FTTH (Fiber to the Home) menjadi salah satu bidang teknologi yang berkembang pesat untuk pemanfaatan internet dan jaringan aksesnya. Pemanfaatan internet menggunakan FTTH umumnya menyesuaikan lokasi dan kepadatan penduduk. Hal tersebut untuk menentukan metode yang tepat dalam menyediakan layanan internet melalui FTTH. Pada daerah urban, kepadatan penduduk tinggi mengindikasikan pengguna layanan internet yang tinggi. Pengguna layanan internet di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2022 mencapai sebanyak 224 juta pengguna. Permintaan kapasitas akses internet juga meningkat. Kapasitas lebih tinggi sangat penting untuk teknologi yang akan datang. Penelitian ini mempelajari perancangan teknologi FTTH berbasis TWDM-PON, M-Channel 10 Gigabit - Passive Optical Network, untuk memenuhi kebutuhan kapasitas akses internet yang semakin meningkat. Perancangan mempertimbangkan 2 konfigurasi TWDM PON, yaitu konfigurasi data rate simetris dan asimetris, splitting ratio 1:128, disimulasikan pada Optisystem. Menurut ITU, standar TWDM-PON Loss Budget adalah 29 dB untuk kelas N1 ODN dan Q-factor adalah 6 serta minimum jangkauan penggelaran 20 km (DD20). Dari hasil perancangan, TWDM-PON konfigurasi data rate simetris mencapai target penggelaran pada jarak 20 km, memenuhi Loss Budget sebesar 28,96 dB dengan Q-factor downstream dan upstream masing-masing 6,22 dan 6,11. Konfigurasi data rate asimetris tercapai pada jarak 21 km memenuhi Loss Budget sebesar 28,95 dB dengan Q-factor downstream dan upstream masing-masing 6 dan 13. ......FTTH (Fiber to the Home) is a technology field that is growing rapidly for the use of the internet and its access network. Utilization of the internet using FTTH generally adjusts to location and population density. This is to determine the right method of providing internet services via FTTH. In urban areas, high population density indicates high internet service users. Internet service users in Indonesia have increased every year and by 2022 there will be as many as 224 million users. The demand for internet access capacity is also increasing. Higher capacities are critical for future technologies. This research studies a design FTTH technology based on TWDM PON, M-Channel 10 Gigabit - Passive Optical Network. The design considers 2 configurations of TWDM PON, namely symmetric and asymmetric data rate configurations for a 1:128 splitting ratio, simulated using Optisystem. According to the ITU standard, the Loss Budget standard is 29 dB for the N1 ODN class and Q-factor standard is 6 for minimum 20 km distance of TWDM PON (DD20). Based on designed TWDM PON with 1:128 splitting ratio at 20 km for each channel shows that symmetric data rate configuration has satisfied the Loss Budget of 26.96 dB. Q-factor on downstream and upstream are 6.22 and 6.11, respectively. In comparison, asymmetric data rate configuration at 21 km shows that the obtained power is 26.95 dB, and Q-factor on downstream and upstream are 6 and 13, respectively.
Jaringan seluler merupakan teknologi yang terus berkembang karena terus meningkatnya kebutuhan pengguna. Kebutuhan ini mendorong lahirnya 5G yang diharapkan dapat mendukung Massive Machine Type Communication (mMTC), Enhanced Mobile Broadband (eMBB), dan Ultra-Reliable and Low Latency Communication (uRLLC). Dalam mendukung aplikasi ini dibutuhkan kecepatan pengiriman data yang tinggi terutama pada jaringan fronthaul untuk mendukung akses radio ke pengguna. Teknologi bidirectional radio over fiber pada gelombang milimeter memiliki prospek tinggi bagi jaringan 5G fronthaul, namun terjadinya dispersi data menjadi hambatan dalam memperoleh kinerja sistem yang optimal. Penelitian ini merancang sistem bidirectional radio over fiber dan melakukan optimasi sistem dengan dispersion compensating fiber (DCF). Penelitian mengamati kinerja sistem pada variasi jarak dan bit rate dengan menganalisis parameter Bit Error Rate (BER) dan Q Factor. Hasil penelitian menunjukkan pada rancangan sistem bidirectional Radio over Fiber skema downstream mencapai standar pada jarak 1-2 km dengan peak bit rate 16 Gbps, sedangkan skema upstream mencapai standar pada jarak 1-4 km dengan peak bit rate 16 Gbps. Sementara itu, rancangan sistem bidirectional Radio over Fiber dengan penambahan DCF, menunjukkan peningkatan kualitas sinyal sebesar 150% pada skema downstream dan peningkatan 140% pada skema upstream, dengan memenuhi standar pada jarak 1-15 km dengan peak bit rate 16 Gbps. ......The cellular network continues to grow due to the increasing needs of users. Recently, the 5G network has offered not only higher capacity mobile broadband known as Enhanced Mobile Broadband (eMBB) but also Massive Machine-Type Communications (mMTC) and Ultra-Reliable and Low Latency Communication (uRLLC). These promising applications require high data transfer, especially in fronthaul networks, to support radio access to users. The millimeter wave-based bidirectional Radio over Fiber (RoF) technology is prospective for 5G fronthaul due to its reliable link performance. However, dispersion has become an issue in obtaining an optimum performance in desired distances. This research designs a bidirectional radio over fiber system and studies a dispersion compensating fiber (DCF) optimization. The system is analyzed with Bit Error Rate (BER) and Q Factor parameters by varying distances and bit rates. The bidirectional Radio over Fiber system achieves the standard at 1-2 km with a peak bit rate of 16 Gbps for the downstream scheme, while the upstream scheme achieves the standard at 1-4 km with a peak bit rate of 16 Gbps. Moreover, the bidirectional Radio over Fiber system with DCF shows a 150% increase in signal quality for the downstream scheme and a 140% increase for the upstream scheme by meeting the standards at 1-15 km with a peak bit rate of 16 Gbps.