Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Tamaseri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas pelayanan rawat jalan puskesmas Berastagi, yang didasarkan pada kesenjangan antara harapan dengan persepsi pasien terhadap pelayanan dengan menerapkan metode SERVQUAL. Analisis kesenjangan dikaji pada 5 dimensi pelayanan, yaitu dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden, yaitu pasien rawat jalan Puskesmas Berastagi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kinerja pelayanan rawat jalan Puskesmas Berastagi belum sepenuhnya dapat memberikan kepuasan pada pasien, karena masih terdapat gap antara harapan dengan persepsi pasien pada kelima dimensi pelayanan. Nilai kesenjangan yang paling besar antara persepsi dengan harapan pasien terdapat pada dimensi assurance, diikuti oleh dimensi reliability, dimensi responsiveness, dimensi emphaty, dan dimensi tangible. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rawat jalan puskemas Berastagi pada kelima dimensi pelayanan, sehingga tercipta pelayanan yang mampu meningkatkan kepuasan pasien.

This study aimed to assess the outpatient service quality of Berastagi's public health center, which is based on the gap between the patient's expectation and patient's perception of services by applying SERVQUAL method. Analysis gap studied in 5 dimensions of service, the dimension of tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy. The research method used is the survey method and cross sectional. Research instrument using questionnaires with a total sample of 100 respondents, namely outpatient of Berastagi's public health center. Based on the results of the study concluded that the outpatient service performance of Berastagi's public health center can not fully satisfy their patients, since there is still a gap between the patient's expectation and patient's perception of the five dimensions of service. The greatest value of the gap between patient's perception and patient's expectation are the assurance dimension, followed by the reliability dimension, responsiveness dimension, empathy dimension, and tangibles dimension. It is necessary need efforts to improve outpatient service quality of Berastagi's public health center in the five dimensions of service, so as to create services that can improve patient satisfaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31550
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Egia Anintana
"Tesis ini meliputi gambaran mengenai pemaknaan umat terhadap ornamen-ornamen pada gereja Katolik yang mempunyai tema inkulturasi. Tema inkulturatif disini adalah nama yang dipakai pada sebuah gereja Katolik di Kota Berastagi yang berkisar pada penggunaan arsitektur rumah adat Karo, masyarakat setempat. Penelitian mengenai pemaknaan ornamen pada gereja tema inkulturatif ini mempunyai tujuan berusaha menampilkan gambaran ornamen-ornamen apa yang penting dan tidak penting menurut umat. Selain metode wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan, dengan ikut mengikuti kegiatan Gereja Katolik Inkulturatif Karo di Berastagi selama 5 bulan, terhitung dari bulan Juni hingga Desember 2006. Penelitian ini menemukan bahwa pemaknaan terhadap ornamen beragam bentuknya. Umat memaknai ornamen gereja yang sakral dari pada ornamen Karo, dan salib merupakan bentuk simbol yang sangat dimaknai dalam kehidupan orang Katolik. Ornamen Karo dimaknai sebagai tanda yang menunjukkan identitas orang Karo, ornamen Karo yang utama adalah bentuk rumah adat dengan Tersek dan ret-ret. Sejarah pembangunan Gereja Katolik Inkulturatif Karo memiliki latarbelakang rencana yang matang dan sudah menjadi blueprint dari kebijakan Katolik Roma, dari Konsili Vatikan II. Berawal dari adanya beberapa bangunan gereja Katolik dengan tema inkulturatif, Uskup Datubara memindahkan Pastor Leo yang sukses membangun Gereja Katolik Inkulturatif Toba di Pangunguran ke Paroki Kabanjahe. Transformasi budaya atau perubahan budaya terlihat dari penelitian mengenai perubahan pemaknaan ornamen tradisional Karo. Beberapa faktor pendukung terjadinya perubahan pemaknaan ini adalah media dimana dicantumkan ornamen tradisional. Faktor utama perubahan pemaknaan adalah jaman atau waktu. Lalu, faktor berikutnya adalah keadaan masyarakat yang cenderung tidak lagi memakai ornamen tradisional. Kehadiran dari keadaan baru bentuk arsitektur rumah ibadat yang dikolaborasikan dengan rumah adat ini jelas ?menggelitik? rasa pemaknaan yang berbeda baik terhadap sosok sebuah rumah ibadat. Pemaknaan terhadap sesuatu yang baru dapat berimplikasi kepada makna baru, makna yang baru dapat berimplikasi kepada perilaku baru. Budaya baru terlihat dari perubahan pemaknaan komunitas terhadap suatu fenomena yang baru.

This thesis is a description of interp retation of the to Catholic Church ornaments with a theme inculturation. Inculturative is anyway a part of the name of this church, positioned in Berastagi. The theme inculturative on the church is seen on the use of traditional Karonese architecture. This research has a mision to reflect the description which ornaments is important, the churhces ornaments or the traditional ones, to the people in the church itself. Participation observation and interview is the methods used in this research, while following activities in t he Karonese Inculturativ e Catholic Church intensively about 5 months, counted from June to December 206. This research found that the members? interpretation to the ornaments has several variations. The curch members sense the churches ornaments as sacral ornaments rather than the Karonese ones, and cross is a symbol which deeply interpreted in the Catholics lives. Karonese ornaments sensed as a sign which shows the identity of Karonese. Tersek and ret-ret is the ones very sensed as Karonese architectural ornaments. The history of the devel opment of this Karonese Inculturative Catholicchurch is a well planned and a blueprint from the Rome Catholic, started from Konsili Vatikan II. Before this church there are several Cat holic Churches with inculturative theme, Bis hop Datubara moves Father Leo, who succesfully built Tobanese Inculturative Catholic Church in Pangururan to the Kabanjahe Parish. Cultural transformation or cultural change is shown from this research about the changing of interpretation of Karonese traditional ornament. Some factors to this changing is the media where the ornaments are aplied, ti me phase is the primary factors. Next, the condition of people which mainly us e the traditional ornaments no more. New shape of a church architecture, colaborated with traditional architecture, trully challe nge a different interpretation even to a praying house. Interpretation to something new can implicated to new behavior. New culture seen from the changes of comunities interpretaion to a new fenomena."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T22723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sri Alem Br.
"Disertasi ini membahas mekanisme terwujudnya keragaman, dinamika dan kontinuitas
perilaku berbagi dan tidak berbagi (shared dan unshared) pengetahuan antarsubjek
dalam suatu komunitas yang bersifar situasional dari waktu ke waktu. Mekanisme
belajar dan transmisi pengetahuan yang terlaksana melalui berbagi dan tidak
berbagi, menjadi bagian dari dan berada dalam kegiatan keseharian para praktisi
dalam komunitasnya. Fenomena itu ditemukan dalam keseharian petani sayur Karo di
Berastagi, Sumatera Utara.
Pendekatan connectionism menjadi acuan dalam menjelaskan fenomena keragaman
perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan, khususnya tentang pestisida. Hasil
penelitian menemukan tiga varian utama perilaku berbagi dan tidak berbagi
pengetahuan dengan tiga konsekuensi pada struktur ekstrapersonal subjek.
Konsekuensi itu mempengaruhi terbentuknya skema pengetahuan subjek yang juga
beragam tergantung pada karakteristik setiap konsekuensi pada struktur
ekstrapersonal. Karakteristik konsekuensi perilaku berbagi dan tidak berbagi
pengetahuan itu ternyata menunjukkan keagensian pada pelaku dan juga liyan.
Temuan disertasi ini memberikan kebaruan pada model penjelasan connectionism
untuk mengungkapkan mekanisme terwujudnya keragaman. Temuan disertasi ini juga
memperkuat fenomena keragaman agensi dan menambahkan temuan sebelumnya
bahwa keragaman dan dinamika itu terwujud melalui mekanisme penyembunyian
pengetahuan, konstruksi/seleksi relasi dan aliansi, serta kompetisi dan kepentingan
ragam subjek. Faktor kontekstual yang berkonstribusi pada terwujudnya keragaman
itu terkait dengan kelangkaan sumber daya, serangan penyakit dan hama, tingginya
fluktuasi harga, serta hawa atau cuaca. Sebagian dari faktor kontekstual ini terkait
dengan dimensi historis, serta kondisi risiko dan ketidakpastian yang sehari-hari
dihadapi petani. Pengetahuan-pengetahuan mengenai masalah-masalah itu lah yang
sebagian dibagi dan bagian lainnya tidak dibagikan, terutama terkait dengan pestisida.
Fenomena berbagi dan tidak berbagi pengetahuan menyebar menjadi perilaku bersama
mewujudkan shared concealment atau shared secrecy, dan mewujudkan pelaku yang
memiliki kemampuan secretive agentic.
This dissertation discusses the mechanism of the occurrence of diversity, dynamics
and continuity of shared and unshared knowledge among subjects in a community,
which is situational over time. Learning mechanisms and knowledge transmission
carried out through shared and unshared knowledge became part of and are in the
daily activities of practitioners in their communities. This phenomenon is found in the
daily life of the Karo vegetable farmers in Berastagi, North Sumatra.
The connectionism approach becomes a reference in explaining the phenomenon of
diversity in the shared and unshared knowledge behavior or practices, especially about
pesticides. The study found three main variants of shared and unshared knowledge
behavior with three consequences on the subjects extrapersonal structure. These
consequences affect the formation of subject knowledge schemes which also vary
depending on the characteristics of each consequence on the extrapersonal structure.
The characteristics of the consequences of shared and unshared knowledge reveal the
capacity of agency within the Self and the Others. The findings of this dissertation
give a novelty to the connectionism explanation model to reveal the mechanisms of
diversity knowledge production. The findings of this dissertation also reinforce the
phenomenon of agency diversity, as well as the mechanisms for the emergence of
diversity. Those diversity and dynamics are realized through the mechanisms of
concealment of knowledge, construction/selection of relations and alliances, and the
competition and interests of various subjects. Contextual factors that contribute to the
occurrence of diversity are related to scarcity of resources, disease and pest
interferences, high price fluctuations, and hawa or weather. Some of these contextual
factors are related to historical dimensions, as well as the daily conditions of risk and
uncertainty faced by farmers. Knowledge about the problems is partly shared and
other parts are unshared, especially related to pesticides. The phenomenon of shared
and unshared knowledge spreads into shared behavior, realizing shared concealment
or shared secrecy, and manifesting actors who have secretive agentic capabilities"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library