Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Sutrisno
"Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Diperkirakan penyakit tersebut menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara. Berdasarkan hasil survei cepat (Rapid Mapping) Filariasis tahun 2000 menunjukkan jumlah kasus kronis sebesar 6.500 orang tersebar di 1.553 desa. 674 puskesmas dan 231 Kabupaten/Kota- Microfilaria Rate (Mf. Rate) : 3.1 % (Ditjen PPM-PL. 2001). angka ini jauh lebih tinggi dari standar Mf. rate < 1 %. Deegan Mf. Rate 3,1 berarti penularan masih terus berlangsung (WHO. 2000). Di Kabupaten Bekasi sampai dengan September 2003 ditemukan 61 kasus klinis dan Mf. Positif 155 orang di 13 kecamatan dari 23 kecamatan dengan Mf. Rate rata-rata 1.30 %, sehingga transmisi penyakit kaki gajah masih mengkhawatirkan. Penemuan penderita dan sebaran kasus cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir karena meningkatnya kualitas informasi dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kaki gajah (Filariasis).
Langkah-langkah pengembangan mengikuti tahapan metode System Development Life Cycle (SDLC) seperti planning, analysis, design. implementation, maintenance dan evaluation yang memadukan konsep Data Base Management System (DBMS) dan data spatial sehingga menjadi kekuatan dalam SIG. Hasil analisis sistem dapat mengidentifikasi permasalah pada pengelolaan informasi penyakit kaki gajah. serta alternatif pemecahannya pada setiap aspek (input, process dan output).
SIG Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) dapat menghasilkan output dalam bentuk tabel untuk pelaporan, grafik serta peta. Dengan SIG sebaran kasus(difusi) selama 3 (tiga) tahun dapat dilihat bahwa adanya difusi ekspansi kasus klinis maupun Microfilaria Positif pada desa-desa yang telah disurvei. Hasil analisis overlay antara daerah endemis dengan sebaran kasus klinis dapat dilihat adanya kasus klinis pada daerah non endemis.
Bentuk-bentuk keluaran ini dapat dijadikan bahan masukan pada pengambil keputusan dalam eliminasi penyakit kaki gajah (frlariasis). SIG ini diharapkan dapat dijadikan alat/tools bagi pengelola program dan dimungkinkan dapat dikembangkan di Kabupaten lain.

Filariasis is a contagious disease caused by infection of filarial worm spread by a variety of mosquito. It was predicted that the disease infected around 120 million people in eighty countries across the world. In Indonesia, based on rapid mapping on filariasis at 2000, 6500 chronic cases were found, spread across 1553 villages, 674 public health center, and 231 districts/cities. Microfilaria rate (Mf rate) of 3.1% (Ditjen PPM-PL, 2001), this rate was far higher than Mf rate standard of WHO and this meant that the spreading of the disease is still going on (WHO, 2000). In Bekasi District, until September 2003, 61 clinical cases were found with positive Mf of 155 people spread in 13 sub-districts (out of 23 sub-districts) with average Mf rate of 1.30%. Those figures signal worrying threat of spreading. Case finding shows increasing trends during the last three years due to improvement of information quality and public knowledge about filariasis.
Steps of development followed the System Development Life Cycle (SDLC) method such as planning, analysis, design, implementation, maintenance, and evaluation that integrate Database Management System (DBMS) and spatial data concepts providing strong geographical information system. The result of system analysis is able to identify problems related to information management on filariasis and its solution in each aspect (input, process, and output).
Geographical information system on filariasis could produce output in form of reporting table, graphical, and maps. GIS on diffusion in three years showed clinical case expansion diffusion and positive microfilaria in the surveyed villages. Overlay analysis between endemic areas and clinical cases spread showed the existence of clinical cases in non-endemic areas.
The above outputs could be used as input for decision maker in eliminating filariasis disease. This GIS is expected to be used as tool for program managers and could be developed for other districts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Yuwana
"Penyakit kusta tipe MB merupakan penyakit imunologik, sebingga akan menurunkan tingkat imunitas penderitanya yang kebanyakan memiliki tingkat sosial ekonomi rendah, status gizi rendah, perilaku yang kurang sehat dan tinggal dilingkungan kumuh, hal ini akan memudahkan penderitanya menderita penyakit lain, termasuk kecacingan yang disebabkan nematoda usus yaitu : Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan Hookworm (cacing tambang), apalagi prevalensi kecacingan akibat cacing tersebut di Indonesia masih cukup tinggi.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten DT II Bekasi, dengan desain studi kohort prospektif selama 4 bulan, dengan pemberian mebendazole 500 mg Basis tunggal untuk memastikan tidak adanya telor atau larva caring pada sampel yang dipilih secara simpel random sampling, terdiri dari 100 penderita kusta tipe MB dan 100 orang pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit kusta merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecacingan yang disebabkan oleh nematoda usus, RR=2.69 pada perilaku berisiko rendah dan RR=2.74 pada perilaku berisiko tinggi. Penderita kusta dengan perilaku berisiko tinggi memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kecacingan, dibanding dengan penderita kusta dengan perilaku berisiko rendah RR=6.87. Perilaku merupakan faktor risiko terbesar terjadinya kecacingan yang disebabkan nematoda usus pada penderita kusta, yang bila dilakukan intervensi dapat merubah akan menurunkan insidens kecacingan yang disebabkan nematoda uses pada penderita kusta sebesar 33.9%.

Leprosy Multibasiller (MB) type is the immunologic disease, decreased the immunity status of the patients, who has the undergrowth social economic, nutrition status and lives in the slum area This condition improved the intestinal nematodes infection that caused by: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and Hookworm.
This study was carried out among leprosy MB type patients, in Bekasi district, Jawa Barat province, 1997, with kohort prospective design for 4 mount observation. By used mebendazole 500 mg single dose to make the subject clean from intestine nematodes.
The result shown that leprosy MB type is the risk factor for the intestine nematodes infection, espesially Ascaris lumbricoides, RR= 2.69 in low risk health behaviour and R. R= 2.74 in high risk behaviour. Leprosy MB type patients with high risk behaviour have risk more high than leprosy MB type with low risk behaviour (RR= 6.87). Behaviour is the biggest risk factor in the incidence of intestine nematodes, if that variable can be changed by intervention, the nematodes incidence among the leprosy MB type patients will be reduced 33.9%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library