya dan perlindungan Pemerintah belum membentuk suatu keatuan yang siap bersaing di pasar babas. Kondisi di atas lebih diperburuk lagi dengan belum terciptanya "kesetiaan dan kecintaan" masyarakat penonton dalam negeri terhadap film-film nasional.

Masalah yang dihadapi oleh film Indonesia bukan hanya datang dari masalah internal ketidak siapan insan film Indonesia mengemas produksi film dengan kualitas yang diharapkan oleh masyarakat penonton, tetapi masalah juga datang dari faktor eksternal, yakni semakin maraknya program-program siaran televisi lima tahun dan dilema bersaing dengan film impor khususnya film-film produksi Hollywood, Amerika, yang menguasai 90 % bioskop-bioskop di Indonesia.

Memang harus diakui, dominasi film-film Amerika hampir merasuk keseluruh negara dibelahan bumi ini. Akan tetapi situasi ini harus terus diupayakan melainkan media menentukan agenda khalayak tidak digunakan dan dijadikan pegangan dan dapat segera ditanggulangi, setidak-tidaknya tetap mengupayakan menempatkan film dalam negeri sebagai bagian utama pertunjukkan film di gedung bioskop di Indonesia dan keberadaan film Amerika itu sendiri harus dikondisikan seperti rencana semula yakni sebagai suplisi atau pelengkap pertunjukkan film di bioskop. Akan tetapi fakta lapangan mengisyaratkan cengkeraman film-film produksi Hollywood amat dirasakan, bahkan mampu menekan jumlah produksi dan menggeser minat masyarakat untuk menyaksikan pertunjukkan film-film yang dihasilkan Indonesia. Padahal sebagai negara besar yang memiliki jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia tentu mempunyai pangsa pasar cukup potensial untuk memasarkan film Indonesia. Hanya saja sejauhmana insan film Indonesia memaksimalkan pemanfaatan potensi yang ada, inilah yang menjadi pemikiran awal melakukan penelitian ini. Atas dasar pertimbangan di atas, penelitian ini mengacu pada "teori uses and gratifications" dan beberapa teori-teori lain yang menempatkan harapan, keinginan, kebutuhan dan selektifitas khalayak atas pesan yang disampaikan oleh media ditentukan oleh khalayak sendiri. Secara khusus penelitian dengan mengacu "teori uses and gratifications" ini berangkat dari pemikiran apa yang diinginkan khalayak terhadap media, bagaimana selektifitas khalayak dalam memilih berbagai media pertunjukkan film, sejauhmana penggunaan media film oleh khalayak dan bagaimana manfaat atau kegunaan pesan yang disampaikan oleh media pada diri khalayak, Penelitian ini menghimpun penilaian dan pendapat khalayak terhadap film Indonesia dan film Amerika yang pernah mereka saksikan selama tahun 1995 - 1996. Semua penilaian dan pendapat tersebut dihimpun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan.

Selanjutnya dari seluruh pertanyaan yang ada dipilih dan digunakan sebagian saja, khususnya yang menyangkut inti terpenting dari penelitian. Sedangkan subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, terdiri dari Fakultas Ilmu Sosial Politik, Fakultas llmu Administrasi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik dan Fakultas Farmasi, Penetapan responden dilakukan secara kuota yang ditetapkan 100 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada pihak lain yang terkait dalam proses produksi film sebagai upaya cross check atas hasil-hasil yang diperoleh. Untuk melengkapi argumentasi dikombinasikan pula dengan menghimpun data dan kepustakaan yang terkait dengan masalah penelitian, Berdasarkan teori di atas maka penelitian ini akan menghimpun penilaian dan pendapat khalayak terhadap film Indonesia dan Amerika tahun 1995-1996. Semua penilaian dan pendapat tersebut dihimpun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebanyak 60 item pertanyaan. Sebagai subyek penelitian adalah publik mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta dengan responden dilakukan secara kuota (100 responden) mengingat luasnya subyek yang menjadi sasaran penelitian ini.

Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada pihak lain yang terkait dalam proses produksi film sebagai penilaian ulang (cross check) atas hasil-hasil yang diperoleh. Untuk melengkapi argumentasi dikombinasikan pula dengan menghimpun data dan perpustakaan yang terkait dengan masalah penelitian.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>